Dengan melihat aspek ekonomi dari alokasi anggaran pendidikan, maka setiap usaha harus dilakukan untuk memperbaiki efisiensi dalam menghasilkan pendidikan. Artinya berbagai cara produksi harus dipertimbangkan, dan semua prosedur yang dipilih haruslah yang mensukseskan pencapaian tujuan yang diinginkan, dalam situasi keterbatasan sumberdaya. Konsep sentralnya adalah “alokasi”. Efisiensi menghendaki berbagai cara menggunakan sumberdaya yang terbatas seperti uang, waktu guru, ruang, dan waktu siswa harus dipertimbangkan dengan matang, agar pilihan akhir dapat berakibat optimal pada sumberdaya yang digunakan.
Perencanaan yang hati-hati diperlukan jika
produktivitas sistem kependidikan ingin dipelihara dan dikembangkan. Proses
perencanaan termasuk di dalamnya menetapkan tujuan, mengidentifikasi prosedur
alternatif untuk mencapainya. Termasuk juga mengembangkan prosedur untuk
memilih dari berbagai prosedur alternatif. Karena produksi modal manusia (human
capital) memakan waktu yang panjang, perencanaan pendidikan harus memiliki
perspektif waktu bertahun-tahun (Thomas, 1971:118).
Secara konseptual, anggaran adalah alat yang dirancang
untuk memfasilitasi perencanaan. Anggaran menyediakan format yang
memungkinkan keputusan alokatoris dapat dirumuskan dan diimplementasikan.
Anggaran menunjukkan pengakuan terhadap hambatan-hambatan yang disebabkan oleh
ketersediaan sumberdaya yang terbatas. Dalam keterbatasan tersebut diperlukan
identifikasi item belanja yang spesifik dan klasifikasi belanja ke dalam
kategori analitik.
Budget juga berada pada konteks proses perencanaan,karena
merupakan suatu seri kegiatan di mana berbagai macam orang dilibatkan untuk
memilih alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian anggaran menjadi sebuah dokumen yang meringkas semua keputusan
perencanaan, yang dapat diperbandingkan setiap saat dalam suatu sistem.
Dalam rangka melayani tujuan besar tersebut, anggaran
bertindak sebagai alat untuk memastikan pengelolaan dana publik secara
hati-hati dan jujur. Anggaran adalah sebuah dokumen publik yang dapat
dipelajari oleh orang-orang di luar sistem, sehingga memberikan peluang bagi
penelitian perencanaan belanja dari luar. Prosedur audit formal lebih lanjut
digunakan untuk membandingkan belanja yang telah dianggarkan dengan belanja
aktual, sehingga memberikan pengamanan maksimum melawan kecurangan atau praktek
yang ceroboh.
Sebuah pembedaan harus dibuat antara anggaran sebagai
suatu alat untuk memastikan rasionalitas ekonomi, dan proses aktual di mana
angggaran dibuat (Thomas, 1971;119). Dalam dunia nyata yang dihuni manusia,
maka anggaran dipengaruhi oleh sosial, politik dan psikologis dalam proses
pembuatan keputusannya. Oleh karena itu anggaran “is not merely a
document that list proposed receipts and expenditures but is a process by which
the people in democracy exercise their constitutional right to govern
themselves” (Johns 1983:350).
Menurut Thomas (1971:119), ada dua pendekatan dalam
alokasi anggaran pendidikan yaitu Rational Paradigma dan PPBS
(Planning-Programming-Budgeting System).
a. Rational Paradigma
Dalam anggaran ada paradigma penganggaran rasional
yang dinamakan “rational paradigm” (1971:119) yang merupakan suatu
abstraksi yang dalam pelaksanaanya bisa saja dimodifikasi pada situasi tertentu
: (1) Pada penyusunan anggaran rasional, tujuan dan target ditentukan dengan
jelas dalam istilah yang operasional. (2) Pada model rasional, input dipilih
dan dikombinasikan dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan. Prosedur
ilmiah seperti analisis sistem termasuk studi input-output and
cost-benefits relationship, digunakan sebagai alat dalam mengembangkan
prosedur yang di disain untuk memperbaiki produktifitas sistem pendidikan. (3)
Pada analisis rasional, sejumlah alternatif diidentifikasi dan dibandingkan
sebelum suatu keputusan dibuat untuk mengimplementasikan prosedur tertentu. (4)
Pada model rasional, sistem informasi digunakan sebagai suatu dasar bagi
perbaikan pembuatan keputusan. (5) Model rasional memasukkan evaluasi hasil
pelaksanaan anggaran yang ditentukan. (6) Model rasional menempatkan penekanan
pada perencanaan jangka panjang (long-term planning).
Dokumen anggaran biasanya merupakan sebuah dokumen
keuangan yang mencerminkan unsur-unsur program yang berhubungan dengan fungsi
produksi. Urutannya adalah : (1) seleksi dari tawaran program; (2) penggunaan
koefisien input untuk menentukan sumberdaya yang dibutuhkan seperti personal,
ruang, alat-alat, bahan-bahan atau sejumlah uang yang dibutuhkan untuk
menjalankan program; (3) dan deskripsi sumber pendapatan. Jika pendapatan tidak
mencukupi untuk membiayai program, maka harus ada modifikasi, meskipun
dibolehkan untuk mencari pinjaman. Pada kasus ini pendapatan termasuk uang yang
didapat dari penjualan surat utang (debentures).
Menurut Thomas (1971:123), ada empat macam anggaran
berdasarkan skema klasifikasi, yaitu line item budgeting, bugeting by
organizational budget, budgeting by functional categories, dan budgeting
by program or performance.
1) Line item
budgeting.
Di sini setiap input yang dibeli digambarkan secara
detil dengan biayanya. Untuk tujuan pengambilan keputusan setiap item hendaknya
diberi kode dalam rangka menghubungkannya dengan tujuan program atau kinerja.
Dengan demikian dimungkinkan menentukan berapa kira-kira biaya suatu program.
2) Budgeting by
Organizational Budget
Pada kasus di AS, pemerintah nasional, Negara bagian
maupun lokal memiliki perangkat tujuan kependidikan yang berbeda sehingga
masing-masing mempunyai anggarannya sendiri.
…its budget must include funds received
from other levels of government. Where these latter funds are categorical in
nature (for example, money for improving the education of children from low
income families, or for providing vocational education or driver training),
state and national objectives must be recognized in the local budget (1971:123).
3) Budgeting by
Functional Categories
Anggaran sekolah tradisional didasarkan pada kategori
yang diajukan oleh suatu kepanitiaan pada Departemen Pendidikan. Kategori yang
umum adalah sebagai berikut : administrasi, pengajaran (instruction), pelayanan
kehadiran dan kesehatan (attendance and health services), pelayanan
transportasi siswa, operasional sekolah (operation of plant),
pemeliharaan sekolah (operation of plant), pemeliharaan sekolah (maintenance
of plant), biaya tetap (fixed charges), pelayanan makan minum dan
kegiatan organisasi siswa (food services and student body activities),
pelayanan masyarakat (community services), belanja modal (capital
outlay), bunga hutang (debt service from current funds), akun
transfer (outgoing transfer account).
Kategori-kategori
tersebut sangat berguna untuk memberi penjelasan namun tidak bermanfaat bagi
pengambilan keputusan karena tidak menjelaskan hubungan antara berbagai
masukan (input) dengan tujuan program atau kinerja. Karena kelemahan itu
dibuatlah anggaran yang berdasar sistem (a systems-based budget).
Ada anggaran yang didasarkan pada Administrator’s Production Function,
di mana output menjadi tujuan pelayanan atau disebut program; atau Psychologist’s
Production Function, yang menghubungkan input dengan output.
Anggaran berdasar sistem ini dinamakan anggaran program (program budget)
atau dalam konteks yang berbeda, anggaran kinerja (performance budget).
4) Budgeting by
Program or Performance
Karakteristik penganggaran program adalah sebagai
berikut: Anggaran program bersandar pada daftar eksplisit pelayanan yang
diberikan atau tujuan yang akan dicapai; Sebisa mungkin sumberdaya dialokasikan
untuk mencapai tujuan semaksimal mungkin. Untuk maksud tersebut digunakan
prosedur ilmiah seperti analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis),
input-output (input-output analysis) dan keefektifan-biaya (cost-effectiveness
analysis); Penganggaran program harus menggunakan prosedur untuk
mengevaluasi tingkat pencapaian tujuan; Penganggaran program memuat alokasi
sumberdaya dan proyeksi goals untuk suatu periode yang lebih
dari setahun. Dengan demikian penganggaran program dapat dianggap sebagai
sebuah alat perencanaan; Penganggaran program memuat identifikasi pilihan cara
untuk mencapai tujuan. Alternatif terbaik diperoleh setelah melalui analisis
input-output; Penganggaran program menghendaki pengembangan dan penggunaan
sistem informasi yang canggih; Penganggaran program tidak meniadakan anggaran
yang lain, dengan sistem arus informasi yang dikomputerisasi maka sebuah
informasi (belanja maupun pendapatan) dapat dimasukkan ke dalam pelbagai format
anggaran.
b. Planning-Programming-Budgeting System
(PPBS)
Penganggaran program disebut juga Planning-Programming
Budgeting System (Hartley, 1968:75) yang memiliki karakteristik
esensial : proyeksi dari keseluruhan sumber daya dan uang yang dibutuhkan untuk
beberapa tahun dihubungkan dengan variable keputusan kunci administrasi
organisasi.
PPBS merupakan reformasi keanggaranan (budgetary
reforms) pada pemerintah federal yang berpengaruh pada praktek penganggaran
kependidikan. Aspek perencanaan dari penganggaran program berakar pada
perekonomian Keynesian, meskipun dasarnya bisa dirujuk pada penganggaran
program tahun 1920-an dan tulisan A. E. Buck. Pendekatan ini direkomendasikan
oleh Hoover Commision on Government Reorganization tahun 1949.
Sejak itu anggaran pemerintah diperbarui dengan mengadopsi prosedur yang fokus
pada kinerja, fungsi, aktivitas, proyek dan program dan kemudian dikenalkan
dengan istilah baru “performance budgeting” yang menandai munculnya
praktek penganggaran program saat ini. Penelitian dan pengembangan dilakukan di
tingkat federal dan Departemen Pertahanan.
Kesuksesan Departemen Pertahanan atau DOD (Department
of Defence) mendorong Presiden AS menginstruksikan kepada 21 departemen
lainnya menjalankan PPBS karena penganggaran tradisional memiliki beberapa
kelemahan sebagai berikut:
The shortcomings may be summarized as follows: (1)
Under the existing format, objectives of agency functions and activities have
too often not been explicated with clarity and concretness; (2) alternatives
have not been sufficiently provided for consideration by decision makers; (3)
program review for decision making has been frequently concentrated within too
brief a time period; (4) accomplishments have not always been specified
adequately; (5) the future-year costs of present decisions have not always been
considered; and perhaps most important, (6) formalized planning techniques and
systems analysis have had an insufficient effect on budget decisions (Hartley, 1968:83).
PPBS memiliki enam karakteristik utama yang
membedakannya dengan penganggaran yang lain yaitu pada (1) Analytic
features. (2) Planning. (3) Programming. (4) Budgeting.
(5) Structural features (6) Administrative features.
Sementara itu berbeda dengan klasifikasi Thomas, Rubin
(1992) menunjukkan beberapa format dan teknik anggaran. Dari segi format, Rubin
menunjukkan beberapa format yaitu constant services budget, line item
budget, program budget, performance budget, zero based budget dan target
based budget. Dari segi teknik beberapa teknik berkembang untuk
menjamin keterkaitan antara perencanaan dan penganggaran yaitu planning,
programming, and budgeting system (PPBS). Selain itu, melalui management
by objectives (MBO) diupayakan keterkaitan antara sasaran yang
hendak dicapai dengan anggaran (Kartasasmita, 1997: 60).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar