Senin, 30 Januari 2017

Environmental Scanning (Analisis Lingkungan) Provinsi Jawa Barat





Untuk mengetahui prioritas anggaran pendidikan dasar di Provinsi Jawa Barat diperlukan penelusuran terhadap pebagai hal yang melatarbelakangi penentuan prioritas tersebut dalam konteks manajemen stratejik.
Kebijakan  alokasi anggaran pendidikan dasar di Provinsi Jawa Barat dalam prosesnya bisa dilihat dengan menggunakan model manajemen stratejik (Hunger & Wheelen, 2003: 109) yang secara garis besar terdiri dari empat langkah : pertama, melakukan  environmental scanning (analisis lingkungan) yang terdiri dari analisis lingkungan eksternal (ALE) dan analisis lingkungan internal (ALI). Kedua, strategy formulation (perumusan strategi) yaitu kegiatan perumusan misi, menentukan tujuan, membuat strategi, dan  membuat kebijakan. Ketiga, strategy implementation (menjalankan strategi yang telah dibuat) yaitu menyusun program, menganggarkan, serta membuat prosedur. Keempat, evaluaton and control (evaluasi dan pengawasan) yaitu kegiatan monitoring terhadap kinerja organisasi kemudian melakukan koreksi yang diperlukan. 

Environmental Scanning (Analisis Lingkungan)

Faktor Internal seperti karakteristik masyarakat; posisi geografis; sumber daya air dan keanekaragaman hayati yang melimpah; jumlah penduduk; keragaman budaya; keamanan dan ketertiban yang relatif stabil; ketersediaan sumber daya buatan; sumberdaya pariwisata; luas wilayah yang menjadi potensi ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Itu semua merupakan modal dasar pembangunan. Modal dasar pembangunan merupakan salah satu kekuatan dan peluang yang dimanfaatkan sebagai dasar pembangunan daerah.

Posisi geografis dan Sumber Daya 

Saat ini sumber daya alam dan lingkungan hidup Jawa Barat berada pada tingkat cukup mengkhawatirkan karena tingkat alih fungsi lahan berfungsi lindung yang menjadi budidaya sangat tinggi, kerusakan dan berkurangnya luasan mangrove dan terumbu karang, pencemaran udara perkotaan, perusakan dan kebakaran hutan, pencemaran dan sedimentasi suangai serta waduk, penambangan yang merusak lingkungkan dan pengambilan sumber daya air kurang terkendali (Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2009).
Jawa Barat memiliki 358 Perguruan Tinggi yang terdiri dari lima PTN dan 353 PTS yang tersebar di kabupaten dan kota se-Jawa Barat. Keberadaan PTN dan PTS tersebut mendukung industrialisasi dan pembangunan infrastruktur di Jawa Barat. Industri manufaktur menyebar di Cekungan Bandung, Cirebon, Bogor, Purwakarta, Karawang dan Bekasi. Bendungan besar ada di Bandung, Purwakarta dan sedang dibangun  di Sumedang.

Penduduk dan Karakteristik Masyarakat

Jumlah penduduk Jawa Barat tahun 2009 adalah 42.693.951 jiwa yang terdiri dari 21.512.996 jiwa penduduk laki-laki dan 21.180.995 jiwa penduduk perempuan dengan sex ratio 101,6 yang berarti setiap 1000 jiwa penduduk perempuan terdapat 1016 jiwa penduduk laki-laki (Survei Sosial Ekonomi Daerah, 2009). Dari jumlah itu persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang melek huruf (AMH) adalah 94,93%. Susenas 2010 menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk menjadi lebih dari 43 juta orang.
 Komposisi penduduk usia 14 tahun ke bawah sebesar 29,12%, penduduk usia produktif 15-64 tahun sebesar 65,55% dan penduduk usia di atas 64 tahun sebesar 5,33%. Angka beban ketergantungan 52,55 yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Jawa Barat menanggung sekitar 53 penduduk usia yang belum/tidak produktif.
Kondisi saat ini, jumlah penduduk usia 15 sampai dengan 44 tahun di Jawa Barat pada tahun 2007 adalah 19.716.576 jiwa atau 47,52% dari jumlah penduduk provinsi.
Kepadatan penduduk Jawa Barat adalah 1.458 jiwa per km2, dengan kepadatan tertinggi di Kota Bandung yaitu sebesar 14.381 jiwa per km2 dan kepadatan terendah berada di Ciamis yaitu sebesar 714 jiwa per km2. Sedangkan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) adalah 1,2%.
Peradaban masyarakat Jawa Barat sangat dipengaruhi oleh alam yang subur dan bersahabat. (West Java Miracle Sight A Mass of Verb and Scene Information, 2005: 22). Prinsip hidup masyarakat Jawa Barat adalah : herang caina beunang laukna yang bermakna menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru (win-win solution). Mereka teguh pada nilai kearifan  sebagaimana tercermin pada sikap ulah unggut kalinduan, ulah gedag kaanginan yang bermakna konsisten pada kebenaran. Di sisi lain mereka mengharmonisasikan hati nurani dan rasionalitas sebagaimana tercermin dalam sikap sing katepi ku ati sing kahontal ku akal.
Masyarakat Jawa Barat berhasil melakukan proses interaksi dan menerima transformasi nilai global tanpa harus meninggalkan jati dirinya seperti Nampak pada ekspresi kesenian yang tumbuh sepanjang pantai utara. Tanjidor di Bekasi merupakan hasil akulturasi budaya Sunda dan Eropa. Tarling, Topeng dan Azan Pitu yang tumbuh di Cirebon dapat dianggap sebagai ekspresi budaya global dalam formatnya yang spesifik. Di sisi lain tumbuh kesenian yang mengekspresikan kekariban dengan alam seperti ubrug yang merupakan teater rakyat dan kecapi suling di Jawa Barat bagian selatan.

Kemananan dan ketertiban

Berdasarkan evaluasi dan pelaporan situasi ketertiban dan keamanan di lingkungan pemerintah Provinsi Jawa Barat, situasi ketentraman dan ketertiban umum dapat dikatakan “cukup terkendali”. Selama tahun 2009 teridentifikasi 111 kali aksi demonstrasi/unjuk rasa yang meliputi tujuh aspirasi di bidang ketenagakerjaan, empat aspirasi di bidang lingkungan hidup dan perizinan, tiga aspirasi di bidang pendidikan, dua aspirasi di bidang organisasi/keagamaan, dua aspirasi di bidang kehutanan dan delapan aspirasi di bidang keuangan/perbankan/KKN.
Gangguan ketertiban dan ketentraman umum yang paling menonjol muncul dari penyalahgunaan narkoba yang meningkat setiap tahuunya sehingga menjadi ancaman laten. Sementara tindak pidana kriminar yang paling menonjol adalah pencurian kendaraan bermotor, pencurian, peniupan, narkotika, penganiayaan serta pemerasan (RPJMD 2008-2013). Permasalahan lain yang mengganggu adalah akibat gejolak akibat eforia reformasi, krisis kepercayaan terhadap pemerintah dan meningkatnya potensi konflik kepentingan.
Untuk menanggulangi berbagai potensi gangguan ketentraman dan ketertiban umum yang disebabkan oleh kesenjangan social, ekonomi, politik, kebudayaan dan psikologis dilakukan langkah-langkah yang dikenal dengan early warning dan early detection dengan cara melakukan pengumpulan data dan infomrasi untuk dipergunakan dalam mencari atau menemukan sebab serta akar permasalahan dari peristiwa yang terjadi.
Faktor eksternal berupa tantangan sampai dengan tahun 2025 adalah bagaimana sumber daya manusia memiliki ketrampilan berdasarkan pencapaian proses akademis, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan budaya daerah (RPJMD 2008-2013).

Tidak ada komentar: