Model
merupakan kerangka kerja formal yang mewakili ciri-ciri pokok dari suatu sistem
yang kompleks dengan mengambil beberapa hubungan sentral. Model merupakan suatu
konstruksi dari suatu konsep yang digunakan sebagai pendekatan untuk memahami
suatu realitas. Model merupakan penyederhanaan dari elemen-elemen dasar
realitas yang begitu kompleks atau
abstraksi terhadap elemen tersebut terhadap apa yang akan diterapkan (Syafioeddin,
2010:549).
Menurut
Sanusi dalam Damin (1998:251), model bukanlah suatu realitas kehidupan karena
realitas kehidupan ini tidaklah linear, sementara model merupakan suatu
pendekatan untuk memahami atau mendekati realitas. Model dengan demikian merupakan
abstrasi RLS (real life system) dan
bukanlah RLS yang sebenarnya.
Winardi
(2005:147) berpandangan bahwa model atau teori sesungguhnya tidak lain dari
suatu kerangka, atau kerangka kerja yang membantu menyederhanakan kompleksitas
yang sangat berbelit-belit yang diupayakan untuk dipahami dan diprediksi oleh
pihak yang mengontruksinya (2005:147). Tujuan mengonstruksi model adalah untuk
memahami kenyataan atau realita dengan jalan mengorganisasi dan
menyederhanakan. Model mewakili realita tetapi bukanlah realita itu sendiri.
Adanya suatu model akan memudahkan bagi suatu individu atau organisasi untuk
melakukan berbagai terobosan-terobosan dalam penyelenggaraan kegiatan pribadi
atau organisasi.
Burger
(1966) berpendapat bahwa model merupakan hasil dari suatu upaya untuk membuat
tiruan kenyataan. Saeed (1984)
berpandangan model haruslah mempunyai titik kontak (points
of contact) dengan kenyataan (reality) dan perbandingan yang
berulangkali dengan dunia nyata (real world).
Lebih
lanjut, suatu model harus menggambarkan adanya persepsi atau ide-ide dalam
suatu keputusan , adanya gambaran fungsi-fungsi, tujuan-tujuan proses, adanya proses tingkah laku dan adanya
tindakan nyata yang berorientasi pada pangawasan terhadap fungsi-fungsi dalam
pelaksanaan model yang efektif. Hal tersebut sesuai dengan kategori model
menurut Johnson (Syafioedin, 2009:550) : cognitive
models (human concepts); normative
models (purposive oriented); descriptive
models (behavior oriented); functional
models (function and control oriented).
Dengan demikian model harus mengandung aspek kognitif manusia seperti gagasan
atau konsep , memiliki norma-norma dan tujuan, dapat menggambarkan orientasi
perilaku manusia dan fungsional dalam melakukan pengawasan.
Model
adalah studi yang dilakukan dengan menghimpun keunggulan-keunggulan yang
diperoleh dan menghindari kelemahan-kelemahan dari model yang diterapkan yaitu
implementasi kebijakan alokasi anggaran pendidikan berbasis kearifan lokal.
Proses model harus dapat mengungkap kemampuan untuk melakukan pemberdayaan
satuan pendidikan dan sumber daya lingkungan, serta mengikutsertakan masyarakat melalui
penyusunan, pelaksanaan, pengawasan dalam berbagai kegiatan.
Empat
kategori model menurut Johnson (Syafioedin, 2009:550) : cognitive models (human concepts); normative models (purposive oriented); descriptive models (behavior oriented); functional models (function and
control oriented). Dengan demikian model harus mengandung aspek kognitif
manusia seperti gagasan atau konsep , memiliki norma-norma dan tujuan, dapat
menggambarkan orientasi perilaku manusia dan fungsional dalam melakukan
pengawasan.
Rumusan
model implementasi anggaran pendidikan memerlukan data tentang posisi
pendidikan yang menjadi kewajiban pemerintah provinsi. Data posisi pendidikan
tersebut dianalisis berdasarkan suatu
teknik analisis posisi (baik secara internal maupun eksternal) yang memuat
gambaran kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan atau ancaman yang mungkin
ditemui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar