Untuk mengetahui prioritas anggaran pendidikan dasar di
Provinsi Jawa Barat diperlukan penelusuran terhadap pebagai hal yang
melatarbelakangi penentuan prioritas tersebut dalam konteks manajemen
stratejik.
Kebijakan alokasi anggaran pendidikan dasar di Provinsi
Jawa Barat dalam prosesnya bisa dilihat dengan menggunakan model manajemen
stratejik (Hunger & Wheelen, 2003: 109) yang secara garis besar terdiri
dari empat langkah : pertama, melakukan environmental
scanning (analisis lingkungan) yang terdiri dari analisis lingkungan
eksternal (ALE) dan analisis lingkungan internal (ALI). Kedua, strategy
formulation (perumusan strategi) yaitu kegiatan perumusan misi, menentukan
tujuan, membuat strategi, dan membuat
kebijakan. Ketiga, strategy implementation (menjalankan strategi yang
telah dibuat) yaitu menyusun program, menganggarkan, serta membuat prosedur.
Keempat, evaluaton and control (evaluasi
dan pengawasan) yaitu kegiatan monitoring terhadap kinerja organisasi kemudian
melakukan koreksi yang diperlukan.
Environmental Scanning (Analisis
Lingkungan)
Faktor
Internal seperti karakteristik masyarakat; posisi geografis; sumber daya air
dan keanekaragaman hayati yang melimpah; jumlah penduduk; keragaman budaya;
keamanan dan ketertiban yang relatif stabil; ketersediaan sumber daya buatan;
sumberdaya pariwisata; luas wilayah yang menjadi potensi ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Itu semua merupakan modal dasar pembangunan.
Modal dasar pembangunan merupakan salah satu kekuatan dan peluang yang
dimanfaatkan sebagai dasar pembangunan daerah.
Posisi geografis dan Sumber Daya
Saat
ini sumber daya alam dan lingkungan hidup Jawa Barat berada pada tingkat cukup
mengkhawatirkan karena tingkat alih fungsi lahan berfungsi lindung yang menjadi
budidaya sangat tinggi, kerusakan dan berkurangnya luasan mangrove dan terumbu
karang, pencemaran udara perkotaan, perusakan dan kebakaran hutan, pencemaran
dan sedimentasi suangai serta waduk, penambangan yang merusak lingkungkan dan
pengambilan sumber daya air kurang terkendali (Bappeda Provinsi Jawa Barat,
2009).
Jawa
Barat memiliki 358 Perguruan Tinggi yang terdiri dari lima PTN dan 353 PTS yang
tersebar di kabupaten dan kota se-Jawa Barat. Keberadaan PTN dan PTS tersebut
mendukung industrialisasi dan pembangunan infrastruktur di Jawa Barat. Industri
manufaktur menyebar di Cekungan Bandung, Cirebon, Bogor, Purwakarta, Karawang
dan Bekasi. Bendungan besar ada di Bandung, Purwakarta dan sedang dibangun di Sumedang.
Penduduk dan
Karakteristik Masyarakat
Jumlah
penduduk Jawa Barat tahun 2009 adalah 42.693.951 jiwa yang terdiri dari
21.512.996 jiwa penduduk laki-laki dan 21.180.995 jiwa penduduk perempuan
dengan sex ratio 101,6 yang berarti
setiap 1000 jiwa penduduk perempuan terdapat 1016 jiwa penduduk laki-laki
(Survei Sosial Ekonomi Daerah, 2009). Dari jumlah itu persentase penduduk usia
10 tahun ke atas yang melek huruf (AMH) adalah 94,93%. Susenas 2010 menunjukkan
adanya peningkatan jumlah penduduk menjadi lebih dari 43 juta orang.
Komposisi penduduk usia 14 tahun ke bawah
sebesar 29,12%, penduduk usia produktif 15-64 tahun sebesar 65,55% dan penduduk
usia di atas 64 tahun sebesar 5,33%. Angka beban ketergantungan 52,55 yang
berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Jawa Barat menanggung sekitar 53
penduduk usia yang belum/tidak produktif.
Kondisi
saat ini, jumlah penduduk usia 15 sampai dengan 44 tahun di Jawa Barat pada
tahun 2007 adalah 19.716.576 jiwa atau 47,52% dari jumlah penduduk provinsi.
Kepadatan
penduduk Jawa Barat adalah 1.458 jiwa per km2, dengan kepadatan
tertinggi di Kota Bandung yaitu sebesar 14.381 jiwa per km2 dan
kepadatan terendah berada di Ciamis yaitu sebesar 714 jiwa per km2.
Sedangkan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) adalah 1,2%.
Peradaban
masyarakat Jawa Barat sangat dipengaruhi oleh alam yang subur dan bersahabat. (West Java Miracle Sight A Mass of Verb and
Scene Information, 2005: 22). Prinsip hidup masyarakat Jawa Barat adalah : herang caina beunang laukna yang
bermakna menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru (win-win solution). Mereka teguh pada
nilai kearifan sebagaimana tercermin
pada sikap ulah unggut kalinduan, ulah
gedag kaanginan yang bermakna konsisten pada kebenaran. Di sisi lain mereka
mengharmonisasikan hati nurani dan rasionalitas sebagaimana tercermin dalam
sikap sing katepi ku ati sing kahontal ku
akal.
Masyarakat
Jawa Barat berhasil melakukan proses interaksi dan menerima transformasi nilai
global tanpa harus meninggalkan jati dirinya seperti Nampak pada ekspresi
kesenian yang tumbuh sepanjang pantai utara. Tanjidor di Bekasi merupakan hasil akulturasi budaya Sunda dan
Eropa. Tarling, Topeng dan Azan Pitu
yang tumbuh di Cirebon dapat dianggap sebagai ekspresi budaya global dalam
formatnya yang spesifik. Di sisi lain tumbuh kesenian yang mengekspresikan
kekariban dengan alam seperti ubrug
yang merupakan teater rakyat dan kecapi
suling di Jawa Barat bagian selatan.
Kemananan dan
ketertiban
Berdasarkan
evaluasi dan pelaporan situasi ketertiban dan keamanan di lingkungan pemerintah
Provinsi Jawa Barat, situasi ketentraman dan ketertiban umum dapat dikatakan
“cukup terkendali”. Selama tahun 2009 teridentifikasi 111 kali aksi
demonstrasi/unjuk rasa yang meliputi tujuh aspirasi di bidang ketenagakerjaan,
empat aspirasi di bidang lingkungan hidup dan perizinan, tiga aspirasi di
bidang pendidikan, dua aspirasi di bidang organisasi/keagamaan, dua aspirasi di
bidang kehutanan dan delapan aspirasi di bidang keuangan/perbankan/KKN.
Gangguan
ketertiban dan ketentraman umum yang paling menonjol muncul dari penyalahgunaan
narkoba yang meningkat setiap tahuunya sehingga menjadi ancaman laten.
Sementara tindak pidana kriminar yang paling menonjol adalah pencurian
kendaraan bermotor, pencurian, peniupan, narkotika, penganiayaan serta
pemerasan (RPJMD 2008-2013). Permasalahan lain yang mengganggu adalah akibat
gejolak akibat eforia reformasi, krisis kepercayaan terhadap pemerintah dan
meningkatnya potensi konflik kepentingan.
Untuk
menanggulangi berbagai potensi gangguan ketentraman dan ketertiban umum yang
disebabkan oleh kesenjangan social, ekonomi, politik, kebudayaan dan psikologis
dilakukan langkah-langkah yang dikenal dengan early warning dan early
detection dengan cara melakukan pengumpulan data dan infomrasi untuk
dipergunakan dalam mencari atau menemukan sebab serta akar permasalahan dari
peristiwa yang terjadi.
Faktor
eksternal berupa tantangan sampai dengan tahun 2025 adalah bagaimana sumber
daya manusia memiliki ketrampilan berdasarkan pencapaian proses akademis,
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan budaya daerah (RPJMD 2008-2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar