Meningkatnya Akses terhadap Pelayanan Pendidikan yang
Berkualitas di Jawa Barat
Seorang sarjana lulusan UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung. |
Angka
Parstisipasi Sekolah
Angka
Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/SDLB sebesar 116,20%; Angka Partisipasi Murni
(APM) SMP/MTs/SMPLB sebesar 88,90%; APK SMP/MTs/SMPLB sebesar 96,15% ; APM
SMA/SMK/SMALB/MA sebesar 36,37%, APK SMA/SMK/SMALB/MA sebesar 53,24%. Meskipun
demikian angka ini belum memuaskan Gubernur karena target nasional APK tingkat
SLTA adalah 68%.
Gubernur mengatakan anak-anak usia SD yang
sudah mengikuti pendidikan sebesar 96,5% dan sisanya 3,5% belum bersekolah.
Lulusan SD yang melanjutkan ke jenjang SMP sekitar 92,5%. Sementara lulusan SMP
yang melanjutkan sekolah dari SMP ke tingkat SMA dan SMK mencapai 53% dan
sisanya putus sekolah.
Wamendiknas,
Jalal, mengatakan bahwa untuk mempermudah akses terhadap pendidikan pemerintah
akan membangun sekolah baru TK/SD satu atap, menambah lokal di SD dan membangun
SD/SMP satu atap (Bandung Ekspres, 2011).
Rata-rata
Lama Sekolah (RLS)
Rata-rata
Lama Sekolah (RLS) merupakan indikator lamanya penduduk usia 15 tahun ke atas
yang bersekolah, pada tahun 2009
mencapai 7,58 tahun di atas rata-rata nasional yaitu 5,7 tahun.
Raihan
Angka Partisipasi Murid (APM) SD/MI di Jabar baru mencapai angka 95,56
(peringkat 15 se-Indonesia), Angka Partisipasi Kelas (APK) SMP/MTs mencapai
angka 92,40 (peringkat 21), APK SMA/MA/SMK mencapai angka 54,12 (peringkat 31)
serta RLS (rata-rata lama sekolah) hanya 7,58 tahun. Gubernur berkomitmen agar
kondisi tersebut segera diselesaikan.
Berdasarkan
data Disdik Jawa Barat pada 2009, jumlah lulusan SD sebanyak 778.810 siswa,
sedangkan daya tampung SMP hanya 651.045 siswa, yang jika diasumsikan ke dalam
ruang kelas masih kekurangan sekitar 3.200 ruang kelas. Sementara daya tampung
di SMA saat ini hanya 348.806 siswa, padahal siswa yang lulus SMP mencapai
651.045 siswa atau masih kekurangan ruang kelas sebanyak 5.560 unit ruang
kelas.
Angka
Melek Huruf
AMH
menggambarkan proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan
menulis yang pada tahun 2009 mencapai 95,60% sehingga Angka Buta Huruf turun
dari 5,33% menjadi 4,4%. Meskipun
demikian angka 4,4% dari seluruh populasi penduduk sebesar kurang lebih 42 juta
orang tentu bukanlah angka yang sedikit, sehingga Pemerintah Provinsi harus terus
melakukan terobosan-terobosan untuk menghilangkan angka buta huruf di kalangan
penduduk. Di masa lalu upaya semacam ini dilakukan melalui suatu gerakan yang
melibatkan partisipasi masyarakat secara total dan hasilnya cukup signifikan.
Di Kota Cirebon misalnya masyarakat telah bebas buta huruf sejak tahun 1960-an.
Pola seperti ini mungkin perlu diterapkan pada tingkat yang lebih besar pada
level provinsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar