Kamis, 17 September 2009

Perencanaan Kota dan Pendidikan



CHAPTER REPORT
EDUCATIONAL PLANNING

Frank W. Banghart & Albert Trull Jr.




MEMPELAJARI APA YANG SUDAH TERJADI

Sejarah perencanan pendidikan mengalami pasang surut dan pasang naik sejajar dengan perkembangan sosial. Sejarah memberikan pemahaman mengenai masa lalu dan perencanaan memberikan perkembangan di masa depan. Perencanaan berorientasi masa depan dan terdiri dari analisis menyeluruh mengenai masa kini. Meskipun demikian tanpa memahami sejarah perencana tidak mempunyai momentum dalam kesadaran untuk melompat ke masa depan.
Dalam perencanaan kita tidak dapat melepaskan diri dari perkembangan sejarah manusia yang dibentuk oleh adanya kota. Sejak awal peradaban kota telah menjadi focal point dari aktivitas manusia termasuk pendidikan. Perkembangan perencanaan pendidikan kemudian disesuaikan dalam perkembangan perencanaan kota secara menyeluruh.
Dewasa ini proyek perencanaan yang dibiayai pemerintah federal harus mengikutsertakan perencanan pendidikan. Sebagai akibatnya, dewan sekolah diminta mengaitkan perencanaan pendidikan dengan perencanaan wilayah. Lokasi fasilitas sekolah-sekolah baru harus berhubungan dengan proyeksi jumlah penduduk dan perkembangan pemukiman. Program sekolah harus dikaitkan dengan program komunitas.
Pendidikan dipengaruhi oleh dan memengaruhi hampir semua aktifivitas dalam masyarakat. Perencanaan pendidikan sebagai kegiatan politik menjadi bagian proses perencanaan komprehensif yang menyeluruh.
Keunikan setiap kota memberi sumbangan bagi karakter warganya vice versa. Setting fisik, penduduk, aktivitasnya dan tujuannya berpengaruh signifikan pada perkembangan individualitas kota. Pertama, yang terpenting dalam setiap awal perencanaan, adalah lokasi fisik dari kota. Topografi, lansekap yang melingkungi, iklim, sumber daya alam, akses bentang alam ke lahan mempengaruhi arah kota yang dibuat. Kedua, faktor signifikan adalah penduduk dan karakteristiknya. Karakteristik ditentukan oleh sikap sosial, politik, religiositas dan kerja. Faktor-faktor yang sama tetap bekerjadan pengaruhnya masih sama sampai sekarang.
Fungsi penting dari setiap Kota adalah integrasi dari kelompok-kelompok dan lembaga-lembaganya. Konsekuansinya, kunci dari setiap perkembangan kota adalah perluasan terus menerus lingkaran yang memungkinkan partisipasi dalam memecahkan masalah kota sampai setiap warganya dapat mengambil bagian.
Kota bukan hanya sekedar penduduk. Termasuk di dalamnya adalah system bangunan, system komuniksasi, dan berbagai system pembelajaran, perdagangan, permainan dan lain sebagainya. Kota merupakan suatu system interaksi dan keterkaitan yang kompleks.
Suatu hal yang sulit untuk melalukan over-estimasi pengaruh habitual yang melingkupi pada kualitas kepribadian manusia dan karakter manusia.
Sejarah perkembangan kota/pendidikan dimulai dengan usaha membuat bangunan pada masa Mesir Purba dan berlanjut secara kronologis sampai perkembangan pendidikan kota dewasa ini. Sejarah menunjukkan bagaimana praktek perencanaan pendidikan hari ini dan pendapat yang terus berkembang dan bagaimana masalah masa lalu dan sekarang terkait pada perkembangan yang terus tumbuh.
Untuk menekankan evaluasi urban/edukasi dan perencanaan, akan diberikan perhatian pada berbagai tipe bangunan dan pengaruh mendukung maupun menghambat aktivitas manusia seperti pembelajaran. Bagaimana berbagai bentuk tersebut membentuk kota dan bagaimana perencanaannya. Fokus terhadap kota adalah bahwa di mana penduduk berkumpul, di sana perencanaan diperlukan. Perkembangan kota membuat orang berkumpul dalam suatu area geografis yang kecil. Suatu kota asalnya didirikan untuk alasan perlindungan dan memfasilitasi perdagangan. Dengan evolusi industry, pendidikan, budaya dan wacana kemanusiaan membuat makin banyak orang datang ke kota. Dengan mulai berkumpulnya mereka di kota, mereka dipaksa oleh kebutuhan untuk survival membuat perbaikan pada lingkungan fisik mereka. Inilah yang memandu pada prinsip perencanaan. Perencanaan awalnya adalah perencanaan fisik, tidak berkaitan eksplisit dengan perencanaan pendidikan, karena baik perencanaan dan pendidikan belum diartikan seperti sekarang ini.
Sejarah kota dan pendidikan sesungguhnya merupakan sejarah peradaban urban. Kota dan pendidikan tidak pernah statis, selalu berubah, berreaksi dan dipengaruhi oleh keanggotaan warga kota. Bertambahnya kompleksitas masyarakat membuat kota menjadi tempat penuh paradox. Ia menawarkan kebebasan dan keberagaman sekaligus tekanan dan ketertiban.
Semakin tingginya peradaban mendatangkan kecanggihan pengelolaan kekuasaan. Kepadatan penduduk pada area yang kecil menimbulkan dominasi. Kekuasaan yang mengontrol populasi menimbulkan maneuver-manuver politik untuk memperluas kekuasaan.
Kota sebagai tempat benda-benda berharga dan alat-alat yang canggih menimbulkan ancaman yang luar biasa dan perlindungan diri yang ekstrim. Monumen-monumen Mesirian dan Mesopotamian menunjukkan adanya irasionalitas peperangan dan kekuasaan. Digambarkan mengenai raja-raja yang memutilasi, menyiksa dan membunuh anak buahnya sendiri.
Meskipun demikian kota tidak semata-mata perjuangan dan konflik. Kota adalah container yang berisi paduan dari banyak orang, dengan kepentingan aneka rupa, dan mengangkut berbagai macam aktivitas.
Kota menjadi organisasi dinamis dengan kapasitas bawaan untuk berubah. Awalnya berada sekitar gang, candi, rute perdagangan kemudian dibentuk oleh kekuatan sosial, politik dan budaya menjadi pusat yang baru.
Arthur Korn mengembangkan tesis tentang tiga tipe kota historis:
a. Kota-kota Asiatik Mesir, Mesopotamia, India dan Cina mendasarkan perekonomiannya pada genangan sungai. Komunitas pertanian ini dipimpin oleh pendeta atau raja yang terdidik.
b. Negara kota Yunani dan Romawi, yang terdiri dari elit politik yang tergantung pada buruh budak untuk memperoleh pangan. Hak warganegara dijalankan dalam agora atau forum yang menjadi focal point aktivitas demokrasi.Ciri dari Negara kota adalah bangunan publik yang megah yang berdiri kontras dengan pemukiman penduduk yang padat dan campur aduk.
c. Kota borjuis, di mana politik dan aktivitas produktif didominasi pedagang dan pengrajin.
Kota-kota itu berkembang melalui spectrum perkembangan yang luas dan tidak serupa satu sama lain. Kota borjuis muncul bersamaan dengan munculnya bourgeoisie. Selama awal Abad Menengah hanya ada sedikit produksi dan tingkat mortalitas tinggi. Kebanyakan kota belum memiliki dinding. Selama akhir Abad Menengah kekayaan mulai berakumulasi di kota dan pertumbuhan kekayaan mulai diperjuangkan antara feudalism dan kapitalisme. Meskipun banyak yang kalah, beberapa kota di Italia Utara, Belgia, Belanda dan beberapa kota sukses mengalahkan kaum feudal.
Penemuan benua Amerika dan penguatan aktivitas komersial meningkatkan permintaan pasar yang lebih luas dan juga produksi yang lebih besar. Dengan perkembangan abad industry muncullah sistem baru organisasi ekonomi -- kapitalisme. Kapitalisme pada gilirannya meningkatkan lapangan kerja dan perumahan buruh dalam jumlah yang besar. Pengembang meningkatkan dan memperluas kota-kota Renaissans, dan perluasan kota memunculkan perluasan daerah kumuh (slums area), yang pengurangannya oleh aplikasi saintifik menjadi dasar perencanaan kota modern.
Kota-kota tersebut mencapai puncaknya dewasa ini. Kota-kota modern dengan pencakar langit dengan bangunan bertingkat dengan kota sekitarnya membentuk kompleks urban tersendiri – megapolis. Monopoli dan trust, perluasan teknologi, dukungan pemerintah terhadap produksi dan non produksi, impor pangan dari Negara lain dan pertukaran budaya merupakan wajah hampir semua koda dunia.
Dalam rangka menampakkan bangunan dan kemajuan perencanaan selama sejarah, dilakukan pengujian karakteristik arsitektural dari setiap masa budaya. Survey aspek-aspek perencanaan periode tersebut dan pengujian tipe-tipe kota dan aktivitas masyarakat akan membantu dalam membuat klasifikasi umum berbagai tipe kebudayaan. Dengan demikian dapat diketahui peranan perencanaan di masa lalu dan efeknya pada perencanaan dewasa ini.

MEMPELAJARI APA YANG SUDAH TERJADI

• Perencanaan Di Masa Primitif
Dalam aktivitas perencanaan dan pembangunan, masyarakat primitive menggunakan peninggalan seni perencanaan dan bangunan dari pendahulu mereka untuk memperbaiki lingkungannya.
Penggunaan lingkungan fisik merefleksikan budaya masyarakat dan lingkungan alamnya. Disain lingkungan fisik mengekspresikan kebutuhan untuk melindungi diri dari unsure fisik dan serangan. Manusia menggunakan lingkungan fisiknya dengan bergerak ke dalam gua untuk bernaung dan perlindungan. Kemudian ketika mereka mulai menetap, mereka belajar membangun sendiri tempat bernaung dan mengambil keuntungan dari alam seperti rawa-rawa, gunung dan sungai untuk pertahanan.
Ketika manusia mulai maju, dia mulai belajar bahwa dia harus bergabung dengan orang lain untuk pertahanan dan kerjasama. Karenanya dia mulai bermukim secara permanen yang membentuk kota.
Manusia di samping membutuhkan perlindungan diri dan keamanan juga tertarik pada berbagai bentuk ibadah seremonial sehingga mereka mambangun monument dan kuburan.

• Perencanaan Kota Mesirian
Warisan dari kebudayaan dan aktivitas peradaban Mesirian terlihat pada konsep Mesir tentang dewa-dewa, penguasa setengah dewa dan hubungan terhadap dasar-dasar eksistensi. Tinjauan terhadap kuburan dan candi-candi masiv yang merupakan peninggalan dinasti-dinasti Mesirian, menunjukkan kaitan dengan kehidupan keagamaan masyarakat. Alam kubur sangat penting dan bersifat abadi, sementara hidup sementara di dunia ini merupakan beban yang harus ditinggalkan. Kependetaan yang sangat berkuasa mempengaruhi bangunan di Mesir sebagaimana nampak pada istana raja dan kuil yang megah dan mewah.
Gaya Mesirian dapat diilustrasikan dengan piramida, kuil Karnak dan Horus di Edfu. Komplek bangunan tipikal Mesirian terdiri dari kombinasi halaman, istana, kamar-kamar, koridor dan dapur yang semuanya ditutup tembok. Kuil dibangun untuk kemegahan, pyramid melambangkan kekuatan dan kepadatan. Struktur Mesirian yang monumental sangat esensial dalam orientasi kepada dewa-dewa. Kondisi stabil di Mesir memungkinkan kota kerajaan membangun lebih awal di banding peradaban lain.

• Perencanaan Kota Mesopotamian
Senada tetapi berbeda dengan peradaban Mesirian adalah peradaban yang lahir di Mesopotamia antara sungai Tigris dan Euphrat.
Kondisi banjir, badai dan kebakaran yang menjadi bencana laten bagi kehidupan penduduk di dalam kota. Penduduk juga harus berjuang mengatasi invasi dan epidemic. Selain masalah bencana kota-kota berkembang di Mesopotamia menjadi arsitektur dan perencanaan Timur Dekat purba yang merupakan perpaduan antara kekacauan dan ketertiban (chaos and order).
Benteng yang berdinding tembok merupakan hal esensial di kota. Bukit-bukit buatan yang dinamakan ziggurat menjadi karakteristik arsitektur Mesopotamian. The White Temple di Erech didirikan di sekitar ziggurat.Masyarakat pertanian menyukai tahayul dan sangat perhatian dengan simbolisme. Ziggurat melambangkan gunung suci yang tempat ibadatnya dipuncak menyediakan pendekatan ke dewa-dewa. Ziggurat yang terkenal adalah Menara Babel.
Perencana Mesopotamian tidak memahami nilai perencanaan bagi kota secara total dan terkonsentrasi pada simetri, sumbu dan keseimbangan dari bangunan individual dan kurang menghargai komposisi menyeluruh. Perencana Mesopotamian adalah yang pertama membutuhkan perencanaan tetapi terhalang untuk menerapkannya.

• Perencanaan Assyrian
Kebudayaan Assyrian berkembang di sekitar lingkungan Assyria. Kea rah selatan ibukota Assyria, Assur yang beradai di bagian atas sungai Tigris, yang terdiri dari dataran tidak berpohon, ke barat membentang dataran kering, ke utara dan timur laut pegunungan dan plato tinggi – semua itu membuat Assyria mudah diserang dan sulit untuk bertahan. Dibentuk untuk menmelihara kehidupan militer yang miskin benteng-benteng alam membuat Assyria menjadi bangsa yang penuh semangat, keras dan suka berperang.
Kekerasan dapat dilihat pada istana Sargon. Mengikuti tradisi ziggurat mereka membangun struktur di atas bukit buatan untuk melambangkan dominasi politik dan kekuatan yang menjangkau luas. Istana terdiri dari ruangan besar, kuil, markas pelayanan, kantor, dan area tempat tinggal yang membentuk kota tersendiri, yang terlindungi dari serangan dengan tembok berdekorasi bata berglasir dengan ornamen polychrome.

• Perencanaan Kota Babilonian
Kota Babylon menunjukkan kesederhanaan gaya, bentuk dan disain perencanaan dan arsitektur. Orang Babylonia membangun estetika ke dalam fasilitas fisiknya dengan menggunakan bata ornamental Assyrian dan belajar pada orang Mesir cara memadukan bata dengan batu.
Kota asli Babylon dibangun kembali oleh Nebuchadnezzar dengan kemegahan dan kemewahan bangunannya. Dikelilingi dua tembok ganda yang masiv, terletak sepanjang tepi sungai Euphrat dan dihubungkan dengan jembatan sepanjang sungai. Dalam kota ada istana Nebuchadnezzar. Atapnya dimahkotai taman gantung yang merupakan satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Kota Babylon didasarkan pada teknologi bangunan dan arsitektural masa kini yang dikombinasikan dengan penghargaan terhadap estetika dan pelayanan terhadap kebutuhan penduduk.

• Perencanaan Kota Persian
Kekuasaan dan dominasi dari pemimpin yang berganti-ganti terbawa dalam kota dan mempengaruhi ke wilayah jajahan. Contohnya adalah Imperim Persia. Persia dalam waktu cepat (549 s.M sd 525 s.M) menaklukkan Meses, Lydia dan Babylon, termasuk di dalamnya Mesopotamia dan Syria dan kemudian menaklukkan Mesir. Dalam waktu singkat itu Persia memerintah wilayah budaya peradaban awal itu. Mereka melanjutkan dengan membangun eclectic terhadap budaya lama. Mereka merencanakan dan membangun sebagaimana nampak pada Istana Persepolis, yang merupakan istana raja Persia dan mewakili sebuah tipe baru kota.

• Sumbangan Aegean Terhadap Perencanaan dan Pendidikan
Kebudayaan Barat berkembang di kepulauan laut Aegean pada waktu yang sama dengan peradaban Mesir dan Timur Dekat. Minos raja Kreta mendirikan kerajaan laut dengan system feudal dan ekspoitasi komunal.
Sejak penduduk mulai bepergian mereka mulai kurang puas dengan masyarakat pertanian swa sembada dan mencari keuntungan dalam ekonomi komersial.
Secara historis, signifikansi Yunani dalam perencanaan dimulai ketika Dorians dan Ionians terpolarisasi. Dorian menguasai bagian selatan dan sudut tenggara Asia Minor sedangkan Ionian berdiam di pusat wilayah Aegean. Karena topografi Yunani tidak kondusif bagai persatuan penduduk Yunani, keduanya kemudian membentuk kelompok budaya yang berbeda.
Hellenian yang merupakan peradaban awal Yunani mencakup baik Dorian dan Ionian. Perencanaan pada periode ini dapat dilihat pada kota Pergamum yang merupakan Negara kota di Ionia.Meskipun dibangun pada bukit-bukit dan space yang terbatas. Bangunan acropolis dan agora memasimalkan aspek estetik dan utilitarian. Pada bukit utama terdapat acropolis, teater, kuil, dan agora dan kebanyakan aktivitas penduduk berada di sana.
Pasar memainkan peran penting pada kota-kota Yunani. Penduduk Negara kota bertambah dan hidup makmur. Untuk merespon semangat individualism dalam perdagangan yang meningkat, setiap warga Negara yang merdeka, baik kaya maupun miskin, berbagi secara adil. Untuk menyesuaikan diri dengan penduduk yang ambisius suatu kondisi memrlukan suatu bentuk baru pendidikan. Pendidikan lama tidak dapat merespon perubahan sebagaimana diilustrasikan Aristopahanes di mana anak-anak hanya belajar menghapalkan lagu tanpa dibolehkan menyilangkan tangan.
Pembelajaran yang penuh larangan dan aturan tidak memuaskan terhadap kebutuhan baru akan pelatihan yang menyiapkan warga kota dalam kehidupan public. Untuk memenuhi kebutuhan ini sekolah dengan pembelajaran yang lebih tinggi dengan pelajaran dan metode diskusi kritis didirikan.
Kemampuan berdiskusi secara kritis ditekankan oleh Aristotle dalam buku Politics.
“Sebuah kota akan mulia hanya ketika warganya yang berpartisipasi dalam pemerintahan adalah orang yang berbudi, dan dalam Negara kita semua warga Negara berperan serta dalam pemerintahan. Marilah kita bertanya bagaimana seorang warganegara menjadi mulia”

Hippodamus, Ionian, adalah perancang pertama yang merancang jalan-jalan kota yang besar lurus dan menyebrang ke sudut kanan untuk memungkinkan pengelompokan penduduk.
Meskipun kurang memiliki kualitas estetik, kota Athena memberikan kontribusi pada dunia. Kerja seni dan aritektur yang terkenal termasuk sekolah, mengundang pengunjung dan pelajar untuk mengenal apa yang kemudian disebut dunia beradab. Pendidikan Athenian memiliki perbedaan pada metode heuristic Socrates untuk menemukan gagasan fundamental yang menghubungkan manusia dan dunianya.
Prinsip-prinsip pendidikan membantu menjadikan Athena sebagai pusat kegiatan intelektual. Tujuan dari pendidikan adalah pembentukan tatanan sosial (social order). Institusi Negara dan bangunan-bangunannya sangat edukatif :
a. Majelis (The Assembbly) tempat dimana undang-undang dibuat dan diperdebatkan;
b. Pengadilan (The Juries) di mana warga duduk dan hukum dijalankan;
c. Teater, di mana karya-karya masterpiece sastra Yunani dipertunjukkan;
d. Gelanggang olah raga (The Olympian and other Games), di mana upacara besar keagamaan sastra, atletik dan artistic di mana bangsa Yunani berkumpul dari segala penjuru.
Dengan menekankan learning by doing, kota menjadi pusat pembelajaran untuk menyiapkan pelajar “taat pada para dewa, menghormati tentangga dan diri mereka sendiri serta takzim terhadap kebijakan bangsanya”. Singkatnya warganegara Yunani belajar kebijakan Delphie : know thyself (kenalilah dirimu sendiri).
Sejak Alexander mengalahkan Darius III dari Persia terbukalah Timur Dekat terhadap pengaruh Hellenisme. Perubahan dari polis Hellenis menjadi metropolis Hellenistik mengharuskan bangsa Yunani merespon perubahan masyarakat urban sehingga memunculkan perencanaan dengan organisasi tinggi yang menghasilkan arsitektur yang indah. Lama kelamaan aktivitas intelekual tidak mampu mengatasi kuantitas yang besar, tekanan politik, pembagian kelas, dan ketidakcocokan abadi antara Yunani dan Timur.
Dalam arsitektur hal itu terlihat pada perencanaan Parthenon dan Acropolis. Bangunan-bangunan tersebut memberi perhatian pada arsitektur sekaligus pada bangunan sector public. Bangunan Ionik digantikan dengan Corinthian yang sayangnya tidak didukung oleh kondisi ekonomi yang terus memburuk. Birokrasi menjadi korup, tidak kompeten dan menindas. Yunani terpuruk hingga kemudian Romawi datang.

• Perencanaan dan Pendidikan orang Romawi
Arsitektur Yunani mencerminkan keanggunan yang sederhana sementara arsitektur Romawi agresif dan penuh inspirasi politis. Romawi adalah pembangun. Kebanyakan perencanaan dan bangunan mereka berdasar pada tekanan dan kebutuhan praktis segera. Untuk kepentingan pengawasan pemerintah mereka membangun jembatan, saluran air dan viaduct. Mereka dengan cepat merancang kota yang secara konstan direvisi dan digunakan kembali.
Pada imperium Romawi terdapat uniformitas pendidikan. Orang bebas yang beruntung dapat menghadiri primus magister untuk belajar membaca menulis dan berhitung. Bisa juga datang ke sekolah tata bahasa untuk memperdalam latar belakang sastra. Jika berhasil pada sekolah tata bahawa mereka bisa melanjutkan sekolah spesialisasi atau belajar pada tutor pribadi.
Sejak Julius Caesar setiap kaisar menjadi panutan pembelajaran. Augustus mendirikan perpustakaan di Roma, Vespasian mengorganisir sekolah dengan mendatangkan guru yang bekerja untuk Negara. Quintilian, Xerva dan Trojan memberi pinjaman dengan bunga untuk para petani agar anak mereka bisa bersekolah, anak perempuan sampai umur 14 tahun dan laki-laki sampai umur 18 tahun.
Antonius Pius menghapus metode bantuan kadang-kadang dan membuat system pendidikan imperial. Dia membayar gaji guru terpilih dan memberikan kehormatan pada mereka untuk mengajar di ibukota provinsi imperium Romawi. Ibukota membiayai lima ahli tatabahasa, kota besar membiayai empat ahli tata bahasa dan kota kecil mengurus tiga ahli tata bahasa. Tanggungjawab ini membuat kota menjadi pelabuhan pendidikan dan dewan kota mendukung kebijakan pendidikan warganya. Akibatnya, pendidikan bagi kebanyakan orang besar berlangsung di kota dan kota menyediakan kelas terbaik yang berpengalaman.

• Pengaruh Byzantium pada Perencanaan dan Pendidikan
St Sophia di Konstantinopel merupakan contoh klasik tempat untuk pengajaran bagi mereka yang tidak dapat membaca naskah suci pada tradisi Kristen. Kebanyakan bangunan dirancang untuk memberi inspirasi kecintaan pada keyakinan dan mendorong peribadatan. Ukuran yang besar merupakan antithesis bagi sekolah pagan yang mahal yang runtuh pada abad kelimabelas. Sekolah sekuler terhenti dan tinggal sekolah privat.
Kewajiban mengurus pendidikan diberikan pada keuskupan gereja cabang timur. Dua kanon dikeluarkan tahun 680; yang satu membolehkan pendeta mengirim kemenakannya pergi ke sekolah dan satunya lagi memerintahkan pendeta mengajar tata bahasa bagi anak-anak orang beriman.
Gerakan ini menyebabkan berkembangnya sekolah ke seluruh Eropa dalam dua tiga abad. Arsitetkur Bizantium mempengaruhi Alhambra di Granada, gereja di Moskow dan Kiev serta Taj Mahal di India.

• Pengaruh Roman pada Perencanaan dan Pendidikan
Pengaruh Romawi sampai ke Eropa Barat. Bangsawan-bangawan mengurus kota sementara para pendeta menciptakan klas terdidik kota. Kemajuan besar terjadi pada pendidikan umum, sebagai akibat dari usaha bersama Gereja dan Negara. Reformasi pendidikan oleh Charlemagne membawa kesatuan parsial tujuan menuju pendidikan. Diperkuat oleh mentalitas penuh semangat barbarian dari utara dan Moor, yang tetap hidup dengan filsafat dan sains Yunani di pusat kebudayaan Granada, kota-kota sekali lagi ditentukan nasibnya menjadi tempat kelahiran pembelajaran.
Dengan perkembangan perdagangan, para pengambil keputuan mengambil perhatian lebih besar pada seni, arsitektur dan pendidikan. Selama abad Sembilan, sepuluh dan sebelas arsitektur dan pendidikan Romawi terbentuk. Gereja-gereja merupakan bangunan umum pada periode ini dengan kelembagaan yang rumit. Dengan munculnya kota-kota muncullah kebutuhan akan pendidikan dan tidak lama kemudian berdirilah sekolah-sekolah. Dalam penampilannya sekolah-sekolah berbeda dengan bangunan gereja.
Pada akhir abad ke-15 sekolah mulai lepas dari kontrol Gereja. Kemudian sekolah menjadi lembaga murni pemerintah kota.

• Pengaruh Gothic pada Perencanaan dan Pendidikan
Berangkat dari pengaruh arsitektur Romawi, Gothic menggabungkan dengan semangat zaman ke dalam bangunan. Arsitektur Gothic dikenal dengan ketinggian, garis vertical, kubah berkerangka, lengkungan berujung, jendela berkaca-patri dan dinding penopang melayang.
Notre Dame di Paris menggambarkan kombinasi antara Roman dan Gothic. Dia didirikan di tengah dua periode, tidak hanya terkait dengan dua arsitektur tetapi dua tipe pendekatan pendidikan yang membuat Paris menjadi pusat pembelajaran. Di abad ke-11 reputasi pendidikan Notre Dame tergantung pada guru “besar” seperti William of Champeaux yang mengajar “like an angel from heaven”, yang menulis “ constant questioning is the first key to wisdom. For through doubt we are led to inquiry, and by inquiry we discern the truth”. Karena mereka tradisi pembelajaran menjadi terlokalisasi pada lembaga, lembaga yang kadang lebih besar dari guru-guru besarnya.

• Perencanaan dan Pendididikan Renaissans
Memotong melintang beberapa abad pada perencanaan, gaya arsitektural dan perkembangan pendidikan, Renaissans berkembang pada berbagai bagian Eropa pada waktu yang berbeda. Langkah kehidupan, daya tarik baru pada manusia dan kemakmuran ekonomi mengarah pada kebangkitan kembali konsep individualitas manusia dan nilai dasarnya. Pelukis besar, pematung, arsitek, perancang, penemu dan pendidik memenuhi pusat kebudayaan dunia beradab. Manusia Renaissans yang cakap menjadi standard dan semua berkecimpung di berbagai disiplin. Michelangelo, Leonardo da Vinci, Pietro Vergerio, Vittorina da Feltre – kepala sekolah modern pertama – dan lain-lain adalah contoh dari mereka yang menghasilkan masterpieces yang lahir dari Renaissans.
Banyak rancangan disumbangkan pada bangunan Renaissans termasuk jalan lurus yang membentuk vista, pola papan catur, disain kebun, “rond point” dan berbagai tipe piazza.
Berbagai gagasan pendidikan Renaissans termasuk nilai suatu pendidikan menyeluruh bagi manusia dengan urusannya, kebutuhan adaptasi subyek belajar ke individu dan pada usia murid, organisasi pekerjaan sekolah, pengenalan humanities pada kurikulum dan gagasan pendidikan adalah sebagai urusan sosial yang menjadi perhatian manusia. Dengan munculnya merkantilisme (colbertisme) yang mengehendaki kemajuan perdagangan, seluruh system pendidikan mengalami kekacauan. Sekolah dengan tatanan yang baru diperlukan. Meluasnya politik dan ekonomi menghendaki tipe baru pendidikan.
Martin Luther memimpin gerakan ini. Diperlukan sekolah yang baik untuk anak laki-laki dan perempuan. Laki-laki untuk mengatur pemerintahan dan perempuan untuk mengurus keluarga secara efisien. Masyarakat dan orang tua berkewajiban mendidik orang muda kota.
Versailles selain menjadi pusat pemerintahan Perancis jug menjadi pusat pendidikan khusus. Louis XIV meletakkan dasar intelektual dan sosial bagi seluruh Eropa. Di sini pemuda kalangan atas dengan tutornya memperoleh pengetahuan kehidupan dan tatakrama melalui hubungan langsung dengan bangsawan Perancis.
Eksperimen di bidang pendidikan dan perencanaan berlanjut selama masa Renaissans akhir. Akibat konflik keagamaan terjadi perubahan pada dunia pendidikan. Kesulitan-kesulitan terjadi di selatan yang dikuasai Katolik tetapi kemajuan terasa di utara yang Protestan. Sekolah-sekolah dengan sarana yang buruk dan guru yang digaji rendah menjadikan pendidikan mengalami stagnasi sampai akhir abad ke-17.

• Perencanaan dan Pendidikan Baroq
Gaya Baroq menyajikan pendekatan eklektik dari berbagai gaya arsitektur. Selama masa kerja Paladio, banyak artis mencari metoda disain inovatif. Mereka menolak norma mapan dan mengembangkan bentuk inivatif. Karakteristik dominan baroq adalah gerakan dinamis dan display yang mencolok dari ketidakseimbangan massa dan garis.
Energy disain baru pada pendidikan juga muncul. Essay karya De la Chalotais dan Emile karya Rousseau menciptakan keinginan untuk mereformasi pendidikan. Salah satu gagasan ialah perlunya dukungan nasional perencanaan pendidikan komprehensif, karena pendidikan nyatanya merupakan persoalan public. Pengajaran untuk anak, penekanan lebih besar pada pengetahuan praktis lebih mudah diberikan public daripada sekolah yang didukung gereja. Negara harus menyiapkan pendidikan bagi masa depan warganya.
Mengikuti trend keterbukaan pada perencanaan fisik, pendidikan pun menyesuaikan diri. Marquis de Condorcet memberikan tiga alasan. Pertama, setiap warganegara harus mampu menjalankan kewajibannya tanpa tergantung pada pihak lain, Kedua, setiap warganegara harus memberikan kontribusi untuk kebaikan masyarakat, Ketiga, kesempurnaan manusia tergantung pada pendidikan.
Istilah baroque berasal dari bahasa Portugis barroco mengacu pada bentuk tidak teratur mutiara. Penerimaan gaya baroq ditunjukkan dengan meluasnya pengaruh di seluruh Eropa pada abad ke-17 dan 18. Pengaruhnya sebagai sebuah model meluas bahkan sampai pada perancangan dan pembangunan ibukota baru di Washington D.C. Sebagai sebuah model pendidikan, pengaruh gaya baroq pada program nasional terlihat pada hampir semua Negara Eropa barat.

• Zaman Industri dan Pendidikan
Kerja berabad-abad pada perencanan arsitektur dan edukasi (PAE) nampak hilang dalam semalam. Abad industry tiba ketika berbagai model PAE tersaji di kota. Era industry memberikan efek pada perencanaan dan pendidikan. Perancang punya banyak variabel untuk dikerjakan, termasuk perubahan skala, jumlah massa populasi yang tak terbatas, konsentrasi industry dan konglomerasi kuantitas tanpa kualitas.
Dalam mengorganisir komunitas pabrik yang di dalamnya ada lima ratus anak miskin, Robert Owen merubah seluruh karakter tempat dengan menggunakan metoda yang bervariasi, termasuk sebuah sekolah gratis bagi anak-anak umur lima sampai sepuluh tahun. Dia membuat tesis bahwa perbedaan antara orang baik dan buruk terjadi melalui perbedaan pendidikan. Akibatnya nasib suatu komunitas ditentukan oleh mereka sendiri.
Elemen utama kota industrial adalah pabrik, rel kereta api dan daerah kumuh. Namun tidak semua perkembangan industrial suram. Ada sedikit industrialis yang tercerahkan seperti Sir Titus Salt yang membangun komunitas baru Saltaire untuk menyediakan papan bagi buruh. Dia percaya bahwa pendidikan sekuler dan agama merupakan alat untuk memperbaiki pendekatan buruh terhadap kehidupan. Dia menyediakan keduanya. Pada jalan di atas pabrik di kotanya dia membangun sekolah yang menyediakan fasilitas pendidikan dan rekreasi.
Sukses industry menyebabkan efisiensi sekolah dan pelatihan teknis. Kemakmuran industry tergantung pada faktor pendukung. Akibatnya terjadi revolusi parallel juga terjadi pada pendidikan. Pendidikan nampak berada pada sekolah yang didukung public, tidak dapat dipisahkan dari investasi public dan pembuatan undang-undang terkait erat dengan pemilu dan prospek ekonomi. Pendidikan menjadi komprehensif secara sosial. Pendidikan terkait positif dengan perubahan teknologi dan sosial yang diperlukan apabila Revolusi Industri terus berlanjut mencapai tahapan yang baru.
Di akhir abad ke-19 suatu reaksi terhadap buruknya kota industry menghendaki upaya sekali lagi untuk menghasilkan simetri dan keindahan pada perencanaan dan pendidikan menyeluruh.

• Konsep Kota Taman
Satu faktor penting pada pertumbuhan dan perkembangan perencanaan kota (urban planning) adalah konsep kota taman (garden city ) yang merupakan imbauan estetik terhadap kota modern. Pada tahun 1919 Garden Cities and Towns Planning Association mendefinisikan Garden City sebagai “ a town designed for healthy living and industry of a size that makes possible a full measure of social life, but no larger; surrounded by a rural belt; the whole of the land being in public ownership or held in trust for the community”.
Elemen esensial dari Howard’s Garden City movement adalah :
a. Kota industry dan perdagangan yang berukuran moderat yang berhubungan langsung dengan lingkungan pertanian, masing-masing merupakan komunitas yang sehat, berprasarana lengkap dan koheren.
b. Pemintakatan area di setiap kota untuk menyiapkan akses antara rumah, tempat kerja, pertokoan dan pusat budaya.
c. Pembatasan kepadatan untuk mengamankan penerangan, taman dan ruang rekreasi
d. Disain sipil yang bertujuan menciptakan harmoni dibanding standarisasi
e. Komunikasi internal dan eksternal yang terencana
f. Pemilikan lahan yang seragam digabung dengan sewa, mendamaikan kepentingan public dengan kebebasan memilih dan berusaha.

• Makna Perencanaan dan Pendidikan Dewasa Ini
Dalam menjelajahi sejarah perkembangan perencanaan dan pendidikan, kita dapat mengindikasikan hubungan yang erat antara arsitektur dan konstruksi fisik. Upaya perencanaan dan pendidikan dewasa ini tumbuh secara substansial, berupaya mencari solusi terhadap masalah sosial.
Kata perencanaan sudah mengalami modifikasi sejak dikenalkan sekitar 300 tahun yang lalu. Planning berasal dari bahasa Latin planus, yang artinya datar, kata tersebut masuk ke dalam bahasa Inggris pada abad ke-17. Pada waktu itu memilki arti yang sempit dan spesifik, medeskripsikan kegiatan menggambar atau membuat sket dari suatu obyek pada permukaan yang datar, seperti menggambar blueprint.
Sedangkan kata education (pendidikan) masih memiliki arti kata yang sama, yang artinya “memimpin ke depan” dari bahasa Latin educere. Dengan mengkombinasikan planus dan educere, kembali pada konsep dasar merencanakan dan mendidik – memimpin ke depan dengan suatu tawaran metode tindakan – member suatu pandangan bagaimana mengatasi masalah kompleks dikaitkan dengan menyampaikan pengetahuan yang terus berkembang pada populasi heterogen yang terus bertumbuh.
Dewasa ini istilah perencanaan dan pendidikan berkembang berkonotasi dengan konsep system, di mana berbagai variabel terlibat. Lokasi dari subsistem tertentu seperti sekolah dalam komunitas, analisis kebutuhan dan perencanaan yang berkaitan dengan penggunaan lahan, transportasi, tawaran kurikulum, nilai masyarakat, dan faktor tangible maupun intangible. Karena perencanaan dan pendidikan berada dalam orientasi sosial yang lebih besar, perencana pendidikan modern juga menghadapi masalah yang berkaitan dengan komunitas sosial ekonomi, politik, dan karakteristik psikologis penduduk yang dipengaruhi oleh perencanaan pendidikan.
Dari perjalanan sejarah terlihat bahwa perencanaan dan pendidikan, kota dan pendidikan masih terus berubah. Sekolah biasa gagal menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibawa oleh struktur masyarakat akibat Revolusi Industri.
Tantangan yang kompleks dan impresif yang dihadapi perencana dan pendidik begitu ekstrim sehingga bakat mereka dihabiskan untuk mencari cara yang dikenal dengan bentuk arsitektural dan pendidikan yang mampu beradaptasi dengan keadaan darurat baru. Pada banyak kasus solusi baru ditemukan setelah kenyataan terjadi dan pada hampir semua kasus tidak pernah ada pemecahan masalah.
Ada lima masalah utama yang harus dipecahkan. Pertama, apa yang dapat dilakukan untuk membawa aktivitas pendidikan mendekat pada aktivitas perkotaan lainnya, dan perubahan apa yang diperlukan fasilitas fisik dewasa ini? Kedua, apa yang dapat dilakukan agar memiliki nilai positif dan signifikansi nyata yang menghargai partisipasi personal dalam lingkungan urban, dan bentuk perumahan fisik apa yang dibutuhkan mereka? Tiga, bagaimana agar pengajaran berbagai subyek lebih dekat dengan pengalaman keseharian siswa dan dengan pekerjaan yang diperlukan lingkungan urban? Keempat, bagaimana bisa memberikan perhatian adekuat pada siswa individual sementara yang bagian besar terus berkembang? Kelima, apa peran yang dapat dimainkan perencana pendidikan dengan kelompok perencana komunitas dalam memecahkan masalah yang bersumber pada “apa yang telah terjadi”, “apa yang sedang terjadi” dan “apa yang akan terjadi” ?


PEMBAHASAN

Bab 2 dari buku “Education Planning” membahas mengenai sejarah perencanaan, arsitektur dan pendidikan khususnya di dalam sebuah kota. Perkembangan perencanaan dimulai dari masa primitive, Mesirian, Assyrian, Babylonian, Aegean, Roman, Byzantium, Gothic, Renaissans, Baroq, Revolusi Industri hingga Konsep Kota Taman sebagai solusi terhadap kota-kota industry yang tidak manusiawi.
Perencanaan, arsitektur dan pendidikan memiliki hubungan erat sebagai fenomena sosial yang terus berkembang dari waktu ke waktu menghadapi tantangan zaman yang terus berubah. Pada umumnya baik perencanaan maupun pendidikan selalu ketinggalan dalam menghadapi perubahan.
Sebagai fenomena sosial perencanaan kota dan pendidikan, maupun perencanaan pendidikan itu sendiri telah menjadi masalah yang kompleks bertali temali dengan perkembangan sosial, ekonomi, budaya dan politik. Karena itu perencanaan, pendidikan maupun perencanaan pendidikan memerlukan dukungan masyarakat maupun pemerintah.
Perkembangan perencanaan kota yang dikaitkan dengan perencanaan pendidikan belum menjadi isu penting pada perencanaan di Negara kita, sehingga perencanaan pendidikan menjadi bagian yang seolah-olah berdiri sendiri. Pendidikan dalam hal ini lembaga sekolah termasuk di dalamnya bangunan dan arsitektur sekolah berjalan tanpa kaitan yang jelas dengan perkembangan kota bahkan seringkali menjadi korban dari perencanaan kota. Hal itu menunjukkan rendahnya perhatian para perencana terhadap arti penting pendidikan padahal dalam sejarah telah ditunjukkan bahwa perkembangan sebuah bangsa, masyarakat atau kota tidak mungkin dilepaskan dari pendidikan sebagai pencetak agen perubahan.



KESIMPULAN

1. Perencanaan dan pendidikan adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam peradaban manusia sejak masa primitive hingga Revolusi Industri.
2. Makna perencanaan telah banyak berubah sedangkan makna pendidikan relative tetap dari masa ke masa yakni memimpin ke depan.
3. Perencanaan dan pendidikan pada umumnya selalu tertinggal oleh perubahan zaman.
4. Perencanaan kota di Negara kita pada umumnya belum menjadikan pendidikan sebagai bagian integral perencanaan.

Minggu, 13 September 2009

Maros

Kajian Filsafat Pendidikan

FILSAFAT ADMINISTRASI PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

Filsafat administrasi pendidikan terus menerus memikirkan dan mencari asums-asumsi, prinsip-prinsip dan teori baik berupa axioma maupun teorema karena pendidikan sebagai system memerlukan upaya berkelanjutan mencari dan mengembangkan teori system umum untuk aplikasi masa depan.
Filsafat system muncul sebagai respon terhadap tumbuhnya kompleksitas lingkungan, ledakan pengetahuan, meningkatkanya spesialisasi dan berubahnya nilai social-manusia. Perkembangan ini memerlukan pendekatan yang lebih integral, dinamis dan viable dari manajemen organisasi modern.
Filsafat system akan diuji ulang dengan penekanan pada arahan masa depan. Isu masa depan organisasi dan manajemen adalah bahwa : (a) Organisasi dan masyarakat akan maju bersama secara harmonis ;(b) Organisasi yang lama akan diganti oleh yang baru; (c) Gagasan dan konsep tidak cukup menjamin perubahan, diperlukan tehnik perubahan; (d) Teori dan metodologi system merupakan prospek terbaik untuk memecahkan isu organisasi yang kompleks di masa depan.
Manajemen berkembang terus menerus secara rasional dan ilmiah. Perubahan yang terus menerus akibat kemajuan ilmu pengetahuan melahirkan filsafat system. Diperlukan adanya penerapan teori system umum yang merupakan pendekatan umum, interdidipliner dan deskriptif. Masa depan melahirkan isu bagi organisasi dan manajemen yang memerlukan jawaban tehnik perubahan bukan sekedar gagasan atan konsep. Upaya memecahkan isu organisasi yang kompleks di masa depan adalah dengan teori dan metodologi sistem




BAB II
FILSAFAT ADMINISTRASI PENDIDIKAN

A. Interrelasi filsafat, ilmu dan agama

Filsafat – Ilmu
Dalam hal tertentu filsafat dengan ilmu (sains) memiliki persamaan yaitu dalam hal cara berpikirnya yang kritis. Sedangkan perbedaannya terletak pada enam hal (Titus, 1979) :
1. Filsafat berhubungan dengan pengelaman yang komprehensif sedangkan ilmu dengan hal yang spesifik
2. Pendekatan berpikir filsafat : sintetik dan sinoptek sedangkan pendekatan ilmu : analitik
3. Filsafat mementingkan personalitas, ilmu mengabaikan personalitas untuk memperoleh obyektifitas
4. Filsafat bertujuan mengkritik, menilai dan menertibkan, ilmu mementingkan aspek ril dari alam, mengobservasi dan mengontrol prosesnya.
5. Filsafat lebih tertarik untuk mementingkan hubungan antara fakta-fakta khusus dengan skema besar, ilmu mementingkan deskripsi hokum-hukum fenomena dan hubungan sebab akibat
6. Hasil berfilsafat bersifat normative, sedangkan ilmu bersifat deskriptif
Filsafat-Agama
Filsafat mempunyai persamaan tertentu dengan agama, karena sama-sama mengurusi masalah kebenaran, serta masalah nilai baik dan buruk di samping memiliki karakteristik normative atau preskriptif. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut (Syarifudin & Kurniasih, 2008) :
1. Filsafat dimulai dengan ketakjuban, keraguan atau ketidakpuasan dan hasrat bertanya . Sedangkan agama dimulai dengan keimanan atau percaya.
2. Filsafat merupakan hasil berpikir reflektif sistematis dan kritis kontemplatif sedangkan agama didapat melalui wahyu yang disampaikan Tuhan melalui RasulNya.
3. Filsafat berisi tentang system pikiran mengenai hakikat realitas (metafisika), hakikat pengetahuan (epistemologis) hakikat nilai (aksiologi) sedangkan agama berisi tentang credo mengenai adanya Yang Mutlak dengan system ritus dan norma.
Filsafat memberikan pada manajemen suatu pemahaman bahwa ada interaksi dan korelasi antara filsafat, agama, ilmu dan seni yang dapat memberikan pendekatan komprehensif terhadap administrasi pendidikan agar dapat dijalankan dengan metodologi yang efektif.

B. Filsafat Pendidikan
Sosok pendidikan yang dapat kita kenali dalam kehidupan manusia dapat dibedakan dalam dua macam (Mudyahardjo, 2002:5) : (1) praktek pendidikan dan (2) ilmu pendidikan sebaga salah satu bentuk teori pendidikan. Karenaya filsafat pendidikan pun dapat dibedakan menjadi dua macam : (1) filsafat praktek pendidikan dan (2) filsafat ilmu pendidikan.
1. Filsafat praktek pendidikan adalah analisis kritis dan kemprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Filsafat praktek pendidikan dibedakan menjadi dua :
1. filsafat proses pendidikan (biasa disebut filsafat pendidikan):
yang merupakan analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya kegiatan pendidikan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Masalah pokok yang dibahas ada tiga : (1) apakah sebenarnya pendidikan itu, (2) apakah tujuan pendidikan irusebenarnya dan (3) dengan cara apakah tujuan pendidikan dapat dicapai (Henderson : 1959:237)
2. filsafat social pendidikan merupakan pembahasan hubungan antara penataan masyarakat manusia dengan pendidikan ( Moore). Dengan demikian merupakan analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dalam mewujudkan tatanan masyarakat idaman. Tiga masalah poko yang dibahas adalah : (1) hakikat kesamaan manusia dan pendidikan (2) hakikat kemerdekaan dan pendidikan dan (3) hakikat demokrasi dan pendidikan.

2. Filsafat ilmu pendidikan (Smith) masih dalam tahap permulaan yang diawali dengan analisis kritis terhadap konsep-konsep psikologi pendidikan seperti teori belajar S-R, pengukuran pendidikan, prosedur-prosedur sistematis tentang penyusunan kurikulum dan sebagainya.
Masalah-masalah filsafat ilmu mencakup : (1) struktur ilmu,yang meliputi metode dan bentuk pengetahuan ilmiah dan (2) kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan pengetahuan praktis tentang kenyataan.
Obyek filsafat ilmu pendidikan ada empat : (1) ontology yaitu hakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan, (2) epistemology yaitu hakikat obyek formal dan material ilmu pendidikan , (3) metodolog yaitu hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan, dan (4) aksiologi yaitu hakikat nilai kegunaan teoretis dan praktis ilmu pendidikan.


C. Filsafat administrasi pendidikan

Untuk memahami filsafat administrasi pendidikan, perlu dipahami terlebih dahulu secara etimologis dari makna filsafat, administrasi, dan pendidikan sebelum menemukan sintesis yang menghasilkan konsep filsafat administrasi pendidikan.
Filsafat
Filsafat dalam bahasa Yunani berasal dari dua suku kata philos dan Sophia. Philos diartikan sebagai cinta, sedangkan Sophia diartikan kearifan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan. Menjadi bijaksana berarti berusaha mendalami hakikat sesuatu. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa berfilsafat berarti berusaha mengetahui tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, baik mengenai hakikatnya, fungsinya, ciri-cirinya , kegunaannya , masalah-masalahnya serta pemecahan-pemecahan terhadap masalah-masalah itu .
Administrasi
Administrasi didefinisikan sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2008:2). Dengan demikian administrasi mengandung hal-hal sebagai berikut :
1. Administrasi sebagai seni adalah suatu proses yang diketahui permulaannya namun tidak diketahui akhirnya;
2. Administrasi memiliki unsure-unsur sebagai berikut :
• Adanya dua orang atau lebih
• Adanya tujuan yang hendak dicapai
• Adanya tugas-tugas yang akan dilaksanakan
• Adanya peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan tuga-tugas tersebut (waktu, tempat, material, sarana lainnya);
3. Administrasi sebagai proses kerja sama bukan merupakan hal yang baru karena ia timbul bersam-sama dengan timbulnya peradabanmanusia. Administrasi sebagai seni sebagai fenomena social.

Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Selanjutnya dikatakan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Pendidikan merupakan suatu system. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dengan demikian filsafat administrasi pendidikan merupakan upaya yang mendalam untuk mengetahui hakikat dari proses kerjasama manusia mencapai tujuan bersama di bidang pendidikan secara sistemik.

D. Sistem : kajian input-proses-output
Sistem adalah keseluruhan yang tersusun dari berbagai bagian (Poerbakawatja, 1981). Sebuah system merupakan suatu keseluruhan, yang terdiri dari aneka macam komponen yang saling berinteraksi satu sama lain dalam rangka mengusahakan pencapaian sasaran dan tujuan system yang bersangkutan (Shrode & Voich, 1974). Dengan adanya system terbuka, maka komponen-komponen system berinteraksi secara erat dengan lingkungan yang mengelilingi system tersebut. Keberhasilan system tergantung pada eratnya kerja sama secara harmonis dan terpadu dengan lingkungannya hingga pada akhirnya dicapai kondisi yang saling menguntungkan. Sebagai sebuah metode dapat dijelaskan melalui pendekatan system. Pada dasarnya pendekatan ini mencakup aplikasi metode ilmiah dalam memecahkan masalah.
Konsep management by system (MBS) menyediakan satu kerangka yang terintegrasi untuk melihat tanggungjawab manajerial dan aktivitas-aktivitas manajerial sebagai kumpulan subsistem yang saling berhubungan di dalam satu system organisasi dengan satu supersistem lingkungan.Pandangan ini merupakan intisari filsafat system yang mempresentasikan cara berpikir tentang manajemen sebagai sebuah system. Hal ini merupakan integrasi dari asumsi-asumsi, prinsip dan teori, berupa tingkah laku serta ilmu manajemen.
Dalam management by system terdapat asumsi dan prinsip yang berhubungan dengan elemen besar dari organisasi berupa tujuan, tehnik, struktur, manusia dan informasi yang berhubungan dengan lima dimensi dinamis dari MBS berupa : membuat keputusan yang optimal, pencapaian fleksibilitas organisasi, pengembangan sikap integrative, memelihara viabilitas system dan identifikasi nilai.
Pendekatan system dalam studi administrasi mengatakan bahwa organisasi adalah system aktivitas yang kooperatif antara dua orang atau lebih(Barnard,1938). Yang paling terkemuka dari aliran atau pendekatan system ialah melihat organisasi sebagai sistem terbuka yang terdiri dari input, proses konversi, output dan adanya umpan balik.




Jika konsep system terbuka seperti di atas diterapkan dalam organisasi sebagai system terbuka,maka dapat dilihat seperti berikut:

Penerapan konsep system dalam administrasi dan manajemen dapat dilihat antara lain dari buku “Organization and Management Basic System Concept” yang ditulis William A. Shrode dan Voish Jr yang menggambarkan model-model keputusan manajemen seperti operations research, simulasi, PERT dan Critical Path Methods (CPM);dalam pendekatan system dikembangkan system rekayasa (system engineering), PPBS,struktur organisasi adaptif; dan dalam system informasi dikembangkan computer,teori informasi, system control (TQC) (Silalahi,1999). Meskipun demikian para penganjur aliran proses, perilaku dan kuantitatif meragukan adanya pendekatan system dan mengklaim, bahwa apa yang dikembangkan dalam aliran sstem sebenarnya sudah dikembangkan dan merupakan bagian dari konsep-konsep mereka (Hodetts, 1975)


E. Filsafat system
Aplikasi konsep system dalam praktek manajemen merupakan filsafat manajemen system sebagai suatu ringkasan tujuan, metodologi dan lingkup dari pandangan ini. Keseluruhan tujuan filosofi system harus dapat memberikan fasilitas berupa produktifitas dan kepuasan melalui integrasi organisasi (Shrode & Voich, 1974).

Asumsi yang berhubungan dengan sifat pekerjaan di mana kinerja dan aliran barang-barang serta layanan (output) menjadi ukuran yang berhubungan dengan aliran sumberdaya (input) dalam menentukan efisiensi system. Asumsi ini merefleksikan satu penekanan atas integrasi proses kelompok dan rasionalitas dalam menggunakan tehnik serta informasi kuantitatif dalam permodelan pekerjaan serta keputusan dalam optimalisasi kerja. Asumsi yang berhubungan dengan sifat alami individu sebagai orang dewasa yang kompleks dan unik serta kompleks.
Edgar Schein telah meringkas pandangan sistemik sebagai berikut : seseorang tidak hanya kompleks tetapi juga benar-benar bervariasi, dia mempunyai banyak perbedaan dalam alasan, dia mampu belajar tentang alasan baru melalui interaksi organisasi. Dalam sebuah organisasi yang sama mungkin memiliki alasan berbeda-beda, dia akan memberikan reaksi dengan cara berbeda kepada stimuli berbeda, tergantung pada alasan, kemampuan dan tugas-tugasnya.
Filsafat system memandang manajemen sebagai sebuah system yang terdiri atas kesatuan subsistem yang saling berhubungan antara kewenenangan dan tanggungjawab. Pandangan konsep system sebagai penekanan dihubungkan dengan keseluruhan dan interrelasi bagian-bagian, sehingga dapat menyediakan satu atau lebih pemahaman tentang kebenaran dari sifat alami manajemen. Pandangan system mengenali manajemen sebagai sebuah system sumber daya yang menguasai sekumpulan karakteristik sistemik dinamis untuk mencapai produktivitas dan kepusan organisasi secara keseluruhan.
Filsafat system muncul untuk merespon tumbuhnya kompleksitas lingkungan, ledakan pengetahuan, meningkatnya spesialisasi dan perubahan nilai manusia-sosial. Warren Schmidt mengatakan bahwa tempat kita hidup ini bukan tempat terpisah – kita berasal dari banyak tempat. Kita tidak bisa hanya menyelesaikan satu masalah- setiap masalah merupakan proses berlanjut. Peristiwa tidaklah tunggal – hari ini tidak berbeda dengan kemarin.
Perubahan terjadi di semua aspek kehidupan: ekonomi, pendidikan, pemerintah, teknologi dan kemanusiaan. Nilai-nilai pun berubah seperti diidentifikasi Ian H. Wilson (How Our Values Are Changing, 1970) :
• dari organisasi ke individu
• dari konformitas ke orisinalitas
• dari independen ke interdependen
• dari social ke privasi
• dari materialism ke kualitas kehidupan
• dari status quo ke perubahan
• dari masa depan ke sekarang
• dari kerja ke santai
• dari otoritas ke partisipasi
• dari sentralisasi ke desentralisasi
• dari ideology ke pragmatism
• dari moralitas absolute ke etika situasional
• dari efisiensi ekonomi ke keadilan social
• dari alat ke tujuan

PROSPEK PENERAPAN TEORI SISTEM UMUM (TSU) / GENERAL SYSTEMS THEORY (GST)
Esensi TSU mengatakan bahwa konsep-konsep dari berbagai disiplin seperti biologi, kimia, psikologi, fisika dan ekonomi dapat bermanfaat dalam membangun konstruksi yang menjelaskan hubungan umum empiris atau dunia nyata. TSU ditandai dengan pendekatan umum seperti pendekatan interdisipliner dan pendekatan deskriptif.
Pendekatan umum : hubungan antara fenomena dunia nyata dari berbagai disiplin. Interdisipliner : melibatkan semua area pengetahuan. Deskriptif : mengidentifikasi dan menggambarkan hubungan inter antara fenomena dan disiplin dalam kerangka kerja teoretik.
Kecenderungan teori system umum
Menurut Bertalanfly TSU cenderung berlangsung pada tiga area :
1. ilmu system ; teori system matematik
2. teknologi system
3. filsafat system

Masalah TSU
Masih ada masalah-masalah dalam paradigma baru mempelajari organisasi :
1. analogi antara organisasi dan oganisme
2. perbedaan antara organisasi dan sebuah organisasi
3. dikhotomi antara system terbuka dan tertutup
4. penekanan kontinyu pada subsistem
5. kegagalan mendefinisikan system
6. pengakuan bahwa organisasi merupakan system yang dirancang
7. pertanyaan tentang efektifitas system
8. kekurangan pengetahuan metodologis

TSU (GST) dan MBS
Perbedaan antara GST dan MBS adalah bahwa MBS bergerak keluar dari
definisi deskriptif organisasi sebagai system untuk memasukkan perangkat preskriptif konsep kerja.


RE-EKSAMINASI FILSAFAT SISTEM
Organisasi masa depan
Organisasi diharapkan bersifat temporal dalam bentuk, terdiferensiasi secara internal, mengurangi orientasi pada tugas, orientasi bertambah pada orang-orang dan lebih multinasional. Sebagaikamana organisasi terus meningkat jumlah dan ukurannya, lingkungan pun semakin hiruk pikuk, organisasi harus menekankan pada kerjasama dan mengurangi kompetisi.
Organisasi masa depan menurut Jay W. Forrester:
eliminasi hubungan atasan bawahan
pusat keuntungan individual
penentuan tujuan kompensasi
pembuatan kebijakan terlepas dari pembuatan keputusan
restrukturisasi melalui pengolahan data elektronik
kebebasan mengakses informasi
eliminasi monopoli internal
keseimbangan penghargaan dan resiko
mobilitas individual
penguatan hak-hak individual
pendidikan di dalam perusahaan

Manajemen masa depan

Filsafat manajemen tradisional Filsafat system manajemen
Perencanaan…………………………………… Identifikasi nilai-nilai yang cocok
Penetapan………………………………………… Pembuatan keputusan optimal
Pengorganisasian……………………………… Pencapaian fleksibilitas organisasi
Pengordinasian………………………………… Membangun sikap integratif
Pengawasan ………………………………………Pemeliharaan kelangsungan hidup system

Orang-orang, kepemimpinan dan iklim organisasi

Leader Leader
Administrator-planner Administratif-planner
Enterpreneur Ekstrapolative planner
Enterpreneur
Statesman
System architect

ISU-ISU MASA DEPAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Tiga isu masa depan menurut Harold Leavitt, William Dill, dan Henry Eyring :
organisasi dan masyarakat akan berkembang bersama (optimistic)
organisasi akan terdesak oleh yang baru
gagasan dan konsep baru tidak cukup menjamin perubahan, tehnik yang baru perlu dibuat dan disediakan
Isu-isu masa depan untuk organisasi
Isu-isu berkaitan dengan lima pertanyaan mendasar : (1) apakah suatu pendekatan system yang menyeluruh itu mungkin; (2) dapatkah model keputusan digunakan secara meluas ? (3) apakah organisasi matriks merupakan struktur yang bertahan? (4) bagaimana agar perilaku berorientasi system dimotivasi ? (5) apakah integrasi informasi manajemen itu mungkin ?
Isu-isu masa depan bagi manajer
Tantangan bagi para manajer adalah sebagai berikut : (1) bagaimana saya menjadi lebih mampu menghadapi konflik dan perubahan ? ; (2) bagaimana saya meluaskan pendidikan dan cara pandang ?; (3) bagaimana saya mengembangkan sikap lebih toleran terhadap ambiguitas ? (4) bagaimana saya memperbaiki kemampuan analisis dan diagnostic ? (5) bagaimana saya belajar mengelola dalam lingkungan yang lebih luas ? (6) apakah saya menyadari nilai-nilai manusia yang berubah ?

BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Filsafat memberikan pada manajemen suatu pemahaman bahwa ada interaksi dan korelasi antara filsafat, agama, ilmu dan seni yang dapat memberikan pendekatan komprehensif terhadap administrasi pendidikan agar dapat dijalankan dengan metodologi yang efektif.
2. Sosok pendidikan yang dapat kita kenali dalam kehidupan manusia dapat dibedakan dalam dua macam (Mudyahardjo, 2002:5) : (1) praktek pendidikan dan (2) ilmu pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan. Karenaya filsafat pendidikan pun dapat dibedakan menjadi dua macam : (1) filsafat praktek pendidikan dan (2) filsafat ilmu pendidikan.
3. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
4. Filsafat administrasi pendidikan merupakan upaya yang mendalam untuk mengetahui hakikat dari proses kerjasama manusia mencapai tujuan bersama di bidang pendidikan secara sistemik.
5. Pendekatan system dalam studi administrasi mengatakan bahwa organisasi adalah system aktivitas yang kooperatif antara dua orang atau lebih(Barnard,1938). Yang paling terkemuka dari aliran atau pendekatan system ialah melihat organisasi sebagai sistem terbuka yang terdiri dari input, proses konversi, output dan adanya umpan balik.
6. Filsafat system memandang manajemen sebagai sebuah system yang terdiri atas kesatuan subsistem yang saling berhubungan antara kewenenangan dan tanggungjawab. Pandangan konsep system sebagai penekanan dihubungkan dengan keseluruhan dan interrelasi bagian-bagian, sehingga dapat menyediakan satu atau lebih pemahaman tentang kebenaran dari sifat alami manajemen. Pandangan system mengenali manajemen sebagai sebuah system sumber daya yang menguasai sekumpulan karakteristik sistemik dinamis untuk mencapai produktivitas dan kepusan organisasi secara keseluruhan.

B. Rekomendasi

1. Administrasi pendidikan perlu menerapkan fisafat system dalam manajemen pendidikan.
2. Pendidikan memerlukan pengelolaan yang sistemik terbuka dengan mengkonversi input menjadi output dan outcome dengan memperhatikan umpan balik yang diberikan oleh lingkungan.
3. Kesuluruhan dimensi administrasi pendidikan yaitu pengembilan keputusan, sikap integrative, kelangsungan hidup yang didukung informasi dan komunikasi, nilai tujuan dan fleksibilitas organisasi perlu mendapatkan perhatian.
4. Administrasi Pendidikan yang menggunakan manajemen berdasarkan system perlu memperhatikan tiga isu masa depan menurut Harold Leavitt, William Dill, dan Henry Eyring :
organisasi dan masyarakat akan berkembang bersama (optimistic)
organisasi akan terdesak oleh yang baru
gagasan dan konsep baru tidak cukup menjamin perubahan, tehnik yang baru perlu dibuat dan disediakan



DAFTAR PUSTAKA
-------. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta, Kaldera
Mudyahardjo, Redja.(2002). Filsafat Ilmu Pendidikan suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Poerbakawatja, Soegarda dan Harahap, Abu Hasyim. (1981). Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta, Gunung Agung
Shrode, William A and Voich Jr. (1974) Organization Basic System Concept. Petaling Jaya, Malaysia : Irwin Book Company
Siagian, Sondang P. (2003). Filsafat Administrasi (edisi revisi). Jakarta : Penerbit Bumi Aksara
Silalahi, Ulber. (1999). Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep Teori dan Dimensi. Jakarta : Sinar Baru Algesindo
Syaripudin, Tatang dan Kurniasih. (2008).Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Percikan Ilmu
Tafsir, Ahmad. (1999). Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Titus, Harold, et. All. (1979). Living Issues in Philoophy. New York : American Book Coy

Sabtu, 12 September 2009

Filsafat Pendidikan Drijarkara

MANAJEMEN PENDIDIKAN NILAI DI PERSEKOLAHAN



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Krisis financial global yang melanda Amerika Serikat telah menjalar ke seluruh dunia ditandai dengan berjatuhannya bursa global (Kompas, November 2008) : Dow Jones, Nasdaq, NYSE Comp, dan S&P (New York); IPC (Mexico City); Bovespa (Sao Paulo); Merval (Buenos Aires); ISEQ (Dublin); FTSE 100 (London); CAC40 (Paris); BEL-20 (Brussels); AEX (Amsterdam); Xetra DAX (Frankfurt); ATX (Vienna); Swiss Mkt (Zurich); ASE (Athena); IMKB-100 (Istambul); RTS (Rusia); TASI (Arab Saudi); Sensitive (Mumbai); Kospi (Seoul); Nikkei 225 (Tokyo); Composite dan B Share (Shanghai); Hang Seng (Hongkong); Weighted (Taiwan); PSE (Manila); SET (Bangkok); KLCI (Kuala Lumpur); Straits Times (Singapura); dan IHSG (Jakarta). Krisis financial di bursa global tersebut telah menimbulkan kesulitan bagi administrasi pemerintahan nasional di hampir semua Negara di dunia.
Implikasi krisis tersebut bagi dunia pendidikan akan memiliki dampak jangka panjang yang belum bisa diketahui ujungnya. Industri dan perdagangan terkena imbasnya, beberapa usaha ditutup dan karyawannya diberhentikan. Negara mengeluarkan anggaran besar untuk menyelamatkan sector ekonomi yang terpuruk. Dalam kondisi demikian anggaran pendidikan biasanya menjadi korban. Di Jerman misalnya, biaya pendidikan tinggi yang sebelumnya ditanggung Negara mulai saat ini dibebankan kepada mahasiswa sebesar Rp 7,5 juta per semester (Kompas, November 2008).
Di luar masalah yang terukur seperti biaya dan anggaran pendidikan, ada masalah krusial yang perlu mendapat perhatian serius yaitu masalah yang berkenaan dengan nilai. Sebagaimana disinyalir oleh banyak tokoh dan pakar kependidikan maupun non kependidikan, krisis globalisasi hanya mungkin dihadapi apabila suatu bangsa memiliki jatidiri kebangsaan. Bangsa kita ditengarai sedang mengalami krisis berkenaan dengan nilai-nilai filosofis dan ideologisnya sehingga menyebabkan kegamangan dalam menghadapi krisis global dewasa ini. Dengan demikian menjadi penting bagi kita untuk memperkuat pendidikan nilai di persekolahan yang dikelola dengan prinsip-prinsip manajemen yang baik.
B. Pemecahan Masalah
Dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan pendidikan nilai di persekolahan yang mengacu pada filsafat pendidikan Drijarkara sebagai jawaban terhadap krisis globalisasi dewasa ini. Agar pendidikan nilai itu berjalan efektif diperlukan administrasi pendidikan yang baik yang dilaksanakan dengan manajemen system yang menekankan keseluruhan dimensi filsafat sistem . Adapun lima dimensi filsafat system : identifikasi nilai yang cocok, membuat keputusan yang optimal, mengusahakan fleksibilitas organisasi, mengembangkan sikap integrative dan memelihara kelangsungan hidup system (Shrode & Voich, 1974).

BAB II
MANAJEMEN PENDIDIKAN NILAI DI PERSEKOLAHAN BERDASARKAN
FILSAFAT PENDIDIKAN DRIYARKARA

A. Manajemen Pendidikan Nilai di Persekolahan

1. Pendidikan Nilai di Persekolahan
a. Pendidikan
Pendidikan sebagai suatu jenis aktifitas manusia tidak dapat dilepaskan dari tujuan yang hendak dicapai. Plato dan Aristoteles menekankan pentingnya proses ‘memanusiakan manusa’. Langeveld menekankan tujuan kedewasaan dan kemandirian. Tolman menekankan totalitas kepribadian. Encyclopedia Americana menekankan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Sedangkan Kohnstamm dan Gunning menekankan hati nurani.
b. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga bagi kemanusiaan dan kehidupan. Nilai (Phenix, 1964:28) dikategorikan dalam enam bidang : simbolik (bahasa, matematika, simbolik), empiric (ilmu alam, ilmu hayat, psikologi, ilmu social), estetik (music, seni lukis, seni gerak dan sastra), synoetik (filsafat, psikologi, sastra, agama), etik (moral, etika), synoptik ( sejarah, religi, filsafat).
c. Pendidikan Nilai
Jika esensi manusia ada dalam dunia makna, maka tujuan yang tepat dari pendidikan adalah mempromosikan pertumbuhan nilai. Untuk mencapai tujuan ini, pendidik perlu memahami bermacam-macam nilai/makna yang efektif dalam perkembangan peradaban dan menyusun kurikulum penjelasan yang berbasis nilai. Makna-makna tersebut menunjukkan hubungan yang erat antara (1) pendidikan, (2) sifat manusia, dan (3) disiplin ilmu. Sehingga pandangan tentang manusia sebagai a rational animal perlu dimodifikasi menjadi animal that can have meaning. Makna-makna itulah yang harus termuat dalam pendidikan yang hendak menguatkan jatidiri bangsa melalui penanaman jiwa kebangsaan.
d. Pendidikan Nilai di Persekolahan
Pendidikan nilai menurut Draper merupakan ‘education that everyone have for satisfactory and efficient living, regardless of what one plans make life work’ diarahkan pada pendidikan kepribadian dan pemanusiaan manusia. Karenanya menurut Sumaatmadja (2002:108) pendidikan nilai menguatkan pembentukan jatidiri manusia sebagai individu, makhluk social, bagian dari alam dan makhluk ciptaan al-Khalik yang senantiasa harus beriman dan bertakwa kepadaNya.

2. Manajemen Pendidikan
a. Manajemen
Silalahi mengartikan manajemen sebagai aktivitas pendayagunaan sumber daya manusia dan material dalam suatu kerjasama organisasional melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Bittle (1978) menjelaskan konsep dasar praktek manajemen sebagai berikut:
Management is getting things done through other people
Management is partly an art and partly a science
Management is an academic and professional discipline
Management is a collective noun used to refer to the entire management group of an organization
Management is the performance of the critical functions essential to the success of an organization
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa pengertian manajemen mengandung berbagai aspek dan karakteristik : sebagai proses, sebagai suatu fungsi, sebagai kolektifitas orang-orang, sebagai suatu system, sebagai ilmu, sebagai seni, dan sebagai suatu profesi.
b. Manajemen ilmiah
Manajemen ilmiah dikemukakan oleh Frederick W. Taylor sebagai upaya terbaik dalam menjalankan suatu operasi, yang merupakan tanggungjawab pemimpin dengan menggunakan teknik ilmiah. Manajemen ilmiah mencari pengurangan kerugian, standarisasi proses, perbaikan teknik dan mencari cara kerja yang paling cocok bagi karyawan. Di dalam industry itu berarti peningkatan produktifitas dan di dunia pemerintahan ditandai dengan pengurangan pajak dan peningkatan pelayanan.
c. Perkembangan manajemen
Perkembangan ilmu manajemen tidak dapat dilepaskan dari PD II ketika Inggris dan AS melakukan operational research. Pada tahun 1953 berdiri Institute of Management Sciences yang mengkaji perencanaan public, system informasi, manajemen operasi, pemasaran, keuangan dan research and development (litbang). Pada tahun 1970 manajemen mulai berkembang di sector public dan swasta. Kemajuan di bidang computer mendukung dan menyebabkan penggunaan sejumlah besar data empiris untuk diaplikasikan di berbagai bidang seperti perilaku konsumen, disain dan perencanaan organisasi.
d. Administrasi, manajemen dan organisasi (Seligman, 1957)
Administrasi menentukan kebijakan suatu organisasi atau perusahaan, mengkoordinasikan keuangan, produksi dan distribusi, menetapkan langkah-langkah umum untuk dilaksanakan.
Manajemen melakukan pelaksanaan kebijakan dalam batas yang sudah ditentukan administrasi dengan merencanakan metode dan memperbaiki proses.
Organisasi merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan organisasi.
e. Pandangan Great Britain Institutional Service (GBIS)
Berkaitan dengan administrasi modern, GBIS menyatakan bahwa manajemen telah menjadi suatu profesi, menyentuh semua ilmu dari kimia, mekanika, sampai psikologi dan kedokteran. Manajemen telah memperkerjakan banyak pengacara, dokter, akuntan dan seniman. Banyak dari mereka memainkan perannya dalam administrasi public dan banyak yang lain pada pekerjaan yang sangat terspesialisasi.

f. Manajemen Pendidikan Nilai
Dalam manajemen pendidikan semua factor input (man, material, money, machine) didayagunakan melalui proses transformasi (planning, organizing, actuating dan controlling) untuk menghasilkan output dan outcome yang berkualitas dan memuaskan baik itu peserta didik, orang tua, masyarakat, lingkungan dan Negara. Output merupakan hasil dari kurikulum, sedangkan outcome berasal dari hidden curriculum.

B. Filsafat Pendidikan Driyarkara

1. Filsafat Pendidikan
a. Filsafat
Problema filsafat adalah problema kehidupan, yakni problema yang terjadi pada seseorang pada suatu waktu.
Filsafat dengan kerjasama dengan ilmu memainkan peran yang sangat penting untuk membimbing kita pada keinginan-keinginan dan aspirasi kita.
Filsafat dimiliki semua orang meskipun mungkin tidak disadarinya; berasal dari bahasa Yunani : philos (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan) berarti cinta pada kebijaksanaan.
Metoda dasar dalam penyelidikan filsafat adalah dialektika, yaitu perkembangan pikiran dengan jalan mempertemukan ide-ide. Berpikir dialektik berarti berusaha untuk mengembangkan suatu cara argumentasi di mana implikasi bermacam-macam posisi dapat diketahui dan dihadapkan satu dengan lainnya.
Cabang-cabang tradisional filsafat menurut Titus et.al (1984:25) : logika (pengkajian sistematis tentang peraturan-peraturan untuk menggunakan sebab-sebab secara benar untuk membedakan argument yang baik dari argument yang tidak baik); metafisika (membicarakan watak-watak sesungguhnya/ultimate dari benda-benda atau realitas yang berada di belakang pengalaman langsung): epistemology (filsafat yang mempelajari sumber-sumber, watak dan kebenaran /validitas kebenaran); dan etika (membicarakan moralitas : etika deskriptif, etika normative dan metaetika).
Faidah-faidah filsafat: menjajagi kemungkinan adanya pemecahan terhadap problema filsafat; ide-ide filsafat membentuk pengalaman-pengalaman kita; memperluas bidang-bidang kesadaran kita agar dapat menjadi lebih hidup, lebih dapat membedakan, lebih kritis dan lebih pandai.

b. Filsafat Pendidikan
Sosok pendidikan yang dapat kita kenali dalam kehidupan manusia dapat dibedakan dalam dua macam (Mudyahardjo, 2002:5) : (1) praktek pendidikan dan (2) ilmu pendidikan sebaga salah satu bentuk teori pendidikan.
Karenanya filsafat pendidikan pun dapat dibedakan menjadi dua macam: (1) filsafat praktek pendidikan dan (2) filsafat ilmu pendidikan.

(1) Filsafat praktek pendidikan adalah analisis kritis dan kemprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Filsafat praktek pendidikan dibedakan menjadi dua :
1. filsafat proses pendidikan (biasa disebut filsafat pendidikan):
yang merupakan analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya kegiatan pendidikan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Masalah pokok yang dibahas ada tiga : (1) apakah sebenarnya pendidikan itu, (2) apakah tujuan pendidikan irusebenarnya dan (3) dengan cara apakah tujuan pendidikan dapat dicapai (Henderson : 1959:237)
2. filsafat social pendidikan merupakan pembahasan hubungan antara penataan masyarakat manusia dengan pendidikan ( Moore). Dengan demikian merupakan analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dalam mewujudkan tatanan masyarakat idaman. Tiga masalah poko yang dibahas adalah : (1) hakikat kesamaan manusia dan pendidikan (2) hakikat kemerdekaan dan pendidikan dan (3) hakikat demokrasi dan pendidikan.

(2) Filsafat ilmu pendidikan (Smith) masih dalam tahap permulaan yang diawali dengan analisis kritis terhadap konsep-konsep psikologi pendidikan seperti teori belajar S-R, pengukuran pendidikan, prosedur-prosedur sistematis tentang penyusunan kurikulum dan sebagainya.
Masalah-masalah filsafat ilmu mencakup : (1) struktur ilmu,yang meliputi metode dan bentuk pengetahuan ilmiah dan (2) kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan pengetahuan praktis tentang kenyataan.
Obyek filsafat ilmu pendidikan ada empat : (1) ontology yaitu hakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan, (2) epistemology yaitu hakikat obyek formal dan material ilmu pendidikan , (3) metodolog yaitu hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan, dan (4) aksiologi yaitu hakikat nilai kegunaan teoretis dan praktis ilmu pendidikan.

2. Filsafat Pendidikan Drijarkara
a. Mengenal Drijarkara
Nicolaus Drijarkara dilahirkan di Purworejo, 13 Juni 1913 dan meninggal dunia 11 Pebruari 1967, adalah seorang Pater yang pada tahun 1952 memperoleh gelar Doktor dalam bidang ilmu filsafat di Roma dengan cum laude. Disertasinya mengenai ahli filsafat Perancis Nicolas Malebranche (1638-1715). Tahun 1963-1964 menjadi guru besar tamu si St.Louis University, Amerika Serikat . Kedudukan terakhir sebagai guru besar filsafat Fakultas Psikologi Universitas Indonesia; Rektor IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta; gurubesar Universitas Hasanuddin, Makasar dan anggota MPRS RI. Ahli filsafat Indonesia terkenal, cendikiawan yang bersahaja hidup dan sikap pergaulannya. Pejuang hak-hak asasi manusia, gigih mendalami member arti dan menyearluaskan Pancasila. Di masa permulaan aksi-aksi demonstrasi para pelajar dan mahasiswa, dia membela kegiatan mereka sebagai suatu hak asasi manusia dan berlandaskan UUD 1945 sebagai suatu penjelmaan kritik masyarakat terhadap penguasa. Pengetahuannya tentang sastra suluk klasik Jawa luas dengan pengertiannya yang mendalam. Seorang pemikir zaman baru bangsa Indonesia (Ensiklopedi Umum 1973:352).
b. Filsafat Pendidikan Driyarkara
Menurut Drijarkara pendidikan harus dimulai dari niat untuk membuat manusia muda menjadi manusia (pemanusiaan manusia). Niat itu harus didasari rasa cinta. Cinta pada manusia muda ditujukan agar manusia muda tersebut menjadi setara sehingga terjadi pertemuan antara dua pribadi yang sama derajatnya.
Upaya pendidikan adalah “homonisasi dan humanisasi”. Homonisasi berarti membuat manusia menjadi manusia minimalis, artinya suatu ukuran relative yang menyebabkan manusia berperilaku sebagai manusia. Humanisasi membuat manusia berkembang melebihi taraf manusia minimalis, membuat manusia lebih meningkat derajatnya (memanusiakan manusia). Humanisasi membuat manusia berbudaya, mengembangkan teknologi, menciptakan seni dan berperadaban.
Proses homonisasi dan humanisasi dimulai dari dua manusia lawan jenis yang berinteraksi komplementer (co-principe) dalam keluarga. Ketika keluarga itu memiliki seorang anak, terjadi proses untuk mengembangkan anak menjadi manusia yang setara, dengan mengajak anak tersebut berpartisipasi dalam keluarga. Ketika anak menjadi individu yang bisa berposisi dalam kapasitas saling menghormati dengan orang tuanya, mandiri dalam membuat keputusan, menentukan hidupnya sendiri, maka itu akibat adalah dari upaya mendidik.
Ontologis : pendidikan adalah homonisasi dan humanisasi
Epistemologis : idealisme (kesetaraan); humanisme (self determination); etika (persemaan derajat); estetika (seni, budaya); realisme, pragmatism (teknologi, peradaban); metodologi (pengembangan dan partisipasi, dialogis); fenomenologis (proses pendidikan informal dalam keluarga)
Axiologis : anak berkembang, partisipasi, saling menghormati, mandiri dalam membuat keputusan, menentukan hidupnya sendiri
Metafisika : niat mendidik harus didasari rasa cinta

C. Implikasi Filsafat Pendidikan Driyarkara pada Manajemen Persekolahan
1. Filosofis
Rasyidin (2002) mengutip pandangan Al Syaibani, Butler, Henderson dan Dewey mengatakan bahwa suatu falsafah pendidikan, agar bisa diterapkan ke dalam praktek pendidikan nasional haruslah berisi perangkat masalah normative yang memerlukan jawaban teori sisntesis-preskriptif umumnya tentang :
a. Apa dan bagaimana konsep pendidikan ? (What education is, and should be ?)
b. Apa sebab anak manusia harus dididik ? (Who shall be the educand, to be educated?)
c. Kemana seharusnya arah dan tujuan pendidikan (Why aims, goals and objectives?)
d. Bagaimana sebaiknya kegiatan dan isi pendidikan (the educative process), termasuk kurikulum, dilakukan, dipelihara, dikembangkan ?
e. Apa dan bagaimana saya sebaiknya mendidik dan mengajar agar di satu sisi, pihak terdidik beroleh inspirasi dari studi dan sekolahnya, di sisi lain saya tidak mengemban amanah khusus tugas pendidikan bagi anak/rombongan ini ? (God speed, what and how should I do, to educate whom, teach what and when ?)

2. Teoretis
Filsafat pendidikan dipandang sebagai suatu proses berpikir dan sebagai hasil berpikir. Karenanya filsafat pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu proses berpikir reflektif sistematis dan kritis kontemplatif untuk menghasilkan system pikiran atau system teori tentang hakikat pendidikan secara komprehensif (Syarifudin & Kurniasih, 2008:37).
Dua konotasi teori : (1) teori sebagai dugaan atau penjelasan yang ditawarkan yang berstatus konjektural (menduga) yang seringkali disamakan dengan hipotesis yaitu gagasan atau opini yang belum teruji. (2) teori sebagai seperangkat prinsip atau aturan bertindak digunakan untuk menjelaskan berdasarkan fakta yang diketahui atau fenomena (Shrode & Voich, 1974).
Membangun teori melibatkan sintesis dari prinsip-prinsip atau proposisi yang saling berhubungan ke dalam kerangka deduktif. Elemen teori : axioma (elemen teori yang self evident dan universal) dan theorema ( dideduksi dari axioma karena validitasnya).
Robert Dubin mengatakan proses membangun teori merupakan kombinasi deskripsi ( jawaban atas pertanyaan berbagai fenomena) dan riset ( uji terhadap prediksi).

Sebagai hasil hasil berpikir, filsafat pendidikan adalah sekelompok teori atau system pikiran tentang hakikat pendidikan. Filsafat pendidikan berupa system system teori atau system pikiran mengenai hakikat pendidikan sudah tergelar dalam kebudayaan, yang bisa kita telusuri pada “Republic” (Plato), “Introduction to Philosophy of Education” (Stella van Petten Henderson), “Emile” (J.J. Rousseau) dan “Democracy and Education” (John Dewey).

3. Praktis
Pemikiran filosofis dan teoretis Drijarkara tersebut apabila diterapkan dalam praktek pendidikan memerlukan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Konsep pendidikan adalah homonisasi dan humanisasi, artinya di samping menjadikan manusia sebagai manusia juga harus meningkatkan kemanusiaan tersebut ke tingkat peradaban tinggi melalui kebudayaan.
b. Manusia harus dididik dalam mencapai kesetaraan dengan orang lain sehingga terjadi pertemuan antara dua pribadi yang sama derajatnya.
c. Tujuan pendidikan menjadikan manusia yang memiliki kesetaraan, partisipatif, saling menghormati, mandiri dan menentukan diri sendiri (self determination).
d. Kegiatan pendidikan terutama adalah oleh orangtua dalam keluarga (informal), jika dilakukan dalam pendidikan formal (sekolah) maka kurikulum yang diperlukan adalah : pengembangan religiositas, etika, estetika, psikomotorik (seni, ketrampilan), demokrasi.
e. Pendidik menjadikan pendidikan sebagai proses ibadah dengan niat yang tulus dan cinta pada anak didik, menghormati peserta didik dalam kesetaraan kemanusiaan.
f.
4. Manajeman pendidikan
Pendidikan di persekolahan hendaknya menjalankan Management by System (MBS) yang berhubungan dengan lima dimensi filsafat system : identifikasi nilai yang cocok, membuat keputusan yang optimal, mengusahakan fleksibilitas organisasi, mengembangkan sikap integrative dan memelihara kelangsungan hidup system. MBS merupakan sintesis dari berbagai jenis manajemen (Shrode & Voich, 1974) , yaitu :
a. Management by Objectives (MBO) yang menekankan dimensi nilai tujuan di mana para manajer bekerjasama membuat tujuan dan melakukan evaluasi akan hasil yang dicapai.
b. Management by Techniques (MBT) yang menekankan dimensi keputusan yang optimal dengan pendekatan ilmiah untuk memecahkan masalah manajerial.
c. Management by Structure (MBSt) yang menekankan fleksibilitas organisasi dengan aplikasi diferensiasi multidimensi, spesialisasi tugas, koordinasi dan integrasi serta fleksibilitas pelaksanan tugas.
d. Management by People (MBP) yang menekankan sikap integrative dengan pendekatan pertumbuhan personal, kolaborasi dan perubahan. Pengembangan individu, kelompok dan organisasi melalui Pengembangan Organisasi.
e. Management by Information (MBI) menekankan kelangsungan hidup organisasi melalui disain dan penggunaan system komprehensif system informasi dan komunikasi serta pemanfaatan SIM (system informasi manajemen).

Berkaitan dengan konsep pendidikan Drijarkara yang sarat nilai baik pada proses maupun tujuannya kiranya perlu ditekankan di sini mengenai membangun sikap integrative dalam lembaga persekolahan sebagai berikut :
a. Menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :
Tujuan-tujuan individu, kelompok dan organisasi bersifat interdependen.
Pekerjaan dilaksanakan melalui proses-proses kelompok.
Manusia matang secara psikologis
b. Hubungan antara tujuan dan motivasi melibatkan interaksi antara tujuan organisasi dan nilai kemanusian dan lingkungan serta kebutuhan individu.
c. Peran dinamika kelompok : kepaduan dan komunikasi adalah atribut fundamental, pembuatan keputusan kelompok memainkan peran penting resolusi konflik dan perbaikan kinerja.
d. Hubungan antara pemimpin dan partisipan memperhatikan bawaan manusia, penggunaan pengaruh, kekuasaan dan kewenangan; bawaan kepemimpinan; dan karakteristik sikap integrative.

BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
1. Di luar masalah yang terukur seperti biaya dan anggaran pendidikan, ada masalah krusial yang perlu mendapat perhatian serius yaitu masalah yang berkenaan dengan nilai. Sebagaimana disinyalir oleh banyak tokoh dan pakar kependidikan maupun non kependidikan, krisis globalisasi hanya mungkin dihadapi apabila suatu bangsa memiliki jatidiri kebangsaan.
2. Bangsa kita ditengarai sedang mengalami krisis berkenaan dengan nilai-nilai filosofis dan ideologisnya sehingga menyebabkan kegamangan dalam menghadapi krisis global dewasa ini. Dengan demikian menjadi penting bagi kita untuk memperkuat pendidikan nilai di persekolahan yang dikelola dengan prinsip-prinsip manajemen yang baik.
3. Pendidikan nilai menurut Draper merupakan ‘education that everyone have for satisfactory and efficient living, regardless of what one plans make life work’ diarahkan pada pendidikan kepribadian dan pemanusiaan manusia. Pendidikan nilai menguatkan pembentukan jatidiri manusia sebagai individu, makhluk social, bagian dari alam dan makhluk ciptaan al-Khalik yang senantiasa harus beriman dan bertakwa kepadaNya.
4. Upaya pendidikan menurut Drijarkara adalah “homonisasi dan humanisasi”. Homonisasi berarti membuat manusia menjadi manusia minimalis, artinya suatu ukuran relative yang menyebabkan manusia berperilaku sebagai manusia. Humanisasi membuat manusia berkembang melebihi taraf manusia minimalis, membuat manusia lebih meningkat derajatnya (memanusiakan manusia). Humanisasi membuat manusia berbudaya, mengembangkan teknologi, menciptakan seni dan berperadaban.

B. Rekomendasi
1. Pendidikan di persekolahan hendaknya menjalankan Management by System (MBS) yang berhubungan dengan lima dimensi filsafat system : identifikasi nilai yang cocok, membuat keputusan yang optimal, mengusahakan fleksibilitas organisasi, mengembangkan sikap integrative dan memelihara kelangsungan hidup system. MBS merupakan sintesis dari berbagai jenis manajemen.
2. Pemikiran filosofis dan teoretis Drijarkara tersebut apabila diterapkan dalam praktek pendidikan memerlukan upaya-upaya sebagai berikut:
Konsep pendidikan adalah homonisasi dan humanisasi, artinya di samping menjadikan manusia sebagai manusia juga harus meningkatkan kemanusiaan tersebut ke tingkat peradaban tinggi melalui kebudayaan.
Manusia harus dididik dalam mencapai kesetaraan dengan orang lain sehingga terjadi pertemuan antara dua pribadi yang sama derajatnya.
Tujuan pendidikan menjadikan manusia yang memiliki kesetaraan, partisipatif, saling menghormati, mandiri dan menentukan diri sendiri (self determination).
Kegiatan pendidikan terutama adalah oleh orangtua dalam keluarga (informal), jika dilakukan dalam pendidikan formal (sekolah) maka kurikulum yang diperlukan adalah : pengembangan religiositas, etika, estetika, psikomotorik (seni, ketrampilan), demokrasi.
Pendidik menjadikan pendidikan sebagai proses ibadah dengan niat yang tulus dan cinta pada anak didik, menghormati peserta didik dalam kesetaraan kemanusiaan.

DAFTAR PUSTAKA

Drijarkara. (1981). Percikan Filsafat. Jakarta : PT Pembangunan
Mudyahardjo, Redja.(2002). Filsafat Ilmu Pendidikan suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Phenix, P.H. (1964). The Realm of Meaning, a Philosophy of Curriculum for General Education. New York : McGraw-Hill Book Company
Rasyidin, Waini. (2002). Upaya Mendidik: Mata Rantai yang Terputus dalam Dunia Pendidikan Kita. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Shrode, William A and Voich Jr. (1974) Organization Basic System Concept. Petaling Jaya, Malaysia : Irwin Book Company
Siagian, Sondang P. (2003). Filsafat Administrasi (edisi revisi). Jakarta : Penerbit Bumi Aksara
Silalahi, Ulber. (1999). Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep Teori dan Dimensi. Jakarta : Sinar Baru Algesindo
Sumaatmadja, Nursid. (2002). Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi. Bandung: Alfabeta
Syaripudin, Tatang dan Kurniasih. (2008).Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Percikan Ilmu
Titus, Harold, et. All. (1979). Living Issues in Philosophy. New York : American Book Coy

Selasa, 08 September 2009

Teori Paradigma dan Pembuatan Kebijakan

BOOK REPORT

PARADIGMA THEORY & POLICY MAKING
Reconfiguring The Future

PENULIS :
Akira Iida

PENERBIT:
Turtle Publishing, Singapore, 2004






BAB I
PENDAHULUAN

A. Gambaran Isi dan Karakteristik Buku
Buku yang dilaporkan mencakup isi dan karakteristik buku sebagai berikut :
Judul : PARADIGM THEORY & POLICY MAKING Reconfiguring The Future
Penulis : Akira Iida
Penerbit : Turtle Publishing, Singapore
Edisi : Original publication
Terbit : 2004
Halaman : 160

B. Selayang Pandang Isi Buku
Buku ini menelusuri perkembangan dominasi paradigm ekonomi kapitalis Amerika Serikat dan pengambilan serta pelaksanaan keputusan-keputusan yang dihadapai berbagai Negara yang diperkenalkan dengan nilai-nilai yang dibangun oleh paradigma internasional dominan dewasa ini. Eksistensi kesenjangan paradigm menimbulkan masalah bagi semua dan melahirkan isu-isu yang menyulitkan seperti pembangunan dan bantuan. Sebuah kasus yang dipaksakan dibuat untuk melihat hal tersebut, dengan menggambarkan garis addisional yang dapat memecahkan masalah secara geometris, menambahkan perspektif paradigm ke dalam pembuatan kebijakan ekonomis yang memungkinkan Negara bangsa dan organisasi internasional melihat masalah yang terjadi dengan lebih jelas dan dapat mengantisipasi perubahan masa depan pada aktifitas ekonominya.
Penulisnya, Akira Iida (alias Idai Aakari) lahir di Tokyo, 1939. Dia telah berpengalaman dalam pelayanan public pada isu-isu ekonomi dari perdagangan dan tariff, investasi dan asuransi, keuangan dan bantuan, kebijakan ekonomi makro dan ekonomi mikro untuk mencapai tujuan domestic. Setelah pensiun dia masuk ke sector swasta dan mengajar di Universitas Nihon,Tokyo.
BAB II

A. Bab I : Peradaban, Kebudayaan dan Paradigma Ekonomi Politik

Kebudayaan dan Peradaban
Penulis memberikan penjelasan mengenai kebudayaan dan peradaban. Kebudayaan merepresentasikan nilai-nilai umum yang dimiliki orang-orang yang menjadi bagian komunitas yang dibentuk secara historis oleh etnik, agama dan identitas linguistic. Sedangkan peradaban merepresentasikan nilai-nilai yang diterima secara universal oleh semua orang tanpa memandang latar belakang kebudayannya.
Kebudayaan bersifat defensive sedangkan peradaban bersifat ofensif. Suatu bangsa biasanya memiliki dua tatanan nilai: tatanan pertama berasal dari kebudayaannya sendiri sedangkan yang satunya lagi berasal dari peradaban luar. Ketika suatu bangsa dihadapkan dengan konflik baru antara nilai kebudayaannya sendiri dan yang berasal dari luar, maka bangsa itu harus memilih nilai mana yang berlaku.
AS merupakan suatu melting pot (kuali adukan) dari pelbagai ras dan budaya, di mana keunggulan pelbagai budaya diangkat dan dihormati. Pada sisi lain, warga AS meyakini nilai-nilai yang mengawal prinsip-prinsip Declaration of Independence dan Konstitusi AS seperti demokrasi, HAM, ekonomi pasar bebas dan lain-lain. Mereka meyakini nilai-nilai tersebut bersifat universal dan dapat dibagi pada semua penduduk dunia.Nilai-nilai yang ditolak adalah suatu satuan nilai yang bertentangan dengan Declaration of Independence seperti kediktatoran, penjajahan, korupsi, eksploitasi anak, diskriminasi seks, polusi, trafficking, penggunaan narkotik, cuci uang dan lain-lain.
Selama tahun 1990-an, dengan berakhirnya perang dingin, nilai-nilai Amerika mulai merambah ke seluruh dunia dengan bermacam-macam bendera seperti organisasi internasional, regional dan pakta bilateral/multilateral. Dengan demikian terbentuklah hegemoni peradaban AS.
Konsep paradigma
Thomas Kuhn menggunakan konsep paradigm untuk menjelaskan revolusi ilmiah sebagai perubahan dinamika Newtonian pada relativitas Einsteinian. Iida menjelaskan paradigm secara spesifik untuk menjelaskan fenomena ekonomi, sosial dan politik masa kini.
Menurutnya setiap aktifitas manusia baik politik, sosial dan ekonomi mengikuti suatu tatanan norma (aturan, prinsip atau standar yang diterima bersama) dan aktivitas tersebut dijalankan bedasarkan prakondisi esensial. Sebagai contoh : kebutuhan transparansi administrasi dan akuntansi perusahaan merupakan prinsip-prinsip yang harus dielaborasi secara rinci oleh hokum, peraturan pemerintah dan petunjuk pelaksanaan.
Karena keterbatasan aktivitas manusia seperti ruang dan waktu, paradigm berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Setelah PD II, lingkup paradigm meliputi hampir semua Negara. Meskipun demikian terdapat perlawanan dan penundaan terhadap norma yang diterima sehingga bukan hanya satu paradigm berlaku untuk semua Negara bangsa. Adapula evolusi dan perubahan paradigm yang signifikan. Sebagai contoh, aktivitas manusia yang simultan di bidang sosial politik dan ekonomi mempersulit pemisahan satu paradigm dengan paradigma lainnya.

Paradigma mayor dan minor
Setelah PD II ada dua paradigma mayor ekonomi yaitu kapitalisme dan sosialisme. Namun setelah berakhirnya perang dingin 1990 mayoritas Negara sosialis mengalami pergerakan paradigma mayor menuju kapitalisme. Di Cina dinamakan ekonomi pasar sosialis yang berbeda dengan ekonomi terencana sebelumnya.
Paradigma mayor ekonomi kapitalisme pun mengalami transformasi isi: norma dan prakondisi esensialnya. Norma perilaku ekonomi dan prakondisi esensial transaksi ekonomi. Transformasi tersebut terjadi pada tiga tahapan dan setiap tahapan disebut sebuah paradigm minor.
1. Tiga Tahapan Transformasi Paradigma
a. Paradigma Satu-Negara
Paradigma satu Negara menggambarkan tanggungjawab tiap Negara untuk mengelola ekonominya dalam kerangka mencapai keseimbangan ekonomi domestic. Hal tersebut terjadi akibat Negara-negara ingin menjalankan kedaulatannya selepas PD II. Peran Lembaga Bretton Woods yang mengatur nilai tukar berdasar standar Dollar-Emas atas patokan IMF ;dan GATT yang mengatur perdagangan dan tarif adalah untuk menciptakan keseimbangan eksternal.
b. Paradigma Transisional
Setelah PD II perkembangan ekonomi berlangsung cepat dan mengakibatkan deficit perdagangan AS, di sisi lain suplai emas berkurang mengakibatkan dollar AS tertekan pada tahun 1960 an. 15 Agustus 1971 pemerintah AS mengumumkan konversi dollar AS terhadap emas (1 troy ons emas = US $ 35) diakhiri. Ini merupakan titik balik system moneter internasional. Sistem standar emas-dollar (Sistem Bretton Woods) kolaps dan muncullah Sistem Standar Dollar.
Akibatnya dari hal tersebut diikuti oleh peristiwa berikut ini :
1) Krisis dollar tahun 1971
2) Dua krisis minyak tahun 1970 an
3) Negara pembeli minyak menjadi produsen minyak menciptakan krisis sisi-suplai
4) Daur ulang uang minyak merontokkan pasar uang di London dan bisnis sindikasi pinjaman internasional meningkat. Negara-negara berkembang peminjam mengalami krisis utang sampai tahun 1980-an
5) AS mereformasi pasar sekuritas (reformasi May Day 1975) untuk meningkatkan daya saingnya. Keuangan AS dibiayai lembaga keuangan asing (khususnya Inggris) yang pada gilirannya menimbulkan British Bing Bang (1986).
6) Walaupun system standar emas-dollar runtuh, GATT sebagai pilar paradigm kapitalis satu-negara masih bertahan hingga 1994 yang menimbulkan “the borderless economy” (konsekuensi negosiasi Putaran Tokyo 1973-1979). Akibat Putaran Uruguay lahirlah WTO (1995) yang bekerja dengan tiga kesepakatan : GATT (Generall Agreement on Tariffs dan Trade), GATS (General Agreement on Trade of Services), dan TRIPS (Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights).
7) Setelah memperkuat pasar sekuritasnya AS bergerak dari posisi defensive ke dua strategi (defensive dan ofensif dengan membuka pasar di Negara pesaingnya serta meningkatkan dergulasi). Liberalisasi pasar asing disertai deregulasi bisnis sector financial. Minta agar perdagangan jasa dimasukkan dalam Putaran Uruguay.
8) Akibat OPEC dan kebijakan dollar yang diambangkan Nixon, ekonomi internasional menjadi transnasional (Drucker, 1989) yang mengontrol ekonomi domestic Negara-bangsa. Ekonomi transnasional didasarkan pada arus uang daripada perdangangan barang dan jasa yang membawa dinamika tersendiri.
9) Perekonomian berkembang cepat ke dalam regionalisasi. FDI (foreign direct investment) yang terdiri dari merger dan akuisisi, pendirian cabang dan jaringan perdagangan dan pelayanan meningkat tajam di Negara maju. Hal ini bukan hanya menunjukkan paradigm transformasi dari kapitalisme satu Negara ke dalam ekonomi transnasional nirbatas, tetapi juga secara signifikan mempengaruhi peran pemerintahan nasional dalam manajemen kebijakan ekonominya.
10) Tahun 1987 muncul standarisasi aturan akunting perusahaan dan ISO 9000 (standarisasi manajemen kualitas) yang membuktikan munculnya kebutuhan aktivitas korporasi globalisasi.
Itu semua membuktikan adanya paradigm transisional yang kekuatan utamanya datang dari AS.
c. Paradigma Pasca Perang Dingin
1. Munculnya kekuatan regional
Eropa – Jerman mengalami rendahnya upah, distorsi harga, berkurangnya daya saing dan industry domestic yang inefisien. Masyarakat Eropa melahirkan EMU (European Monitary Union). Kemudian muncul ESCB (European System of Central Banks) yang melahirkan European Central Bank (ECB) dan penyatuan mata uang Eropa yang dinamakan Euro pada Januari 1999. 1 Mei 2000 ada kesepakatan Amsterdam. Masyarakat Eropa kini bekerja dalam CFSP (Common Foreign and Security Policy), Common Trade Policy dan perluasan EU.
Amerika – Di kawasan Atlantik, AS, Kanada dan Meksiko membentuk NAFTA (1994). Argentina, Brazil, Paraguay dan Uruguay membentuk MERCOSUR (1995). Pakta-pakta ini mendorong penguatan lembaga yang sudah ada seperti Grupo Andino ( Columbia, Ekuador, Peru, Bolivia, Chili) dan CARICOM (Carribean Community). Pemerintah AS tahun 1994 mengumumkan rencana pendirian FTAA (Free-Trade Area of Americas)yang mempersatukan Amerika Utara, Pusat dan Selatan yang diterijma pada South American Summit (2001).
Asia – Di Asia Negara-negara ASEAN memulai AFTA (Asean Free Trade Area) pada 1992 diikuti Common Effective Preferential Tariff (1993). Selain itu dibentuk ASEAN plus 3 (Cina, Korea dan Jepang) untk meluaskan koordinasi ekonomi regional. Dengan kepemimpinan AS dibentuklah APEC (Asia Pacific Economic Cooperation)untuk liberalisasi perdagangan investasi berdasarkan Deklarasi Bogor (1994). Sedangkan Jepang melakukan studi dengan Singapura, Korea, Meksiko dan Chili mengenai kemungkinan persetujuan perdagangan bebas bilateral.
Sementara itu dengan berakhirnya Putaran Uruguay, WTO (World Trade Organization) mulai beroperasi tahun 1995. WTO mengharuskan anggotanya untuk menyetujui Most Favored Nation Treatment pada anggota lainnya di bawah pengawasan GATT. Dalam system WTO pengecualian diberikan bagi pilihan-pilihan khusus sesuai perjanjian RFTA (regional free-trade agreement).

2. Aktifitas Korporasi Berdasarkan Strategi Global
Sementara pemerintahan-pemerintahan nasional memperkuat ekonomi regional, perusahaan-perusahaan besar memperluas aktivitasnya untuk mencapai tujuan strategisnya.Batas Negara yang menghilang secara virtual; liberalisasi dan deregulasi pasar nasional yang menghormati transaksi barang, jasa dan keuangan; upaya standarisasi aturan akunting, perkembangan teknologi informasi; manajemen mutu dan manajemen lingkungan; semua itu menjadi landasan bagi penyiapan aktifitas infrastruktur internal perusahaan global. Sekarang , perusahaan besar internasional terdaftar simultan di New York, London, Frankfurt, Paris dan Tokyo bisa meningkatkan modal ekuitasnya secara internasional dan memproduk dengan standar global dan menawar barang melalui worldwide intranet.

3. Teknologi Informasi dan Ekonomi Baru
TI mulai popular tahun 1990an ketika AS mengenalkan kompetisi di sector telekomunikasi. Sejak 30 tahun terakhir AS memasuki ekonomi baru yang ditandai dengan TI. Indikasinya : pertama, pasar meningkatkan kapasitas computer dan teknologi personal. Kedua, perkembangan perangkat system memungkinkan perusahaan meningkatkan informasi dan kapasitas data. Ketiga, munculnya internet sebagai acuan aktifitas nirkertas (paperless).






2. Nilai Amerika dan Paradigma Ekonomi Politik

a. Nilai peradaban Amerika
Dalam setiap paradigma minor AS mempromosikan nilai-nilainya yaitu : demokrasi, kesetaraan dan HAM, ekonomi pasar bebas, transparansi dan fasirness dalam transaksi ekonomi, liberalisasi dan deregulasi system pasar dan lain-lain, yang membentuk nilai dasar peradaban Amerika.
Nilai-nilai Amerika menyebarang ke seluruh dunia sejak tahun 1990-an melalui kepemimpinan AS di berbagai organisasi internasional, aktivitas perusahaan global, dan LSM. Fenomena ini oleh penulis dinamakan “perang salib nilai-nilai Amerika Clintonian”.

b. Tantangan Eropa
Penyatuan Eropa memiliki sejarah panjang. Pada tahun 1967 ECSC (European Coal and Stell Community), EURATOM (European Atomic Community), dan EEC (European Economic Community, 1957) bersatu dalam EC (European Community) atau Masyarakat Eropa (ME). Faktor yang mempercepat lahirnya European Union (EU) di Maastrich Desember 1991 adalah adanya kekosongan dua kekuatan pasca Perang Dingin. Pertama, absennya AS dan kedua, absennya kekuatan utama di Eropa Tengah dan Timur.
Dengan 450 juta penduduk di Eropa yang berkembang, ME akan menjadi satuan ekonomi dan politik yang powerful yang dapat berbagi atau menggantikan kekuatan hegemonic AS. ME sukses membentuk kembali peradaban Eropa untuk menantang AS.
Sebagai counterpart dari AS dan Asia, Negara-negara Eropa memasuki abad re-regulasi (ke pasar bebas) sehingga ME mengahadapi tantangan besar di ME itu sendiri maupun vis-à-vis Negara lain.



c. The Uncertainties (kekuatan yang tidakpasti)
Bagaimana dengan Rusia, Cina dan Asia ? Rusia tidak dapat disepelekan. Dengan kekuatan nuklir, minyak bumi dan mineral yang dapat mempengaruhi hubungan suplai-permintaan pada pasar komoditi energy primer. Rusia memiliki kebudayaan yang termasuk terbaik di dunia. Cina dan Jepang akan menerima norma untuk bertahan hidup dalam perdagangan barang, jasa dan modal global sampai peradaban mereka diterima oleh bangsa-bangsa lain.
Dengan 3 milyar penduduknya Asia menjadi pasar atraktif badi AS dan Eropa. Asia menjadi pilihan menarik bagi AS karena mendapat tantangan dari nilai-nilai Eropa di masa depan. Negara-negara Asia bersama-sama AS dan Eropa membagi pasar dunia menjadi tiga bagian.

d. Ambivalensi Amerika
Meskipun nilai-nilai Amerika telah menghegemoni dunia, pemerintan dan rakyat AS bersifat ambivalen ketika kepentingan jangka pendeknya muncul. Presiden Bush melanggar komitmen Protocol Kyoto yang dibuat semasa Clinton dengan alasan “it could harm the US” (Financial Times, March 29, 2001). Pada kasus krisis keuangan Asia dan global warming nilai-nilai Amerika menunjukkan ambivalensinya, karena AS tidak berbuat apa-apa untuk mengatasinya.
Dalam masa damai biasanya ekonomi yang mendikte perilaku manusia, tetapi seringkali manusialah yang bertanggungjawab terhadap aktivitas ekonomi. Karenanya kredibilitas kepemimpinan yang menjadi nilai utama di belakang paradigm a menjadi lebih penting.

3. Paradigma Pasca Teror
Sejak serangan teroris 11 September 2001 pemerintah AS menyatakan “a new war” pada terorisme.AS dan sekutunya menyerang basis teroris di Afghanistan. Inilah titik awal dari serial aksi internasional menghadapi terorisme terorganisir.
Bersamaan dengan itu terjadi peristiwa penting di Amerika: (a) pada front ekonomi: kolapsnya perusahaan energy terbesar di dunia (Enron dan lain-lain) dan telekomunikasi serta media (Worldcom dan lainnya di Eropa dan AS); ( b) pada front politik : konflik antara Israel dan Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta konflik panjang antara India dan Pakistan atas Kashmir memanas di tahun 2001.
Skandal Enron menunjukkan malfungsi dan korupsi pada pengelolaan perusahaan AS dan standar serta praktek akunting yang harus ditinjau ulang. Perkembangan di perbatasan India-Pakistan dan terutama di Israel membuat dunia mempertanyakan justifikasi serangan pre-emtive terhadap serangan teroris potensial. Kebijakan umum White House dan Capitol Hill dipertanyakan di dalam dan luar AS. Pendulum kebijakan AS yang lebih pada persoalan kebijakan eksternal dinamakan “uniteralisme” atau “liberal imperialisme”.

a. Perubahan pada Paradigma Ekonomi
1. Dampak Langsung Serangan Teroris
(a) Meningkatnya biaya asuransi
(b) Dampak pada pemilikan asset dan inventaris , dengan menyimpan lebih banyak barang
(c) Pengetatan pengawasan pada keuangan teroris untuk memotong pendanaan mereka
2. Dampak pada Perkembangan Lain
(a) Gelembung TI kolaps akibat miskalkulasi dalam program merger dan akuisisi (M&A)
(b) Kecurangan korporat
(c) Rekonfigurasi paradigma korporasi dengan memperkuat pengelolaan perusahaan dan memperkuat pengawasan
b. Perubahan pada Paradigma Politik
1. Meningkatnya deficit
Dengan meningkatnya anggaran militer anggaran AS menunjukkan deficit yang signifikan. Akibatnya ekonomi AS masuk ke dalam lingkaran setan : lemahnya dollar- deficit perdagangan yang besar – akumulasi hutang jangka pendek untuk membiayai deficit – inflasi yang disebabkan jatuhnya dollar – keuntungan bisnis yang berkurang – deficit anggaran baik pada belanja besar maupun pengurangan pendapatan.
2. Uniteralisme atau Liberal Imperialisme
Ketika AS menerapkan sanksi perdagangan, orang memberi cap “unilateralisme”. Dalam administrasi Clinton unilateralisme dilakukan dalam selubung diplomatic yang elegan. Kontras dengan hal tersebut pesan dari administrasi Bush jelas : AS tidak akan melakukan hal yang tidak menjadi kepentingan AS; ia akan melakukan apa yang ia mau. Sikap ini diberi label “liberal imperialism”, suatu tipe baru imperialism yang tersembunyi dalam liberalism.
3. Upaya Eropa untuk Rekonfigurasi Struktur Tata Pemerintahan
Pertemuan tingkat tinggi Persatuan Eropa di Belgia tahun 2001 memunculkan pertanyaan apakah perlu adanya sebuah konstirusi bagi warga Negara Eropa. Apapun hasil dari diskusi mengenai hal itu, yang pasti akan mempengaruhi paradigm ekonomi politik, bukan hanya untuk Eropa tapi untuk seluruh dunia.

B. Bab II : Ekonomi Sedang Berkembang dan Paradigma Ekonomi Politik
Tema Utama
Pada bab ini Iida mendiskusikan kesenjangan (mengacu pada paradigm gap) antara paradigm dominan internasional dan yang berlaku local di pasar. Gap paradigm terjadi (1) jika pemerintahan nasional menentukan normannya untuk menolak norma yang telah diterima secara internasional dan (2) jika pemerintahan nasional tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan cepat paradigma dominan internasional.
Masalah pembuatan kebijakan pada ekonomi maju dan sedang berkembang berasal dari fakta bahwa pembuat kebijakan tidak menyadari isu-isu yang berasal dari gap paradigma. Bab ini menyoroti bagaimana pembuat keputusan merespon hal tersebut.

Penggandaan Pembentuk Paradigma
Aturan, prinsip dan standar yang diaplikasikan pada transaksi domestik dan internasional ditentukan oleh pemerintah baik individual maupun berkelompok. Persetujuan dicapai melalui penyusunan perjanjian yang diterjemahkan ke dalam hukum nasional. Dengan demikian pemerintah adalah pembentuk paradigm primer. Agen-agen internasional yang mendapat delegasi tugas dari Negara datang belakangan.
Sekarang berbagai organisasi bisnis swasta de-facto sebagai pembentuk paradigm,misalnya pada area seperti penguji mutu di perusahaan, pelaku bisnis lingkungan hidup, akuntan bisnis transparansi internasional, praktisi perbankan, dan pengelola perusahaan transparansi.

Dualitas Paradigma dan Kesenjangan Paradigma
Dualitas paradigm muncul dari norma pasar domestic dan norma internasional yang dominan. Kesenjangan muncul dari isu-isu manajemen ekonomi Negara bangsa yang lebih kecil atau ekonomi sedang berkembang dalam menciptakan bahaya bagi partisipan pasar (domestic atau internasional) dan melahirkan beragai dilemma bagi pembuat kebijakan.
Pada manajemen kebijakan suatu ekonomi sedang berkembang maka kesenjangan paradigm nampak pada tiga dimensi :
a. Dalam hubungan dengan paradigm pertumbuhan, melibatkan kebijakan financial dan fiscal
b. Dalam hubungan dengan paradigm perdagangan, dan
c. Dalam hubungan dengan paradigm mata uang

Stabilitas dan Keberlangsungan Paradigma
Keberlanjutan system bergantung pada kemampuan AS untuk menjaga keseimbangan pembayaran agar selalu terkendali. Faktor kunci Stabilitas paradigma mata uang dewasa ini adalah peran masa depan dari Euro, yang memiliki potensi berkembang ke dalam mata uang kunci sejajar dengan atau menggantikan peran dolar AS.

1. Isu-isu yang muncul dari Kesenjangan Paradigma
a. Pertumbuhan Paradigma
Pada ekonomi yang tertutup, system fiscal dan financial didisain menurut norma-norma politik, ekonomi, sosial dan budaya suatu bangsa. Dalam beberapa kasus norma tersebut harus dimodifikasi untuk disesuaikan dengan paradigm internasional. Kesepakatan pinjaman IMF didisain untuk menjamin peminjam mengikuti standar dan aturan internasional. Di sinilah diperlukan penyesuaian terhadap kesenjangan paradigma.
Ada dua pilihan bagi Negara sedang berkembang dalam menghadapi kesenjangan paradigm : membuang normanya sendiri atau me-reshufle paradigm untuk sepenuhnya disesuaikan dengan paradigm yang diterima secara internasional.

b. Paradigma Perdagangan
1. Aturan WTO
WTO mendorong Negara-negara sedang berkembang untuk bergabung, pertama dengan pengaturan konsensional tertentu dan kemudian melangkah ke tahap komitmen pada garis paradigm liberasliasi perdagangan internasional yang normal.
2. RFTA (Regional Free Trade Agreements)
RFTA adalah istilah jenerik yang meliputi semua persetujuan regional untuk mempromosikan perdagangan bebas dan investasi atau membentuk suatu komunitas ekonomi di wilayah tertentu.
3. Mode-model Pembangunan
Tahun 1960-an para ekonom pembangunan percaya pada teori substitusi impor untuk menghemat devisa. Strategi yang didukung Bank Dunia ini tidak berjalan baik. Pembangunan Jepang dengan industrialisasi dan eksport yang kompetitif menjadi model sukses tahun 1970-1n. Keajaiban Asia menjadi contoh di tahun 1990-an seperti nampak pada Jepang dan Cina.
c. Paradigma Mata Uang
(a) Upaya Membangkitkan Sistem Suku Bunga yang Disesuaikan. Kematian Sistem Bretton Woods tahun 1971 menyebabkan G 10 mencoba system tukar yang pasti pada Kesepakatan Smithsonian yang melahirkan Sistem Peringkat Sentral IMF yang dijatuhkan kekuatan spekulatif (1973) sehingga sejak itu hampir semua mata uang diambangkan.
(b) Upaya Eropa. Setelah menggunakan ikatan mata uang “the Snake” pada tahun 1993 ME menggunakan Euro sebagai mata uang pemersatu.
(c) Usaha Lain. Negara-negara kecil tidak begitu sukses menstabilkan nilai tukar mata uangnya.
d. Penyerahan Unilateral dan Mutual Kedaulatan Mata Uang
Dengan dolarisasi dan Eruro-isasi, bangsa-bangsa menyerahkan kedaulatannya, pada pertukaran unilateral maupun mutual, pada manfaat yang diperoleh dengan adanya stabilitas mata uang yang diperbaiki.

2. Prioritas yang salah tempat
a. Pengukuran Pembangunan
Tahap pembangunan dapat diukur secara teoretik melalui perbandingan angka-angka, seperti income per capita atau indikasi kesejahteraan sosial; melalui perbandingan mode tata kelola; atau melalui alat perbandingan kualitatif nilai-nilai masyarakat, seperti kebebasan, kesetaraan, dan fairness. Lembaga-lembaga internasional menggabungkan berbagai pendekatan :
(a) Bank Dunia membuat empat kategori berdasarkan income per capita: Negara sedang berkembang yang lulus dari IBRD, yang kedua yang lulus dari IDA. Sisanya Negara miskin yang termasuk Negara IDA dan Negara campuran IDA/Bank.
(b) Negara donor IDA mensyaratkan konsep pembangunan kapasitas kelembagaan dan tata kelola yang baik. Pembangunan kapasitas kelembagaan menyangkunt kesehatan, usia harapan hidup, pendidikan, kesempatan kerja. Tata kelola yang baik menyangkut tata kelola partisipatori dan demokrasi yang berorientasi pada kemerdekaan, kesetaraan dan fairness.
(c) UNCTAD menyepakati Preferential Treatment Tariff System (PTTS) yang mengukur negara berkembang berdasarkan system penanganan tariff yang bermanfaat.
(d) UN mengenalkan konsep LLDC (least developed countries) yang menggunakan tolok ukur paling miskin dari yang miskin dilihat dari pendapatan, penduduk dan kualitas hidup fisik serta indeks difersifikasi ekonomi; dan HIPC (Heavily Indebted Poor Countries) dengan tolok ukur utang yang ditanggung dalam rangka skim pengurangan utang.

b. Pembangunan untuk apa ? Mengapa dibantu?
Economic development (pembangunan ekonomi) dilihat sebagai fungsi komposit dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan politik untuk mengamankan tata kelola pemerintahan demokratik dan distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang berkesetaraan sosial. Sedangkan bantuan diberikan pada Negara-negara miskin debagai tanggungjawab komunitas internasional untuk mengatasi kemiskinan di dunia. Meskipun demikian bantuan merupakan bisnis controversial. Teresa Hayter menulis buku : Aid as Imperialism.
John Rawls memprovokasi para ilmuwan sosial untuk memberikan perhatian serius pada fairness, kebebasan dan keadilan distiributif.

c. Prioritas yang Salah Tempat
Harus difahami bahwa gagasan fundamental pemberian bantuan adalah menolong Negara-negara sedang berkembang untuk menemukan sendiri jalan pembangunannya. Sayangnya banyak bantuan yang salah tempat, alih-alih untuk mengurangi kemiskinan bantuan diberikan kepada para dictator atau klan militer dengan alasan untuk menciptakan stabilitas politik.

BAB III
PEMBAHASAN
Buku ini terdiri dari dua esai, yang membahas aspek paradigm ekonomi politik dengan mengembangkan teori umum paradigm sebagai alat berpikir dalam pembuatan keputusan. Pada esai pertama menggambarkan transformasi kapitalisme sejak berakhirnya PD II dengan menggunakan gagasan paradigm. Analisisnya berkisar transformasi paradigm dominan internasional ekonomi politik. Esai kedua fokus pada kesenjangan paradigm (paradigm gap) antara paradigma dominan internasional dan paradigm local yang mempengaruhi manajemen ekonomi dan strategi pembangunan Negara kecil atau sedang berkembang.
Paradigma dialamatkan pada susunan sistematik, pola atau model pendekatan upaya ilmiah atau riset secara umum. Paradigma ekonomi politik merupakan suatu susunan norma dan prekondisi esensial yang membentuk dasar perilaku ekonomi. Sedangkan paradigm kebijakan mengacu pada paradigm yang terjadi pada wilayah kebijakan di mama pembuat kebijakan berkonsentrasi pada pilihan instrument kebijakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan kebijakan tertentu. Paradigm pembangunan dialamatkan pada paradigm kebijakan pembangunan (norma actual dan kondisi esensial yang berlaku pada wilayah kebijakan pembangunan) daripada kerangka teoretik atau pendekatan riset ekonomi pembangunan.
Paradigma teori sebagai alat berpikir pembuatan kebijakan diperlukan karena para pembuat keputusan pada umumnya kurang memiliki kepekaan terhadap gagasan paradigm di mana dia bekerja tanpa menguji secara akurat implikasi kebijakan dari perubahan dan kesenjangan paradigm.
Paradigma normative ekonomi politik berlandaskan pada kebudayaan dan peradaban masyarakat. Konten penting norma-norma akan berubah seiring perubahan yang mencerminkan perubahan pada nilai-nilai masyarakat.
Sementara norma-norma mencerminkan nilai suatu masyarakat, prakondisi esensial transaksi ekonomi mencerminkan dinamika pada kekuatan pasar, perjuangan kekuasaan politik di antara pelaku pasar dan evolusi teknologi yang tersedia bagi perilaku ekonomi.
Tidak seperti ilmu alam, ilmu ekonomi sosial dan politik yang berkaitan dengan pola perilaku dan nilai memiliki kelemahan umum dalam pengujian teori. Elaborasi pada penanganan matematik dan statistic tidak berarti bahwa teori dapat teruji. Kesenjangan antara teori dan realitas selalu melahirkan dilemma yang sulit bagi ilmuwan non alam.
Dalam melihat fenomena ekonomi ada beberapa teori dan metode analisis sebagai berikut :
1. Metode inversi pendapatan pada penilaian asset
2. Teori multiplier Keynesian (investment multiplier sebagai pengembangan dari employement multiplier Kahn)
3. Hubungan antara kebijakan moneter dan ekonomi ril (mekanisme transmisi moneter)
4. Aturan-aturan kebijakan oleh John B. Taylor [X (nominal Federal Funds rate = b (an equilibirium Federal Funds rate consistent with full employment) + c (an average of equally weighted inflation gap and percentage deviation of the outpur gap] dan Bennet T. McCallum (pelopor aturan kebijakan berkaitan dengan penggunaan diskresi bank sentral mengenai tingkat suku bunga untuk mengarahkan kebijakan terhadap stabilitas harga).
5. Anggapan yang dapat dipelajari dari masa lalu
Dalam aplikasi teori harus disadari kelelamahan penerapannya pada realitas ekonomi.
Sifat dari teori adalah induktif atau deduktif.
1. Dalam kasus teori deduktif kita perlu memberikan perhatian apakah asumsi pada teori cocok dengan kenyataan.
2. Batas dari teori deduktif lainnya adalah tidak mencakup ide aliran real time.
3. Teori ekonomi induktif juga memiliki kelemahan aplikasi. Kebijakan di AS dan ME mengenai target inflasi belum tentu relevan diterapkan di Jepang apalagi di Indonesia.

Apa yang bisa dipelajari dari perubahan paradigma yang melibatkan banyak konten penting norma domestic dan internasional transaksi ekonomi ? Pada tahun 1930- an system moneter internasional menggunakan standar emas.Ekonomi Jepang dan AS masih tertutup ketika itu, jika dibandingkan dengan terbukanya gerakan modal dan investasi langsung luar negeri dewasa ini. Deflasi yang terjadi di Jepang hari ini bisa mempengaruhi domestic dan internasional di mana Cina bertumpu pada gaji buruh murah. Sebaliknya tekanan penurunan harga di Cina merupakan upaya untuk memperoleh keuntungan pada pasar Jepang dalam kerangka joint venture Sino-Japan.
Sistem kelembagaan saat ini yang menentukan transaksi eksternal antar Negara adalah sebagai berikut :
1. Transaksi mata uang. Yaitu system standar dollar de facto di mana hampir semua mata uang diambangkan.
2. Investasi dan perdagangan. Sistem WTO (GATT, GATS, TRIPS) yang dimodifikasi dengan RFTA.

Dengan system tersebut US dollar selalu memperoleh keuntungan dan keistimewaan. Di bawah system standar dollar, pembangunan ekonomi dunia hanya bisa dibiayai oleh mata uang kunci yaitu US dollar.
Kelebihan US dollar mendapat tantangan sejak terjadi malpraktek dalam hampir semua perusahaan AS yang menyebabkan tata kelola perusahaan dan akunting bisnis mereka kehilangan kredibilitas di mata Negara lain. Insiden tersebut menurunkan nilai investasi ke AS dengan Euro muncuk menjadi alternative temporer. Masa depan US dollar tergantung tata kelola perusahaan mereka.
Kapitalisme Liberal dan Tata Kelola Demokratik
1. Menurut Marx, kapitalisme tidak cocok dengan semangat revolusi Perancis tahun 1789 (liberte, egalite dan fraternite). Bisa dipahami jika terjadi konflik antar Negara selama abad ke-19 dan pertengahan abad 20 serta terjadinya revolusi Rusia.
2. Setelah PD II kapitalisme mulai berperan secara global. Kapitalisme AS mencoba mengatasi konflik antara modal dan buruh. Di Eropa muncul konsep welfare state yang member kerangka sosial pada kapitalisme. Sehingga nilai dasar kapitaisme setelah PD II adalah memperkuat freedom, equality dan fairness.
3. Ketika Jepang meluncurkan Financial Big Bang 1996 kata kuncinya adalah free, fair and global. Itu merupakan kemenangan perang salib Clintonian nilai-nilai AS Timur Jauh. Kata equal menghilang dari daftar kata kunci. Ada asumsi nilai tersebut dijamin dalam masyarakat Jepang dan tata kelola demokratik diharapkan menjamin nilai tersebut dalam praktek kapitalisme liberal.
4. Malpraktek dalam perusahaan AS membawa kapitalisme liberal dalam sorotan. Pendulum sejarah politik bergerak dari satu ekstrim (freedom) ke ekstrim lain (equality).

BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan Bab I
1. Perubahan pada paradigm korporat AS setelah berakhirnya Perang Dingin nampak pada pasar uang, aturan akunting dan tata kelola perusahaan. Perubahan ini berpengaruh pada paradigma dominan internasional.
2. Kampanye idealistic nilai-nilai AS di bawah administrasi Clinton kehilangan sinarnya diganti diplomasi kekuatan yang dinamakan imperialism liberal administrasi Bush. Sementara itu Eropa sedang mengkonsolidasi struktur tata kelolanya sendiri.
3. Paradigma kapitalis segera akan kembali menyajikan menu kapitalisme liberal di mana-mana nilai-nilai ditampilkan secara baru. Prinsip tranparansi akan dipromosikan kembali untuk mengawasi arus modal, sumber diversifikasi pendapatan oleh industry monopolistic/oligopolistic yang bergandengan tangan dengan transaksi kotor dengan Negara yang dijalankan para dictator, pencucian uang, perdagangan narkotik, dan pendanaan bagi teroris.

B. Kesimpulan Bab II
1. Pengelolaan politik dan manajemen ekonomi tidak dapat dipisahkan. Sejarah menunjukkan bahwa pengelolaan politik dan manajeman ekonomi berjalan bersama. Ketika suatu Negara bangsa akan membangun ekonomi dan ketika dunia internasional ingin membantu dengan alasan kemanusiaan maupun kepentingan ekonomi, strategi terbaik adalah mempromosikan tata kelola demokratik.
2. Tata kelola dictatorial dan militeristik harus dihindari. Komunitas internasional berupaya untuk membebaskan penduduk yang dikuasai penguasa dictator dan militer.
3. Proses pembangunan hanya bisa dimulai ketika Negara bangsa yang sedang berkembang menempatkan peningkatan manajerial untuk tata kelola yang demokratik.
4. Bagi beberapa ekonomi yang sedang berkembang terjadi kesenjangan paradigma. Dari 5 kelompok utama: (1)Eropa, (2) Amerika,(3) Rusia,(4) Asia dan (5) Timur Tengah dan Afrika Islam, maka kelompok terakhir paling lambat menerima norma-norma internasional.
5. Kemiskinan Afrika. Di mana ada tanda-tanda political will untuk menghilangkan korupsi, eklsploitasi dan penderitaan, di sana akan ada lebih banyak bantuan untuk Negara-negara Afrika.