Senin, 27 Maret 2017

Faktor Internal dan Eksternal Pendidikan



A.  Faktor Internal dan Eksternal Pendidikan di Provinsi Jawa Barat


Model Manajemen Strategis (Hunger & Wheelen, 2003: 109) mengandaikan adanya  environmental scanning (analisis lingkungan) yang terdiri dari analisis lingkungan eksternal (ALE) dan analisis lingkungan internal (ALI). Dalam menentukan faktor internal dan eksternal pendidikan ini temuan di lapangan dipadukan dengan Rencana  Pembangunan Pendidikan Regional Makro  Pendidikan Jawa Barat Bab 3 yang menyangkut Kekuatan, Kendala, Tantangan dan Peluang Pembangunan Pendidikan. Beberapa pandangan yang relevan dipertahankan dan beberapa yang tidak relevan dihilangkan, sebagian lainnya diubah karena sudah terjadi perubahan  seperti sentralisasi pendidikan yang semakin berkurang dan Undang-undang  Sistem Pendidikan Nasional Nomor  2 Tahun 1989 yang telah diganti dengan Undang-undang  Sistem Pendidikan Nasional  Nomor  20 Tahun 2003, meskipun telah ada wacana untuk melakukan revisi terhadap UU No. 20 Tahun 2003 tersebut.

1.      Faktor Internal : Potensi (Kekuatan) dan Peluang

a.      Kekuatan

1)      Masyarakat Jawa Barat memiliki falsafah yang melandasi masyarakat Jawa Barat yaitu falsafah silih asuh, silih asih, dan silih asah. Suatu filosofi yang mengajarkan manusia untuk saling mengasuh yang dilandasai sikap saling mengasihi dan saling berbagi pengetahuan (pengalaman), suatu konsep kehidupan demokratis yang berakar pada kesadaran dan keluhuran akal budi.
2)      Potensi religiusitas masyarakat berkontribusi pada usaha keras dalam mencerdaskan dirinya dan berkompetensi untuk mencapatkan ilmu pengetahuan. Berdasarkan nilai-nilai agama Islam masyarakat memiliki etos dan semangat tinggi untuk memberantas kebodohan dan setinggi mungkin memasuki jenjang pendidikan.
3)      Adanya arahan pembangunan pendidikan yang jelas baik tingkat nasional maupun tingkat provinsi (RPJPD).
4)      Adanya  pijakan hukum dalam bentuk peraturan daerah yang menaungi pelaksanaan pendidikan di Jawa Barat.

b.       Peluang

1)      Industrialisasi yang terus berlangsung di Indonesia pada era  perdagangan bebas, menuntut peningkatan kualitas pendidikan pada setiap jenjang dan jenis, baik sekolah negeri maupun swasta. Peningkatan kualitas ini meliputi pengetahuan keahlian dan kepribadian peserta didik serta tenaga kepentidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat juga menuntut efektivitas dan efisiensi pelaksanaan sistem serta aktivitas pendidikan, penelitian dan penerapan pengetahuan dan teknologi.
2)      Adanya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan peluang untuk menyusun strategi baru yang lebih akurat (berwawasan masa depan).
3)      Diberlakukannya otonomi daerah merupakan peluang untuk menata sistem pendidikan yang lebih akomodatif terhadap tuntutan kebutuhan pembangunan di daerah yang berwawasan lingkungan dan budaya setempat.
4)      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi menjadi peluang munculnya model pembelajaran jarak jauh yang berwawasan global.
5)      Tingginya minat dan partisipasi  masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
6)      Banyaknya lembaga pendidikan yang bermutu serta memiliki standar yang baik.
7)      Tersedianya dunia industri dan dunia usaha yang bisa mendukung kegiatan pembangunan pendidikan di Jawa Barat.
8)      Tersedianya sumber daya  (man, money, material) yang mencukupi.

2.            Faktor Eksternal : Kendala dan Tantangan

a.      Kendala

1)   Keterbatasan sarana, ketenagaan dalam penyelenggaraan pendidikan. Di samping itu rendahnya pendapatan perkapita masyarakat, terutama masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal. Akibatnya kelompok tersebut secara umum berpendidikan rendah.
2)   Anggapan ketidakpastian perolehan pekerjaan bagi lulusan SLTP dan SLTA dan relatif tingginya tingkat pengangguran terdidik di masyarakat dapat mengurangi semangat dan partisipasi masyarakat dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
3)   Relevansi pendidikan dengan kebutuhan ketenagakerjaan masih rendah sehingga lulusan pendidikan belum siap kerja (baru siap latih) dan menimbulkan masalah pengangguran.
4)   Keadaan geografis dan penyebaran penduduk yang tidak merata, kekurangan jumlah guru pada setiap daerah, khususnya daerah-daerah terpencil, di samping mutu yang rendah serta sarana pendidikan yang terbatas.
5)   Dampak negatif teknologi komunikasi merupakan masalah pendidikan keluarga sehingga perlu keseriusan untuk diantisipasi bagi penyelamatan generasi mendatang.
6)   Masuknya dunia usaha swasta dalam penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi pada mencari keuntungan semata dapat menjadi kendala bagi peningkatan kualitas lulusan.
7)   Krisis moneter berkepanjangan yang dialami Indonesia menyebabkan meningkatnya angka putus sekolah dan angka pengangguran.

b.      Tantangan

1)      Posisi Jawa Barat yang berdampingan dengan Ibu Kota dan strategis dalam upaya pengembangan kawasan industri menuntut pengembangan berbagai keahlian dan kejuruan yang mampu bersaing secara global disertai minat yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
2)      Kecenderungan umum masyarakat menunjukkan adanya perubahan cara berpikir yang memandang pendidikan sebagai langkah menyiapkan peserta didik secara utuh baik dari aspek pengetahuan, sikap, minat dan ketrampilan secara fungsional bagi kehidupan pribadi, warga Negara dan warga masyarakat. Pendidikan juga harus mampu mengembangkan kebudayaan masyarakat Jawa Barat sebagai perwujudan sasaran manusia Indonesia seutuhnya.
3)      Bahwa sistem pendidikan yang diatur oleh Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 belum mampu memenuhi tuntutan amanah UUD 1945 dan aspirasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan.
4)      Kecenderungan umum pemanfaatan media teknologi modern masih rendah, terbatas pada fungsi hiburan atau belum mengarah pada fungsi pendidikan.
5)      Sikap profesional kependidikan yang belum membudaya secara mapan dan merata, baik di kalangan guru maupun para tenaga kependidikan lainnya.

B.     Rasionalitas dan Urgensi Pengembangan Alternatif Model Strategi 

Setelah melihat gambaran kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan atau ancaman yang mungkin ditemui  maka nampaklah rasionalitas dan urgensi pengembangan alternatif model implementasi alokasi anggaran pendidikan, yaitu  bagaimana alternatif model di satu sisi memelihara kekuatan yang dimiliki dan bahkan mengembangkannya dan  menghilangkan atau minimal mengurangi kelemahan; di sisi lain mampu memanfaatkan peluang dan menjawab tantangan dan menghilangkan ancaman.

Tidak ada komentar: