Minggu, 25 November 2012

MDGs


Millennium Development Goals (MDGs)

Asian Development Bank (ADB)  menyatakan 1,9 miliar penduduk di Asia harus hidup dengan biaya kurang dari 2 dollar AS per hari. Karenanya PBB mencanangkan “Tujuan Pembangunan Abad Milenium” (Millenium Development Goals) yang harus dicapai 191 negara anggotanya pada tahun 2015. Ada delapan target yang harus dicapai, yaitu  (1) Meniadakan kemiskinan dan kelaparan ekstrim; (2) Mencapai pendidikan dasar secara universal; (3) Meningkatkan kesetaraan jender dan memberdayakan wanita; (4) Mengurangi tingkat kematian anak; (5) Memperbaiki kesehatan ibu; (6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit-penyakit lainya; (7) menjamin kelestarian lingkungan hidup; (8)Membentuk sebuah kerjasama global untuk pembangunan (Kompas, 4 Agustus 2005).
Menurut Sachs, yang merupakan Direktur proyek Millenium PBB, saat ini kemiskinan ekstrem merupakan tentangan yang harus bisa diatasi oleh pembangunan ekonomi dan para ilmuwan. Menurutnya, di planet ini antara 8 hingga 11 juta orang meninggal setiap tahunnya-sebagian besar anak-anak-karena terlalu miskin untuk bisa bertahan hidup. Ini berarti sekitar 20.000 orang meninggal setiap harinya karena kemiskinan ekstrem. Lebih lanjut Sachs mengatakan bahwa negara-negara maju sepakat untuk mengurangi kemiskinan ekstrem, terutama di Afrika. Namun sejak 11 September 2001 mereka lebih bersatu untuk memerangi terorisme. Rekomendasi yang diberikan Sachs untuk mengatasi kemiskinan adalah dengan menekankan pembangunan transportasi, pengadaan pangan, pemberantasan penyakit dan pendidikan (Kompas, 5 Agustus 2005).
Hingga saat ini masih ada 77 juta anak usia sekolah termasuk 44 juta perempuan yang tidak bersekolah karena alasan keuangan, sosial atau fisikal, tingkat kesuburan yang tinggi, HIV/AIDS dan konflik. 
Akses bersekolah di Negara-negara sedang berkembang membaik sejak tahun 1990. Sebanyak 47 dari 163 negara telah mencapai pendidikan dasar universal (MDG 2) dan 20 negara diperkirakan “on track” untuk mencapai tujuan pada tahun 2015. Sementara itu masih tersisa 44 negara yang menghadapi tantangan, 23 di antaranya adalah Negara-negara Sub-Sahara Afrika.
Meskipun kesenjangan gender pada pendidikan menyempit, anak-anak perempuan tetap tertinggal dalam mengakses dan menyelesaikan pendidikan pada pendidikan dasar maupun menengah di Sub-Sahara dan Asia Selatan.
Miskinnya outcomes pembelajaran   dan pendidikan bermutu rendah merupakan masalah pada sektor pendidikan. Di pelbagai Negara sedang berkembang,  60% siswa sekolah dasar di kelas pertama memperoleh sekolah papan bawah. Rasio siswa dan guru di banyak Negara lebih dari 40:1 dan kebanyakan guru sekolah menengah pertama kurang memenuhi kualifikasi.

Sabtu, 17 November 2012

Pendidikan Untuk Semua


  Pendidikan Untuk Semua (Education for All)
Pada tahun 1990 sebuah prakarsa internasional  Education for All (EFA) pertama kali diumumkan di Jomtien, Thailand, untuk memberikan akses pendidikan pada “every citizen in every society.”  Untuk merealisasikan tujuan tersebut sebuah koalisi luas dari pemerintah, masyarakat madani dan agen pembangunan seperti UNESCO dan Bank Dunia berkomitmen untuk mencapai enam tujuan spesifik di bidang pendidikan (six specific education goals) yaitu :
a.      Expand and improve comprehensive early childhood care and education, especially for the most vulnerable and disadvantaged children.
b.      Ensure that by 2015 all children, particularly girls, those in difficult circumstances, and those belonging to ethnic minorities, have access to and complete, free, and compulsory primary education of good quality.
c.       Ensure that the learning needs of all young people and adults are met through equitable access to appropriate learning and life-skills programs.
d.      Achieve a 50 % improvement in adult literacy by 2015, especially for women, and equitable access to basic and continuing education for all adults.
e.       Eliminate gender disparities in primary and secondary education by 2005, and achieve gender equality in education by 2015, with a focus on ensuring girls' full and equal access to and achievement in basic education of good quality.
f.        Improve all aspects of the quality of education and ensure the excellence of all so that recognized and measurable learning outcomes are achieved by all, especially in literacy, numeracy and essential llife skills. (http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTEDUCATION/0,,contentMDK:20374062~menuPK:540090~pagePK:148956~piPK:216618~theSitePK:282386,00.html)

Setelah satu dasawarsa berjalan lambat, masyarakat internasional menegaskan komitmen mereka terhadap EFA di Dakar, Senegal,  April 2000 dan sekali lagi di bulan September pada tahun yang sama. 189 negara dan mitra mereka mengadopsi dua tujuan EFA dan  Millennium Development Goals (MDGs).

Selasa, 13 November 2012

Program Wajib Belajar


Program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun merupakan perwujudan pendidikan dasar untuk semua anak usia 6-15 tahun. Pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 2 Mei 1994 dan pelaksanaannya dimulai tahun ajaran 1994/1995.

Bentuk-bentuk satuan pendidikan untuk membantu menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun di Indonesia terdiri dari 10 wahana dan empat rumpun, baik pada tingkat SD maupun SMP, yaitu :
1)      Rumpun SD dan SMP
Terdiri dari SD dan SMP biasa, SD dan SMP kecil dan SD dan SMP Pamong
2)      Rumpun SD dan SMP Luar Biasa
Terdiri atas SD dan SMP Luar Biasa, SDLB dan SMPLB serta SD dan SMP Terpadu.
3)      Rumpun Pendidikan Luar Sekolah
Terdiri atas Program Kelompok Paket A dan Paket B (Kejar Paket A untuk Tingkat SD dan Kejar Paket B untuk setingkat SMP serta Kursus Persamaan SD dan SMP.
4)      Rumpun Sekolah Keagamaan
 Terdiri dari atas Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Pondok Pesantren.

Bentuk satuan pendidikan dasar formal yang menyelenggarakan program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)      SD/SMP Biasa, yaitu SD/SMP yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat dalam situasi yang normal;
2)      SD/SMP Kecil, yaitu SD/SMP negeri yang diselenggarakan di daerah yang berpenduduk sedikit dan memenuhi persyaratan yang berlaku;
3)      SD/SMP Pamong, yaitu SD negeri yang didirikan untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi anak putus SD/SMP dan/atau anak lain yang tidak dapat datang secara teratur untuk belajar di sekolah;
4)      SD/SMP Terpadu, yaitu SD/SMP negeri yang menyelenggarakan pendidikan untuk anak yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental bersama anak normal dengan mempergunakan kurikulum yang berlaku di sekolah;
5)      Madrasah Ibtidaiyah/Madrasah Tsanawiyah, yaitu SD/SMP yang berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat di bawah bimbingan Departemen Agama.