Minggu, 14 Oktober 2012

Pengujian Kebijakan Secara Kristis


Dalam menguji kebijakan secara kritis Fowler (2009:238) menekankan pada pembelajaran untuk menganalisis kebijakan-kebijakan publik. Mengetahui perkembangan, formulasi dan adopsi kebijakan atau tentang peranan aktor-aktor kebijakan saja tidaklah cukup bagi seorang  administrator pendidikan; mereka juga harus mengetahui bagaimana mengambil keputusan dan menelitinya sedekat mungkin. Mengapa ? karena sebagai administrator  mereka harus membuat kebijakan sendiri. Mereka bertanggungjawab mengadopsi kebijakan yang memungkinkan pendidikan  berjalan sebagai lingkungan pembelajaran positif bagi anak-anak. Mereka harus membuat rancangan proposal kebijakan pada pelbagai masalah dan merekomendasikannya untuk lembaga yang berwenang.
Fowler memberikan tiga tipe analisis bagi administrator untuk menguji kebijakan secara kritis : teknik pengawasan Lowi, instrumen-instrumen kebijakan Elmore dan analisis biaya dan keefektifan, semuanya sangat bermanfaat dalam membimbing refleksi. Pimpinan pendidikan yang menggunakannya dengan cerdas akan menemukan diri mereka lancar pada perubahan dan implementasi kebijakan.
 Penjelasan dari Tipe Analisis Kebijakan  adalah sebagai berikut:
a.      Teknik - Teknik Pengawasan Lowi
Pada sebuah artikel di tahun 1964, Lowi  mengajukan tesis mengenai tiga bentuk kebijakan : distributif, regulatori, dan redistributif. Tiga puluh tahun kemudian dia dan Ginsberg (1994) menemukan tesis orisinal, menggunakan tipe kebijakan techniques of control dan memberi nama baru kebijakan distributive sebagai kebijakan promosional.
Berikut ini tiga bentuk kebijakan menurut pandangan Lowi:
1)      Kebijakan-kebijakan Distributif (Promosional)
Kebijakan Distributif adalah kebijakan memberikan hadiah bagi warga Negara baik berupa barang-barang maupun jasa atau pelayanan istimewa. Praktek ini sudah berlangung lama sejak zaman raja-raja memberi hadiah untuk mengkonsolidasi kesetiaan dari para pengikutnya. Kebijakan tersebut bisa berupa subsidi, kontrak, dan lisensi non-regulatoris. Subsidi bisa berupa “uang kas, barang-barang dan jasa-jasa atau tanah”. Pada Kontrak,  suatu perusahaan swasta memberikan produk atau  pelayanan pada pemerintah yang ditukar dengan sejumlah dana. Dinamakan juga privatisasi. Izin non-regulatori merupakan lisensi yang diberikan pemerintah untuk melakukan sesuatu yang sebaliknya bisa bersifat illegal.  Lisensi (izin) bisa diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah uang.
2)      Kebijakan Regulatoris
Kebijakan Regulatoris merupakan formalisasi dari peraturan yang ditunjukkan secara umum dan diterapkan untuk sejumlah besar penduduk. Aturan tersebut disertai dengan sangsi. Meskipun demikian, menurut Lowi dan Ginsberg, kemampuan pemerintah menjalankan peraturan sangat lemah.
Jenis-jenis Kebijakan Regulatoris biasanya berupa hukum atau peraturan administratif  yang secara eksplisit mengatur atau melarang tindakan tertentu. Kebijakan regulatoris misalnya dapat berupa sertifikasi guru dan kepala sekolah.
3)      Kebijakan-kebijakan Redistributif
Kebijakan Redistributif adalah pergeseran sumber-sumber atau kekuasaan dari suatu kelompok khusus kepada yang lainnya.  Dengan melakukan itu pemerintah mengontrol perilaku dengan menentukan alternatif aturan main dan memanipulasi lingkungan. Jenis-jenis Kebijakan Redistributif dapat berupa program affirmative action, desegregasi, pendidikan bagi semua penyandang cacat, manajemen privatisasi sekolah dan lain-lain. Politik Redistributif biasanya kontroversial dan memotong kesenjangan antar kelas dalam masyarakat sehingga membangkitkan arena politik dengan adanya konflik.
b.      Instrument-instrumen Kebijakan McDonnell dan Elmore
McDonneell dan Elmore (1987) berpendapat bahwa empat “alternatif instrument kebijakan … mekanismenya terletak pada menerjemahkan tujuan kebijakan substantif…ke dalam tindakan konkrit”. Empat instrument kebijakan tersebut adalah : mandat, rangsangan, membangun kapasitas dan merubah sistem. Beberapa tahun kemudian (1994) McDonneell menambahkan instrument kelima : hortatory policy atau persuasi. Teknik Lowi berdasar pada dampak kebijakan pada masyarakat, McDonneell dan Elmore mempertimbangkan “ kondisi di mana instrument-instrumen  sangat mungkin menghasilkan dampak yang diinginkan” (1997:133).
Berikut ini instrument-instrumen kebijakan menurut McDonnell dan Elmore.
1)      Mandat
Mandat merupakan suatu “aturan mengelola tindakan individu dan agen-agen”. Biasanya terdiri dari dua komponen : bahasa yang menerangkan perilaku yang diinginkan untuk semua orang pada kelompok sosial tertentu dan pengenaan sangsi bagi yang gagal melaksanakannya. Inducements (rangsangan) adalah “transfer dana (grant) kepada individu atau agen yang telah menghasilkan barang dan jasa”. Terdiri dari dua komponen: (1) uang, pelayanan atau barang-barang yang ditransfer dan (2) arahan yang menerangkan bagaimana hal itu dapat diperoleh.
2)      Capacity Building
Membangun Kapasitas (capacity building) dapat didefinisikan sebagai “transfer dana untuk tujuan investasi material, intelektual, atau sumber daya manusia”. Kata investment mengindikasikan perbedaan antara capacity building dengan inducement.  
3)      Perubahan Sistem
Perubahan Sistem adalah suatu instrument kebijakan yang “ memberikan …kewenangan resmi di antara individu dan lembaga”. Komponen sentralnya adalah sebuah statuta, aturan administratif, atau kebijakan dewan yang melemahkan atau menghilangkan kewenangan suatu lembaga atas suatu area pembuatan keputuan spesifik yang secara simultan menggeser kewenangan kepada individu atau lembaga yang berbeda.
4)      Hortatory Policy
Hortatory Policy (Persuasi) merupakan kebijakan “mengirim sinyal bahwa tindakan dan tujuan tertentu dianggap sebagai prioritas utama oleh pemerintah”. Karena membujuk, kebijakan ini bersifat diskursif (tidak bersambungkan), mengggunakan simbolisme dan perumpamaan untuk mengimbau pada nilai-nilai dalam rangka mendorong warga bertindak berdasar nilai mereka. Komponen utamanya adalah tulisan, lisan atau teks grafik untuk mengkomunikasikan informasi dan sugesti pada orang-orang untuk bertindak dengan cara tertentu.
c.       Analisis Biaya dan Manfaat
Analisis biaya dan analisis keefektifan biaya merupakan alat bagi pendidik, Untuk itu diperlukan pemahaman mengenai istilah cost (biaya) dan benefit (manfaat). Banyak yang berpandangan bahwa cost sinonim dengan expenditure (belanja), dan ini tidak benar.  Cost berhubungan erat dengan benefit. Benefit adalah  “anything you gain by undertaking a particular course of action” (Coplin& O’Leahy, 1981:129). Cost adalah “anything you must give up in order to obtain those benefits” (1981:129).  Cost dengan demikian termasuk baik belanja dan manfaat potensial yang hilang mengikuti suatu tindakan. Sebagai contoh,  jika sebuah ruang kelas diubah menjadi student lounge, costs tidak hanya belanja cat dan meubelair baru, tetapi juga kesempatan untuk menggunakan ruangan bagi kegiatan lain, atau sebuah opportunity cost. Baik cost maupun benefit bisa bersifat tangible dan intangible. Cost dan benefit yang tangible dapat dihitung. Skor tes yang tinggi dan angka dropout yang rendah adalah contoh tangible benefits; dukungan komunitas yang kuat adalah intangible. Termasuk  tangible cost adalah termasuk jumlah dollar yang dibelanjakan untuk upah  kerja disuatu proyek. Intangible costs termasuk moral siswa yang rendah dan guru yang pemarah.
Pemimpin perlu melakukan analisis biaya dan manfaat tangible dan intangible yang direkomendasi oleh Coplin dan O’Leary (1981). Arti dari analisis ini harus diinterpretasikan dalam konteksnya. Analisis harus berhubungan dengan konteks spesifik dalam rangka menjawab pertanyaan kunci:  apakah manfaat potensial mengadopsi kebijakan lebih besar dari biaya potensial? Jika jawabannya affirmative maka kebijakan bisa diadopsi. Coplin dan O’Leary  (1981) dalam Fowler (2009:    264) : mengingatkan : ‘ suatu proyek hanya bisa dilakukan hanya jika manfaat paling sedikit sama dengan biaya’.
Tidak ada kebijakan, bahkan yang low-cost, dapat diadop jika tidak mungkin efektif dan kebijakan eksisting bisa menjadi  terbukti ineffective. Suatu kebijakan efektif adalah yang mengarah pada outcomes yang diniatkan, seperti skore pencapaian membaca di sekolah lanjutan, kehadiran yang lebih baik, atau peningkatan keterlibatan orang tua. Analisis keefektifan biaya adalah cara sistematik untuk metode membandingkan alternatif untuk mencapai tujuan yang sama  dengan kerangka keefektifan biaya dan kemanfaatan. Kebijakan yang diinginkan adalah yang biaya lebih rendah untuk mencapai tujuan kebijakan. Ketiadaan analisis keefektifan biaya, pemimpin sering membuat kesalahan dalam memilih kebijakan atau program yang lebih tidak mahal. Jika suatu kebijakan tidak efektif, ia akan sangat costly meskipun biayanya rendah.

Tidak ada komentar: