Kamis, 17 September 2009

Perencanaan Kota dan Pendidikan



CHAPTER REPORT
EDUCATIONAL PLANNING

Frank W. Banghart & Albert Trull Jr.




MEMPELAJARI APA YANG SUDAH TERJADI

Sejarah perencanan pendidikan mengalami pasang surut dan pasang naik sejajar dengan perkembangan sosial. Sejarah memberikan pemahaman mengenai masa lalu dan perencanaan memberikan perkembangan di masa depan. Perencanaan berorientasi masa depan dan terdiri dari analisis menyeluruh mengenai masa kini. Meskipun demikian tanpa memahami sejarah perencana tidak mempunyai momentum dalam kesadaran untuk melompat ke masa depan.
Dalam perencanaan kita tidak dapat melepaskan diri dari perkembangan sejarah manusia yang dibentuk oleh adanya kota. Sejak awal peradaban kota telah menjadi focal point dari aktivitas manusia termasuk pendidikan. Perkembangan perencanaan pendidikan kemudian disesuaikan dalam perkembangan perencanaan kota secara menyeluruh.
Dewasa ini proyek perencanaan yang dibiayai pemerintah federal harus mengikutsertakan perencanan pendidikan. Sebagai akibatnya, dewan sekolah diminta mengaitkan perencanaan pendidikan dengan perencanaan wilayah. Lokasi fasilitas sekolah-sekolah baru harus berhubungan dengan proyeksi jumlah penduduk dan perkembangan pemukiman. Program sekolah harus dikaitkan dengan program komunitas.
Pendidikan dipengaruhi oleh dan memengaruhi hampir semua aktifivitas dalam masyarakat. Perencanaan pendidikan sebagai kegiatan politik menjadi bagian proses perencanaan komprehensif yang menyeluruh.
Keunikan setiap kota memberi sumbangan bagi karakter warganya vice versa. Setting fisik, penduduk, aktivitasnya dan tujuannya berpengaruh signifikan pada perkembangan individualitas kota. Pertama, yang terpenting dalam setiap awal perencanaan, adalah lokasi fisik dari kota. Topografi, lansekap yang melingkungi, iklim, sumber daya alam, akses bentang alam ke lahan mempengaruhi arah kota yang dibuat. Kedua, faktor signifikan adalah penduduk dan karakteristiknya. Karakteristik ditentukan oleh sikap sosial, politik, religiositas dan kerja. Faktor-faktor yang sama tetap bekerjadan pengaruhnya masih sama sampai sekarang.
Fungsi penting dari setiap Kota adalah integrasi dari kelompok-kelompok dan lembaga-lembaganya. Konsekuansinya, kunci dari setiap perkembangan kota adalah perluasan terus menerus lingkaran yang memungkinkan partisipasi dalam memecahkan masalah kota sampai setiap warganya dapat mengambil bagian.
Kota bukan hanya sekedar penduduk. Termasuk di dalamnya adalah system bangunan, system komuniksasi, dan berbagai system pembelajaran, perdagangan, permainan dan lain sebagainya. Kota merupakan suatu system interaksi dan keterkaitan yang kompleks.
Suatu hal yang sulit untuk melalukan over-estimasi pengaruh habitual yang melingkupi pada kualitas kepribadian manusia dan karakter manusia.
Sejarah perkembangan kota/pendidikan dimulai dengan usaha membuat bangunan pada masa Mesir Purba dan berlanjut secara kronologis sampai perkembangan pendidikan kota dewasa ini. Sejarah menunjukkan bagaimana praktek perencanaan pendidikan hari ini dan pendapat yang terus berkembang dan bagaimana masalah masa lalu dan sekarang terkait pada perkembangan yang terus tumbuh.
Untuk menekankan evaluasi urban/edukasi dan perencanaan, akan diberikan perhatian pada berbagai tipe bangunan dan pengaruh mendukung maupun menghambat aktivitas manusia seperti pembelajaran. Bagaimana berbagai bentuk tersebut membentuk kota dan bagaimana perencanaannya. Fokus terhadap kota adalah bahwa di mana penduduk berkumpul, di sana perencanaan diperlukan. Perkembangan kota membuat orang berkumpul dalam suatu area geografis yang kecil. Suatu kota asalnya didirikan untuk alasan perlindungan dan memfasilitasi perdagangan. Dengan evolusi industry, pendidikan, budaya dan wacana kemanusiaan membuat makin banyak orang datang ke kota. Dengan mulai berkumpulnya mereka di kota, mereka dipaksa oleh kebutuhan untuk survival membuat perbaikan pada lingkungan fisik mereka. Inilah yang memandu pada prinsip perencanaan. Perencanaan awalnya adalah perencanaan fisik, tidak berkaitan eksplisit dengan perencanaan pendidikan, karena baik perencanaan dan pendidikan belum diartikan seperti sekarang ini.
Sejarah kota dan pendidikan sesungguhnya merupakan sejarah peradaban urban. Kota dan pendidikan tidak pernah statis, selalu berubah, berreaksi dan dipengaruhi oleh keanggotaan warga kota. Bertambahnya kompleksitas masyarakat membuat kota menjadi tempat penuh paradox. Ia menawarkan kebebasan dan keberagaman sekaligus tekanan dan ketertiban.
Semakin tingginya peradaban mendatangkan kecanggihan pengelolaan kekuasaan. Kepadatan penduduk pada area yang kecil menimbulkan dominasi. Kekuasaan yang mengontrol populasi menimbulkan maneuver-manuver politik untuk memperluas kekuasaan.
Kota sebagai tempat benda-benda berharga dan alat-alat yang canggih menimbulkan ancaman yang luar biasa dan perlindungan diri yang ekstrim. Monumen-monumen Mesirian dan Mesopotamian menunjukkan adanya irasionalitas peperangan dan kekuasaan. Digambarkan mengenai raja-raja yang memutilasi, menyiksa dan membunuh anak buahnya sendiri.
Meskipun demikian kota tidak semata-mata perjuangan dan konflik. Kota adalah container yang berisi paduan dari banyak orang, dengan kepentingan aneka rupa, dan mengangkut berbagai macam aktivitas.
Kota menjadi organisasi dinamis dengan kapasitas bawaan untuk berubah. Awalnya berada sekitar gang, candi, rute perdagangan kemudian dibentuk oleh kekuatan sosial, politik dan budaya menjadi pusat yang baru.
Arthur Korn mengembangkan tesis tentang tiga tipe kota historis:
a. Kota-kota Asiatik Mesir, Mesopotamia, India dan Cina mendasarkan perekonomiannya pada genangan sungai. Komunitas pertanian ini dipimpin oleh pendeta atau raja yang terdidik.
b. Negara kota Yunani dan Romawi, yang terdiri dari elit politik yang tergantung pada buruh budak untuk memperoleh pangan. Hak warganegara dijalankan dalam agora atau forum yang menjadi focal point aktivitas demokrasi.Ciri dari Negara kota adalah bangunan publik yang megah yang berdiri kontras dengan pemukiman penduduk yang padat dan campur aduk.
c. Kota borjuis, di mana politik dan aktivitas produktif didominasi pedagang dan pengrajin.
Kota-kota itu berkembang melalui spectrum perkembangan yang luas dan tidak serupa satu sama lain. Kota borjuis muncul bersamaan dengan munculnya bourgeoisie. Selama awal Abad Menengah hanya ada sedikit produksi dan tingkat mortalitas tinggi. Kebanyakan kota belum memiliki dinding. Selama akhir Abad Menengah kekayaan mulai berakumulasi di kota dan pertumbuhan kekayaan mulai diperjuangkan antara feudalism dan kapitalisme. Meskipun banyak yang kalah, beberapa kota di Italia Utara, Belgia, Belanda dan beberapa kota sukses mengalahkan kaum feudal.
Penemuan benua Amerika dan penguatan aktivitas komersial meningkatkan permintaan pasar yang lebih luas dan juga produksi yang lebih besar. Dengan perkembangan abad industry muncullah sistem baru organisasi ekonomi -- kapitalisme. Kapitalisme pada gilirannya meningkatkan lapangan kerja dan perumahan buruh dalam jumlah yang besar. Pengembang meningkatkan dan memperluas kota-kota Renaissans, dan perluasan kota memunculkan perluasan daerah kumuh (slums area), yang pengurangannya oleh aplikasi saintifik menjadi dasar perencanaan kota modern.
Kota-kota tersebut mencapai puncaknya dewasa ini. Kota-kota modern dengan pencakar langit dengan bangunan bertingkat dengan kota sekitarnya membentuk kompleks urban tersendiri – megapolis. Monopoli dan trust, perluasan teknologi, dukungan pemerintah terhadap produksi dan non produksi, impor pangan dari Negara lain dan pertukaran budaya merupakan wajah hampir semua koda dunia.
Dalam rangka menampakkan bangunan dan kemajuan perencanaan selama sejarah, dilakukan pengujian karakteristik arsitektural dari setiap masa budaya. Survey aspek-aspek perencanaan periode tersebut dan pengujian tipe-tipe kota dan aktivitas masyarakat akan membantu dalam membuat klasifikasi umum berbagai tipe kebudayaan. Dengan demikian dapat diketahui peranan perencanaan di masa lalu dan efeknya pada perencanaan dewasa ini.

MEMPELAJARI APA YANG SUDAH TERJADI

• Perencanaan Di Masa Primitif
Dalam aktivitas perencanaan dan pembangunan, masyarakat primitive menggunakan peninggalan seni perencanaan dan bangunan dari pendahulu mereka untuk memperbaiki lingkungannya.
Penggunaan lingkungan fisik merefleksikan budaya masyarakat dan lingkungan alamnya. Disain lingkungan fisik mengekspresikan kebutuhan untuk melindungi diri dari unsure fisik dan serangan. Manusia menggunakan lingkungan fisiknya dengan bergerak ke dalam gua untuk bernaung dan perlindungan. Kemudian ketika mereka mulai menetap, mereka belajar membangun sendiri tempat bernaung dan mengambil keuntungan dari alam seperti rawa-rawa, gunung dan sungai untuk pertahanan.
Ketika manusia mulai maju, dia mulai belajar bahwa dia harus bergabung dengan orang lain untuk pertahanan dan kerjasama. Karenanya dia mulai bermukim secara permanen yang membentuk kota.
Manusia di samping membutuhkan perlindungan diri dan keamanan juga tertarik pada berbagai bentuk ibadah seremonial sehingga mereka mambangun monument dan kuburan.

• Perencanaan Kota Mesirian
Warisan dari kebudayaan dan aktivitas peradaban Mesirian terlihat pada konsep Mesir tentang dewa-dewa, penguasa setengah dewa dan hubungan terhadap dasar-dasar eksistensi. Tinjauan terhadap kuburan dan candi-candi masiv yang merupakan peninggalan dinasti-dinasti Mesirian, menunjukkan kaitan dengan kehidupan keagamaan masyarakat. Alam kubur sangat penting dan bersifat abadi, sementara hidup sementara di dunia ini merupakan beban yang harus ditinggalkan. Kependetaan yang sangat berkuasa mempengaruhi bangunan di Mesir sebagaimana nampak pada istana raja dan kuil yang megah dan mewah.
Gaya Mesirian dapat diilustrasikan dengan piramida, kuil Karnak dan Horus di Edfu. Komplek bangunan tipikal Mesirian terdiri dari kombinasi halaman, istana, kamar-kamar, koridor dan dapur yang semuanya ditutup tembok. Kuil dibangun untuk kemegahan, pyramid melambangkan kekuatan dan kepadatan. Struktur Mesirian yang monumental sangat esensial dalam orientasi kepada dewa-dewa. Kondisi stabil di Mesir memungkinkan kota kerajaan membangun lebih awal di banding peradaban lain.

• Perencanaan Kota Mesopotamian
Senada tetapi berbeda dengan peradaban Mesirian adalah peradaban yang lahir di Mesopotamia antara sungai Tigris dan Euphrat.
Kondisi banjir, badai dan kebakaran yang menjadi bencana laten bagi kehidupan penduduk di dalam kota. Penduduk juga harus berjuang mengatasi invasi dan epidemic. Selain masalah bencana kota-kota berkembang di Mesopotamia menjadi arsitektur dan perencanaan Timur Dekat purba yang merupakan perpaduan antara kekacauan dan ketertiban (chaos and order).
Benteng yang berdinding tembok merupakan hal esensial di kota. Bukit-bukit buatan yang dinamakan ziggurat menjadi karakteristik arsitektur Mesopotamian. The White Temple di Erech didirikan di sekitar ziggurat.Masyarakat pertanian menyukai tahayul dan sangat perhatian dengan simbolisme. Ziggurat melambangkan gunung suci yang tempat ibadatnya dipuncak menyediakan pendekatan ke dewa-dewa. Ziggurat yang terkenal adalah Menara Babel.
Perencana Mesopotamian tidak memahami nilai perencanaan bagi kota secara total dan terkonsentrasi pada simetri, sumbu dan keseimbangan dari bangunan individual dan kurang menghargai komposisi menyeluruh. Perencana Mesopotamian adalah yang pertama membutuhkan perencanaan tetapi terhalang untuk menerapkannya.

• Perencanaan Assyrian
Kebudayaan Assyrian berkembang di sekitar lingkungan Assyria. Kea rah selatan ibukota Assyria, Assur yang beradai di bagian atas sungai Tigris, yang terdiri dari dataran tidak berpohon, ke barat membentang dataran kering, ke utara dan timur laut pegunungan dan plato tinggi – semua itu membuat Assyria mudah diserang dan sulit untuk bertahan. Dibentuk untuk menmelihara kehidupan militer yang miskin benteng-benteng alam membuat Assyria menjadi bangsa yang penuh semangat, keras dan suka berperang.
Kekerasan dapat dilihat pada istana Sargon. Mengikuti tradisi ziggurat mereka membangun struktur di atas bukit buatan untuk melambangkan dominasi politik dan kekuatan yang menjangkau luas. Istana terdiri dari ruangan besar, kuil, markas pelayanan, kantor, dan area tempat tinggal yang membentuk kota tersendiri, yang terlindungi dari serangan dengan tembok berdekorasi bata berglasir dengan ornamen polychrome.

• Perencanaan Kota Babilonian
Kota Babylon menunjukkan kesederhanaan gaya, bentuk dan disain perencanaan dan arsitektur. Orang Babylonia membangun estetika ke dalam fasilitas fisiknya dengan menggunakan bata ornamental Assyrian dan belajar pada orang Mesir cara memadukan bata dengan batu.
Kota asli Babylon dibangun kembali oleh Nebuchadnezzar dengan kemegahan dan kemewahan bangunannya. Dikelilingi dua tembok ganda yang masiv, terletak sepanjang tepi sungai Euphrat dan dihubungkan dengan jembatan sepanjang sungai. Dalam kota ada istana Nebuchadnezzar. Atapnya dimahkotai taman gantung yang merupakan satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Kota Babylon didasarkan pada teknologi bangunan dan arsitektural masa kini yang dikombinasikan dengan penghargaan terhadap estetika dan pelayanan terhadap kebutuhan penduduk.

• Perencanaan Kota Persian
Kekuasaan dan dominasi dari pemimpin yang berganti-ganti terbawa dalam kota dan mempengaruhi ke wilayah jajahan. Contohnya adalah Imperim Persia. Persia dalam waktu cepat (549 s.M sd 525 s.M) menaklukkan Meses, Lydia dan Babylon, termasuk di dalamnya Mesopotamia dan Syria dan kemudian menaklukkan Mesir. Dalam waktu singkat itu Persia memerintah wilayah budaya peradaban awal itu. Mereka melanjutkan dengan membangun eclectic terhadap budaya lama. Mereka merencanakan dan membangun sebagaimana nampak pada Istana Persepolis, yang merupakan istana raja Persia dan mewakili sebuah tipe baru kota.

• Sumbangan Aegean Terhadap Perencanaan dan Pendidikan
Kebudayaan Barat berkembang di kepulauan laut Aegean pada waktu yang sama dengan peradaban Mesir dan Timur Dekat. Minos raja Kreta mendirikan kerajaan laut dengan system feudal dan ekspoitasi komunal.
Sejak penduduk mulai bepergian mereka mulai kurang puas dengan masyarakat pertanian swa sembada dan mencari keuntungan dalam ekonomi komersial.
Secara historis, signifikansi Yunani dalam perencanaan dimulai ketika Dorians dan Ionians terpolarisasi. Dorian menguasai bagian selatan dan sudut tenggara Asia Minor sedangkan Ionian berdiam di pusat wilayah Aegean. Karena topografi Yunani tidak kondusif bagai persatuan penduduk Yunani, keduanya kemudian membentuk kelompok budaya yang berbeda.
Hellenian yang merupakan peradaban awal Yunani mencakup baik Dorian dan Ionian. Perencanaan pada periode ini dapat dilihat pada kota Pergamum yang merupakan Negara kota di Ionia.Meskipun dibangun pada bukit-bukit dan space yang terbatas. Bangunan acropolis dan agora memasimalkan aspek estetik dan utilitarian. Pada bukit utama terdapat acropolis, teater, kuil, dan agora dan kebanyakan aktivitas penduduk berada di sana.
Pasar memainkan peran penting pada kota-kota Yunani. Penduduk Negara kota bertambah dan hidup makmur. Untuk merespon semangat individualism dalam perdagangan yang meningkat, setiap warga Negara yang merdeka, baik kaya maupun miskin, berbagi secara adil. Untuk menyesuaikan diri dengan penduduk yang ambisius suatu kondisi memrlukan suatu bentuk baru pendidikan. Pendidikan lama tidak dapat merespon perubahan sebagaimana diilustrasikan Aristopahanes di mana anak-anak hanya belajar menghapalkan lagu tanpa dibolehkan menyilangkan tangan.
Pembelajaran yang penuh larangan dan aturan tidak memuaskan terhadap kebutuhan baru akan pelatihan yang menyiapkan warga kota dalam kehidupan public. Untuk memenuhi kebutuhan ini sekolah dengan pembelajaran yang lebih tinggi dengan pelajaran dan metode diskusi kritis didirikan.
Kemampuan berdiskusi secara kritis ditekankan oleh Aristotle dalam buku Politics.
“Sebuah kota akan mulia hanya ketika warganya yang berpartisipasi dalam pemerintahan adalah orang yang berbudi, dan dalam Negara kita semua warga Negara berperan serta dalam pemerintahan. Marilah kita bertanya bagaimana seorang warganegara menjadi mulia”

Hippodamus, Ionian, adalah perancang pertama yang merancang jalan-jalan kota yang besar lurus dan menyebrang ke sudut kanan untuk memungkinkan pengelompokan penduduk.
Meskipun kurang memiliki kualitas estetik, kota Athena memberikan kontribusi pada dunia. Kerja seni dan aritektur yang terkenal termasuk sekolah, mengundang pengunjung dan pelajar untuk mengenal apa yang kemudian disebut dunia beradab. Pendidikan Athenian memiliki perbedaan pada metode heuristic Socrates untuk menemukan gagasan fundamental yang menghubungkan manusia dan dunianya.
Prinsip-prinsip pendidikan membantu menjadikan Athena sebagai pusat kegiatan intelektual. Tujuan dari pendidikan adalah pembentukan tatanan sosial (social order). Institusi Negara dan bangunan-bangunannya sangat edukatif :
a. Majelis (The Assembbly) tempat dimana undang-undang dibuat dan diperdebatkan;
b. Pengadilan (The Juries) di mana warga duduk dan hukum dijalankan;
c. Teater, di mana karya-karya masterpiece sastra Yunani dipertunjukkan;
d. Gelanggang olah raga (The Olympian and other Games), di mana upacara besar keagamaan sastra, atletik dan artistic di mana bangsa Yunani berkumpul dari segala penjuru.
Dengan menekankan learning by doing, kota menjadi pusat pembelajaran untuk menyiapkan pelajar “taat pada para dewa, menghormati tentangga dan diri mereka sendiri serta takzim terhadap kebijakan bangsanya”. Singkatnya warganegara Yunani belajar kebijakan Delphie : know thyself (kenalilah dirimu sendiri).
Sejak Alexander mengalahkan Darius III dari Persia terbukalah Timur Dekat terhadap pengaruh Hellenisme. Perubahan dari polis Hellenis menjadi metropolis Hellenistik mengharuskan bangsa Yunani merespon perubahan masyarakat urban sehingga memunculkan perencanaan dengan organisasi tinggi yang menghasilkan arsitektur yang indah. Lama kelamaan aktivitas intelekual tidak mampu mengatasi kuantitas yang besar, tekanan politik, pembagian kelas, dan ketidakcocokan abadi antara Yunani dan Timur.
Dalam arsitektur hal itu terlihat pada perencanaan Parthenon dan Acropolis. Bangunan-bangunan tersebut memberi perhatian pada arsitektur sekaligus pada bangunan sector public. Bangunan Ionik digantikan dengan Corinthian yang sayangnya tidak didukung oleh kondisi ekonomi yang terus memburuk. Birokrasi menjadi korup, tidak kompeten dan menindas. Yunani terpuruk hingga kemudian Romawi datang.

• Perencanaan dan Pendidikan orang Romawi
Arsitektur Yunani mencerminkan keanggunan yang sederhana sementara arsitektur Romawi agresif dan penuh inspirasi politis. Romawi adalah pembangun. Kebanyakan perencanaan dan bangunan mereka berdasar pada tekanan dan kebutuhan praktis segera. Untuk kepentingan pengawasan pemerintah mereka membangun jembatan, saluran air dan viaduct. Mereka dengan cepat merancang kota yang secara konstan direvisi dan digunakan kembali.
Pada imperium Romawi terdapat uniformitas pendidikan. Orang bebas yang beruntung dapat menghadiri primus magister untuk belajar membaca menulis dan berhitung. Bisa juga datang ke sekolah tata bahasa untuk memperdalam latar belakang sastra. Jika berhasil pada sekolah tata bahawa mereka bisa melanjutkan sekolah spesialisasi atau belajar pada tutor pribadi.
Sejak Julius Caesar setiap kaisar menjadi panutan pembelajaran. Augustus mendirikan perpustakaan di Roma, Vespasian mengorganisir sekolah dengan mendatangkan guru yang bekerja untuk Negara. Quintilian, Xerva dan Trojan memberi pinjaman dengan bunga untuk para petani agar anak mereka bisa bersekolah, anak perempuan sampai umur 14 tahun dan laki-laki sampai umur 18 tahun.
Antonius Pius menghapus metode bantuan kadang-kadang dan membuat system pendidikan imperial. Dia membayar gaji guru terpilih dan memberikan kehormatan pada mereka untuk mengajar di ibukota provinsi imperium Romawi. Ibukota membiayai lima ahli tatabahasa, kota besar membiayai empat ahli tata bahasa dan kota kecil mengurus tiga ahli tata bahasa. Tanggungjawab ini membuat kota menjadi pelabuhan pendidikan dan dewan kota mendukung kebijakan pendidikan warganya. Akibatnya, pendidikan bagi kebanyakan orang besar berlangsung di kota dan kota menyediakan kelas terbaik yang berpengalaman.

• Pengaruh Byzantium pada Perencanaan dan Pendidikan
St Sophia di Konstantinopel merupakan contoh klasik tempat untuk pengajaran bagi mereka yang tidak dapat membaca naskah suci pada tradisi Kristen. Kebanyakan bangunan dirancang untuk memberi inspirasi kecintaan pada keyakinan dan mendorong peribadatan. Ukuran yang besar merupakan antithesis bagi sekolah pagan yang mahal yang runtuh pada abad kelimabelas. Sekolah sekuler terhenti dan tinggal sekolah privat.
Kewajiban mengurus pendidikan diberikan pada keuskupan gereja cabang timur. Dua kanon dikeluarkan tahun 680; yang satu membolehkan pendeta mengirim kemenakannya pergi ke sekolah dan satunya lagi memerintahkan pendeta mengajar tata bahasa bagi anak-anak orang beriman.
Gerakan ini menyebabkan berkembangnya sekolah ke seluruh Eropa dalam dua tiga abad. Arsitetkur Bizantium mempengaruhi Alhambra di Granada, gereja di Moskow dan Kiev serta Taj Mahal di India.

• Pengaruh Roman pada Perencanaan dan Pendidikan
Pengaruh Romawi sampai ke Eropa Barat. Bangsawan-bangawan mengurus kota sementara para pendeta menciptakan klas terdidik kota. Kemajuan besar terjadi pada pendidikan umum, sebagai akibat dari usaha bersama Gereja dan Negara. Reformasi pendidikan oleh Charlemagne membawa kesatuan parsial tujuan menuju pendidikan. Diperkuat oleh mentalitas penuh semangat barbarian dari utara dan Moor, yang tetap hidup dengan filsafat dan sains Yunani di pusat kebudayaan Granada, kota-kota sekali lagi ditentukan nasibnya menjadi tempat kelahiran pembelajaran.
Dengan perkembangan perdagangan, para pengambil keputuan mengambil perhatian lebih besar pada seni, arsitektur dan pendidikan. Selama abad Sembilan, sepuluh dan sebelas arsitektur dan pendidikan Romawi terbentuk. Gereja-gereja merupakan bangunan umum pada periode ini dengan kelembagaan yang rumit. Dengan munculnya kota-kota muncullah kebutuhan akan pendidikan dan tidak lama kemudian berdirilah sekolah-sekolah. Dalam penampilannya sekolah-sekolah berbeda dengan bangunan gereja.
Pada akhir abad ke-15 sekolah mulai lepas dari kontrol Gereja. Kemudian sekolah menjadi lembaga murni pemerintah kota.

• Pengaruh Gothic pada Perencanaan dan Pendidikan
Berangkat dari pengaruh arsitektur Romawi, Gothic menggabungkan dengan semangat zaman ke dalam bangunan. Arsitektur Gothic dikenal dengan ketinggian, garis vertical, kubah berkerangka, lengkungan berujung, jendela berkaca-patri dan dinding penopang melayang.
Notre Dame di Paris menggambarkan kombinasi antara Roman dan Gothic. Dia didirikan di tengah dua periode, tidak hanya terkait dengan dua arsitektur tetapi dua tipe pendekatan pendidikan yang membuat Paris menjadi pusat pembelajaran. Di abad ke-11 reputasi pendidikan Notre Dame tergantung pada guru “besar” seperti William of Champeaux yang mengajar “like an angel from heaven”, yang menulis “ constant questioning is the first key to wisdom. For through doubt we are led to inquiry, and by inquiry we discern the truth”. Karena mereka tradisi pembelajaran menjadi terlokalisasi pada lembaga, lembaga yang kadang lebih besar dari guru-guru besarnya.

• Perencanaan dan Pendididikan Renaissans
Memotong melintang beberapa abad pada perencanaan, gaya arsitektural dan perkembangan pendidikan, Renaissans berkembang pada berbagai bagian Eropa pada waktu yang berbeda. Langkah kehidupan, daya tarik baru pada manusia dan kemakmuran ekonomi mengarah pada kebangkitan kembali konsep individualitas manusia dan nilai dasarnya. Pelukis besar, pematung, arsitek, perancang, penemu dan pendidik memenuhi pusat kebudayaan dunia beradab. Manusia Renaissans yang cakap menjadi standard dan semua berkecimpung di berbagai disiplin. Michelangelo, Leonardo da Vinci, Pietro Vergerio, Vittorina da Feltre – kepala sekolah modern pertama – dan lain-lain adalah contoh dari mereka yang menghasilkan masterpieces yang lahir dari Renaissans.
Banyak rancangan disumbangkan pada bangunan Renaissans termasuk jalan lurus yang membentuk vista, pola papan catur, disain kebun, “rond point” dan berbagai tipe piazza.
Berbagai gagasan pendidikan Renaissans termasuk nilai suatu pendidikan menyeluruh bagi manusia dengan urusannya, kebutuhan adaptasi subyek belajar ke individu dan pada usia murid, organisasi pekerjaan sekolah, pengenalan humanities pada kurikulum dan gagasan pendidikan adalah sebagai urusan sosial yang menjadi perhatian manusia. Dengan munculnya merkantilisme (colbertisme) yang mengehendaki kemajuan perdagangan, seluruh system pendidikan mengalami kekacauan. Sekolah dengan tatanan yang baru diperlukan. Meluasnya politik dan ekonomi menghendaki tipe baru pendidikan.
Martin Luther memimpin gerakan ini. Diperlukan sekolah yang baik untuk anak laki-laki dan perempuan. Laki-laki untuk mengatur pemerintahan dan perempuan untuk mengurus keluarga secara efisien. Masyarakat dan orang tua berkewajiban mendidik orang muda kota.
Versailles selain menjadi pusat pemerintahan Perancis jug menjadi pusat pendidikan khusus. Louis XIV meletakkan dasar intelektual dan sosial bagi seluruh Eropa. Di sini pemuda kalangan atas dengan tutornya memperoleh pengetahuan kehidupan dan tatakrama melalui hubungan langsung dengan bangsawan Perancis.
Eksperimen di bidang pendidikan dan perencanaan berlanjut selama masa Renaissans akhir. Akibat konflik keagamaan terjadi perubahan pada dunia pendidikan. Kesulitan-kesulitan terjadi di selatan yang dikuasai Katolik tetapi kemajuan terasa di utara yang Protestan. Sekolah-sekolah dengan sarana yang buruk dan guru yang digaji rendah menjadikan pendidikan mengalami stagnasi sampai akhir abad ke-17.

• Perencanaan dan Pendidikan Baroq
Gaya Baroq menyajikan pendekatan eklektik dari berbagai gaya arsitektur. Selama masa kerja Paladio, banyak artis mencari metoda disain inovatif. Mereka menolak norma mapan dan mengembangkan bentuk inivatif. Karakteristik dominan baroq adalah gerakan dinamis dan display yang mencolok dari ketidakseimbangan massa dan garis.
Energy disain baru pada pendidikan juga muncul. Essay karya De la Chalotais dan Emile karya Rousseau menciptakan keinginan untuk mereformasi pendidikan. Salah satu gagasan ialah perlunya dukungan nasional perencanaan pendidikan komprehensif, karena pendidikan nyatanya merupakan persoalan public. Pengajaran untuk anak, penekanan lebih besar pada pengetahuan praktis lebih mudah diberikan public daripada sekolah yang didukung gereja. Negara harus menyiapkan pendidikan bagi masa depan warganya.
Mengikuti trend keterbukaan pada perencanaan fisik, pendidikan pun menyesuaikan diri. Marquis de Condorcet memberikan tiga alasan. Pertama, setiap warganegara harus mampu menjalankan kewajibannya tanpa tergantung pada pihak lain, Kedua, setiap warganegara harus memberikan kontribusi untuk kebaikan masyarakat, Ketiga, kesempurnaan manusia tergantung pada pendidikan.
Istilah baroque berasal dari bahasa Portugis barroco mengacu pada bentuk tidak teratur mutiara. Penerimaan gaya baroq ditunjukkan dengan meluasnya pengaruh di seluruh Eropa pada abad ke-17 dan 18. Pengaruhnya sebagai sebuah model meluas bahkan sampai pada perancangan dan pembangunan ibukota baru di Washington D.C. Sebagai sebuah model pendidikan, pengaruh gaya baroq pada program nasional terlihat pada hampir semua Negara Eropa barat.

• Zaman Industri dan Pendidikan
Kerja berabad-abad pada perencanan arsitektur dan edukasi (PAE) nampak hilang dalam semalam. Abad industry tiba ketika berbagai model PAE tersaji di kota. Era industry memberikan efek pada perencanaan dan pendidikan. Perancang punya banyak variabel untuk dikerjakan, termasuk perubahan skala, jumlah massa populasi yang tak terbatas, konsentrasi industry dan konglomerasi kuantitas tanpa kualitas.
Dalam mengorganisir komunitas pabrik yang di dalamnya ada lima ratus anak miskin, Robert Owen merubah seluruh karakter tempat dengan menggunakan metoda yang bervariasi, termasuk sebuah sekolah gratis bagi anak-anak umur lima sampai sepuluh tahun. Dia membuat tesis bahwa perbedaan antara orang baik dan buruk terjadi melalui perbedaan pendidikan. Akibatnya nasib suatu komunitas ditentukan oleh mereka sendiri.
Elemen utama kota industrial adalah pabrik, rel kereta api dan daerah kumuh. Namun tidak semua perkembangan industrial suram. Ada sedikit industrialis yang tercerahkan seperti Sir Titus Salt yang membangun komunitas baru Saltaire untuk menyediakan papan bagi buruh. Dia percaya bahwa pendidikan sekuler dan agama merupakan alat untuk memperbaiki pendekatan buruh terhadap kehidupan. Dia menyediakan keduanya. Pada jalan di atas pabrik di kotanya dia membangun sekolah yang menyediakan fasilitas pendidikan dan rekreasi.
Sukses industry menyebabkan efisiensi sekolah dan pelatihan teknis. Kemakmuran industry tergantung pada faktor pendukung. Akibatnya terjadi revolusi parallel juga terjadi pada pendidikan. Pendidikan nampak berada pada sekolah yang didukung public, tidak dapat dipisahkan dari investasi public dan pembuatan undang-undang terkait erat dengan pemilu dan prospek ekonomi. Pendidikan menjadi komprehensif secara sosial. Pendidikan terkait positif dengan perubahan teknologi dan sosial yang diperlukan apabila Revolusi Industri terus berlanjut mencapai tahapan yang baru.
Di akhir abad ke-19 suatu reaksi terhadap buruknya kota industry menghendaki upaya sekali lagi untuk menghasilkan simetri dan keindahan pada perencanaan dan pendidikan menyeluruh.

• Konsep Kota Taman
Satu faktor penting pada pertumbuhan dan perkembangan perencanaan kota (urban planning) adalah konsep kota taman (garden city ) yang merupakan imbauan estetik terhadap kota modern. Pada tahun 1919 Garden Cities and Towns Planning Association mendefinisikan Garden City sebagai “ a town designed for healthy living and industry of a size that makes possible a full measure of social life, but no larger; surrounded by a rural belt; the whole of the land being in public ownership or held in trust for the community”.
Elemen esensial dari Howard’s Garden City movement adalah :
a. Kota industry dan perdagangan yang berukuran moderat yang berhubungan langsung dengan lingkungan pertanian, masing-masing merupakan komunitas yang sehat, berprasarana lengkap dan koheren.
b. Pemintakatan area di setiap kota untuk menyiapkan akses antara rumah, tempat kerja, pertokoan dan pusat budaya.
c. Pembatasan kepadatan untuk mengamankan penerangan, taman dan ruang rekreasi
d. Disain sipil yang bertujuan menciptakan harmoni dibanding standarisasi
e. Komunikasi internal dan eksternal yang terencana
f. Pemilikan lahan yang seragam digabung dengan sewa, mendamaikan kepentingan public dengan kebebasan memilih dan berusaha.

• Makna Perencanaan dan Pendidikan Dewasa Ini
Dalam menjelajahi sejarah perkembangan perencanaan dan pendidikan, kita dapat mengindikasikan hubungan yang erat antara arsitektur dan konstruksi fisik. Upaya perencanaan dan pendidikan dewasa ini tumbuh secara substansial, berupaya mencari solusi terhadap masalah sosial.
Kata perencanaan sudah mengalami modifikasi sejak dikenalkan sekitar 300 tahun yang lalu. Planning berasal dari bahasa Latin planus, yang artinya datar, kata tersebut masuk ke dalam bahasa Inggris pada abad ke-17. Pada waktu itu memilki arti yang sempit dan spesifik, medeskripsikan kegiatan menggambar atau membuat sket dari suatu obyek pada permukaan yang datar, seperti menggambar blueprint.
Sedangkan kata education (pendidikan) masih memiliki arti kata yang sama, yang artinya “memimpin ke depan” dari bahasa Latin educere. Dengan mengkombinasikan planus dan educere, kembali pada konsep dasar merencanakan dan mendidik – memimpin ke depan dengan suatu tawaran metode tindakan – member suatu pandangan bagaimana mengatasi masalah kompleks dikaitkan dengan menyampaikan pengetahuan yang terus berkembang pada populasi heterogen yang terus bertumbuh.
Dewasa ini istilah perencanaan dan pendidikan berkembang berkonotasi dengan konsep system, di mana berbagai variabel terlibat. Lokasi dari subsistem tertentu seperti sekolah dalam komunitas, analisis kebutuhan dan perencanaan yang berkaitan dengan penggunaan lahan, transportasi, tawaran kurikulum, nilai masyarakat, dan faktor tangible maupun intangible. Karena perencanaan dan pendidikan berada dalam orientasi sosial yang lebih besar, perencana pendidikan modern juga menghadapi masalah yang berkaitan dengan komunitas sosial ekonomi, politik, dan karakteristik psikologis penduduk yang dipengaruhi oleh perencanaan pendidikan.
Dari perjalanan sejarah terlihat bahwa perencanaan dan pendidikan, kota dan pendidikan masih terus berubah. Sekolah biasa gagal menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibawa oleh struktur masyarakat akibat Revolusi Industri.
Tantangan yang kompleks dan impresif yang dihadapi perencana dan pendidik begitu ekstrim sehingga bakat mereka dihabiskan untuk mencari cara yang dikenal dengan bentuk arsitektural dan pendidikan yang mampu beradaptasi dengan keadaan darurat baru. Pada banyak kasus solusi baru ditemukan setelah kenyataan terjadi dan pada hampir semua kasus tidak pernah ada pemecahan masalah.
Ada lima masalah utama yang harus dipecahkan. Pertama, apa yang dapat dilakukan untuk membawa aktivitas pendidikan mendekat pada aktivitas perkotaan lainnya, dan perubahan apa yang diperlukan fasilitas fisik dewasa ini? Kedua, apa yang dapat dilakukan agar memiliki nilai positif dan signifikansi nyata yang menghargai partisipasi personal dalam lingkungan urban, dan bentuk perumahan fisik apa yang dibutuhkan mereka? Tiga, bagaimana agar pengajaran berbagai subyek lebih dekat dengan pengalaman keseharian siswa dan dengan pekerjaan yang diperlukan lingkungan urban? Keempat, bagaimana bisa memberikan perhatian adekuat pada siswa individual sementara yang bagian besar terus berkembang? Kelima, apa peran yang dapat dimainkan perencana pendidikan dengan kelompok perencana komunitas dalam memecahkan masalah yang bersumber pada “apa yang telah terjadi”, “apa yang sedang terjadi” dan “apa yang akan terjadi” ?


PEMBAHASAN

Bab 2 dari buku “Education Planning” membahas mengenai sejarah perencanaan, arsitektur dan pendidikan khususnya di dalam sebuah kota. Perkembangan perencanaan dimulai dari masa primitive, Mesirian, Assyrian, Babylonian, Aegean, Roman, Byzantium, Gothic, Renaissans, Baroq, Revolusi Industri hingga Konsep Kota Taman sebagai solusi terhadap kota-kota industry yang tidak manusiawi.
Perencanaan, arsitektur dan pendidikan memiliki hubungan erat sebagai fenomena sosial yang terus berkembang dari waktu ke waktu menghadapi tantangan zaman yang terus berubah. Pada umumnya baik perencanaan maupun pendidikan selalu ketinggalan dalam menghadapi perubahan.
Sebagai fenomena sosial perencanaan kota dan pendidikan, maupun perencanaan pendidikan itu sendiri telah menjadi masalah yang kompleks bertali temali dengan perkembangan sosial, ekonomi, budaya dan politik. Karena itu perencanaan, pendidikan maupun perencanaan pendidikan memerlukan dukungan masyarakat maupun pemerintah.
Perkembangan perencanaan kota yang dikaitkan dengan perencanaan pendidikan belum menjadi isu penting pada perencanaan di Negara kita, sehingga perencanaan pendidikan menjadi bagian yang seolah-olah berdiri sendiri. Pendidikan dalam hal ini lembaga sekolah termasuk di dalamnya bangunan dan arsitektur sekolah berjalan tanpa kaitan yang jelas dengan perkembangan kota bahkan seringkali menjadi korban dari perencanaan kota. Hal itu menunjukkan rendahnya perhatian para perencana terhadap arti penting pendidikan padahal dalam sejarah telah ditunjukkan bahwa perkembangan sebuah bangsa, masyarakat atau kota tidak mungkin dilepaskan dari pendidikan sebagai pencetak agen perubahan.



KESIMPULAN

1. Perencanaan dan pendidikan adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam peradaban manusia sejak masa primitive hingga Revolusi Industri.
2. Makna perencanaan telah banyak berubah sedangkan makna pendidikan relative tetap dari masa ke masa yakni memimpin ke depan.
3. Perencanaan dan pendidikan pada umumnya selalu tertinggal oleh perubahan zaman.
4. Perencanaan kota di Negara kita pada umumnya belum menjadikan pendidikan sebagai bagian integral perencanaan.

Tidak ada komentar: